Konsep Tahalli dalam Tasawuf dan Relevansinya dengan Pencapaian Kepribadian Muslim
Usman/02.14.1089 - Personal Name
Skripsi ini membahas mengenai konsep tahalli dalam tasawuf dan
relevansinya dengan pencapaian kepribadian muslim. Hal yang dikaji dalam
skripsi ini yakni, bagaimana konsep tahalli dalam tasawuf, apa yang dimaksud
dengan kepribadian muslim, serta bagaimana relevansi konsep tahalli dengan
pencapaian kepribadian muslim.
Untuk memecahkan masalah tersebut di atas, digunakan metode penelitian
kepustakaan (Library Research) dengan menggunakan teknik dokumentasi dan
pengutipan. Data yang diperoleh, selanjutnya dianalisis dengan menggunakan
metode analisis isi (content analysis) yaitu pembahasan mendalam terhadap isi
suatu informasi tertulis atau tercetak di media massa baik surat kabar, berita, buku
maupun semua bahan-bahan dokumentasi yang lain. dan kemudian dilakukan
penarikan kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui konsep
tahalli dalam tasawuf. Tahalli yaitu mengisi, melatih dan membiasakan diri
dengan perbuatan-perbuatan yang baik atau akhlak mulia. Setiap satu kebiasaan
lama yang buruk ditinggalkan segera diisi dengan kebiasaan baru yang baik.
Adapun perbuatan-perbuatan baik yang perlu diisikan, dilatih dan dibiasakan
dalam diri seseorang diantaranya adalah At-Taubah yaitu rasa penyesalan disertai
permohonan ampun dan meninggalkan segala perbuatan yang menimbulkan dosa,
Cemas dan harap yaitu perasaan takut yang timbul karena banyak berbuat salah
dan sering lalai kepada Allah swt, Al-Faqr merasa puas dan bahagia dengan apa
yang dimilki, Ridla, menerima dengan lapang dada dan hati terbuka apa saja yang
datang dari Allah swt. Relevansi konsep tahalli dalam ilmu tasawuf dengan
pencapain kepribadian muslim, bahwa kepribadian muslim bisa kita capai dengan
cara tahalli. Karena tahalli artinya mengisi atau membiasakan diri dengan
perbuatan-perbuatan yang baik atau prilaku mulia. Sedangkan kepribadian muslim
yaitu terwujudnya prilaku mulia sesuai dengan tuntunan Allah swt atau disebut
juga dengan akhlak mulia. Jadi pada dasarnya kebiasaan baik ataupun sifat terpuji
yang dilatih dan dibiasakan dalam diri seseorang dalam tahalli seperti at-taubah,
cemas dan harap, al-faqr dan Ridla. Merupakan perilaku-perilaku mulia dan
termasuk dalam kepribadian muslim. Jadi apabila kita menerapkan konsep tahalli
dengan cara membiasakan diri melakukan perbuatan-perbauatan baik atau
perilaku mulia secara terus menerus hal itu akan membentuk kepribadian kita
menjadi kepribadian muslim.
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Tahalli atau Tahliyah, yaitu mengisi jiwa dengan sifhatul mahmuudah
kebiasaan baik yang didahului dengan taubat dan segala syarat-syaratnya.
Tahalli ini merupakan tahapan pengisian jiwa. Setiap satu kebiasaan lama
ditinggalkan, segera diisi dengan suatu kebiasaan baru yang baik. dari satu
latihan akan menjadi kebiasaan dan dari kebiasaan akan menghasilkan
kepribadian. Jiwa manusia kata Al-Ghazali, dapat dilatih, dapat dikuasai,
bisa dirobah, dan dapat dibentuk sesuai kehendak manusia itu sendiri.
2. Kepribadian merupakan perilaku, tingkah laku, atau akhlak yang berkaitan
erat dengan pribadi seseorang. Untuk membentuk kepribadian yang positif,
maka sangat diperlukan tuntunan yang jelas dan benar, dalam hal ini adalah
kitab suci Al-Quran dan hadis Nabi Muhammad saw. Fadhil Al-Djamaly
menggambarkan kepribadian muslim sebagai muslim yang berbudaya, yang
hidup bersama Allah dalam tingkah laku hidupnya. kepribadian muslim
adalah terwujudnya perilaku mulia sesuai dengan tuntunan Allah swt yang
dalam istilah lain disebut akhlak mulia.
3. konsep tahalli dalam ilmu tasawuf sangat relevan dengan pencapaian
kepribadian muslim, karena tahalli artinya mengisi jiwa atau membiasakan
diri dengan sifhatul mahmudah perbuatan-perbuatan baik atau dikenal juga
dengan istilah Akhlak mulia, sedangkan kepribadian muslim yaitu
terwujudnya perilaku mulia sesuai dengan tuntunan Allah swt yang dalam
istilah lain disebut akhlak mulia. Jadi pada dasarnya kebiasaan baik ataupun
sifat terpuji yang dilatih, dan diisikan kedalam diri seseorang pada tahap
tahalli seperti taubat, zuhud, ridla, sabar, muraqabah, dan lain-lain, itu
semua tidak lain adalah merupakan kepribadian muslim.
B. Saran
Untuk mencapai kepibadian muslim melalui tahalli tidak bisa kita raih
dengan mudah, karena apabila suatu kebiasaan buruk sudah sering kita lakukan
secara berulang-ulang dan terus menerus dalam jangka waktu yang lama, akan
sangat sulit mengubahnya menjadi kebiasaan baik. Tapi bukan berarti tidak bisa
diubah, karena menurut Al-Ghazali, Jiwa manusia kata dapat dilatih, dapat
dikuasai, bisa dirobah, dan dapat dibentuk sesuai kehendak manusia itu sendiri.
Maka dari itu penulis dapat memberikan beberapa saran sebagaimana yang
diungkapkan oleh Hamzah Ya’kub yaitu:
1. Niat yang sungguh-sungguh tanpa keraguan sedikitpun untuk merubah niat
itu. Niat ini harus diiringi dengan kemauan dan tekad yang kuat. Dalam
melaksanakan niat tersebut hendaklah setia sesuai dengan yang diniatkan.
Yakni tidak bergeser dari pendirian dan niat semula, walaupun bertemu
dengan berbagai tantangan.
2. Tanamkan dalam diri pengertian dan kesadaran yang mendalam akan
perlunya kebiasaan itu dihilangkan. Dan apabila kebiasaabn jelek itu sudah
bisa kita hilangkan. Segera isi kekosongan perbuatan itu dengan aktifitas
yang positif atau perilaku yang baik, setelah kebiasaan buruk itu hilang.
Karena bagaimanapun juga jika manusia tidak beraktifitas secara benar
biasanya akan tergoda dengan berbagai macam perbuatan jelek.
3. Berusaha memelihara perbauatn menolak dalam diri agar selalu tumbuh dan
berkembang dengan baik. Dan terus konsisten dalam melakukan perbuatan-
perbuatan baik yang telah kita lakukan agar benar-benar melekat dalam diri
kita. Sehingga sulit untuk dihilangkan dan kita juga dapat dengan mudah
melakukannya tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
relevansinya dengan pencapaian kepribadian muslim. Hal yang dikaji dalam
skripsi ini yakni, bagaimana konsep tahalli dalam tasawuf, apa yang dimaksud
dengan kepribadian muslim, serta bagaimana relevansi konsep tahalli dengan
pencapaian kepribadian muslim.
Untuk memecahkan masalah tersebut di atas, digunakan metode penelitian
kepustakaan (Library Research) dengan menggunakan teknik dokumentasi dan
pengutipan. Data yang diperoleh, selanjutnya dianalisis dengan menggunakan
metode analisis isi (content analysis) yaitu pembahasan mendalam terhadap isi
suatu informasi tertulis atau tercetak di media massa baik surat kabar, berita, buku
maupun semua bahan-bahan dokumentasi yang lain. dan kemudian dilakukan
penarikan kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui konsep
tahalli dalam tasawuf. Tahalli yaitu mengisi, melatih dan membiasakan diri
dengan perbuatan-perbuatan yang baik atau akhlak mulia. Setiap satu kebiasaan
lama yang buruk ditinggalkan segera diisi dengan kebiasaan baru yang baik.
Adapun perbuatan-perbuatan baik yang perlu diisikan, dilatih dan dibiasakan
dalam diri seseorang diantaranya adalah At-Taubah yaitu rasa penyesalan disertai
permohonan ampun dan meninggalkan segala perbuatan yang menimbulkan dosa,
Cemas dan harap yaitu perasaan takut yang timbul karena banyak berbuat salah
dan sering lalai kepada Allah swt, Al-Faqr merasa puas dan bahagia dengan apa
yang dimilki, Ridla, menerima dengan lapang dada dan hati terbuka apa saja yang
datang dari Allah swt. Relevansi konsep tahalli dalam ilmu tasawuf dengan
pencapain kepribadian muslim, bahwa kepribadian muslim bisa kita capai dengan
cara tahalli. Karena tahalli artinya mengisi atau membiasakan diri dengan
perbuatan-perbuatan yang baik atau prilaku mulia. Sedangkan kepribadian muslim
yaitu terwujudnya prilaku mulia sesuai dengan tuntunan Allah swt atau disebut
juga dengan akhlak mulia. Jadi pada dasarnya kebiasaan baik ataupun sifat terpuji
yang dilatih dan dibiasakan dalam diri seseorang dalam tahalli seperti at-taubah,
cemas dan harap, al-faqr dan Ridla. Merupakan perilaku-perilaku mulia dan
termasuk dalam kepribadian muslim. Jadi apabila kita menerapkan konsep tahalli
dengan cara membiasakan diri melakukan perbuatan-perbauatan baik atau
perilaku mulia secara terus menerus hal itu akan membentuk kepribadian kita
menjadi kepribadian muslim.
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Tahalli atau Tahliyah, yaitu mengisi jiwa dengan sifhatul mahmuudah
kebiasaan baik yang didahului dengan taubat dan segala syarat-syaratnya.
Tahalli ini merupakan tahapan pengisian jiwa. Setiap satu kebiasaan lama
ditinggalkan, segera diisi dengan suatu kebiasaan baru yang baik. dari satu
latihan akan menjadi kebiasaan dan dari kebiasaan akan menghasilkan
kepribadian. Jiwa manusia kata Al-Ghazali, dapat dilatih, dapat dikuasai,
bisa dirobah, dan dapat dibentuk sesuai kehendak manusia itu sendiri.
2. Kepribadian merupakan perilaku, tingkah laku, atau akhlak yang berkaitan
erat dengan pribadi seseorang. Untuk membentuk kepribadian yang positif,
maka sangat diperlukan tuntunan yang jelas dan benar, dalam hal ini adalah
kitab suci Al-Quran dan hadis Nabi Muhammad saw. Fadhil Al-Djamaly
menggambarkan kepribadian muslim sebagai muslim yang berbudaya, yang
hidup bersama Allah dalam tingkah laku hidupnya. kepribadian muslim
adalah terwujudnya perilaku mulia sesuai dengan tuntunan Allah swt yang
dalam istilah lain disebut akhlak mulia.
3. konsep tahalli dalam ilmu tasawuf sangat relevan dengan pencapaian
kepribadian muslim, karena tahalli artinya mengisi jiwa atau membiasakan
diri dengan sifhatul mahmudah perbuatan-perbuatan baik atau dikenal juga
dengan istilah Akhlak mulia, sedangkan kepribadian muslim yaitu
terwujudnya perilaku mulia sesuai dengan tuntunan Allah swt yang dalam
istilah lain disebut akhlak mulia. Jadi pada dasarnya kebiasaan baik ataupun
sifat terpuji yang dilatih, dan diisikan kedalam diri seseorang pada tahap
tahalli seperti taubat, zuhud, ridla, sabar, muraqabah, dan lain-lain, itu
semua tidak lain adalah merupakan kepribadian muslim.
B. Saran
Untuk mencapai kepibadian muslim melalui tahalli tidak bisa kita raih
dengan mudah, karena apabila suatu kebiasaan buruk sudah sering kita lakukan
secara berulang-ulang dan terus menerus dalam jangka waktu yang lama, akan
sangat sulit mengubahnya menjadi kebiasaan baik. Tapi bukan berarti tidak bisa
diubah, karena menurut Al-Ghazali, Jiwa manusia kata dapat dilatih, dapat
dikuasai, bisa dirobah, dan dapat dibentuk sesuai kehendak manusia itu sendiri.
Maka dari itu penulis dapat memberikan beberapa saran sebagaimana yang
diungkapkan oleh Hamzah Ya’kub yaitu:
1. Niat yang sungguh-sungguh tanpa keraguan sedikitpun untuk merubah niat
itu. Niat ini harus diiringi dengan kemauan dan tekad yang kuat. Dalam
melaksanakan niat tersebut hendaklah setia sesuai dengan yang diniatkan.
Yakni tidak bergeser dari pendirian dan niat semula, walaupun bertemu
dengan berbagai tantangan.
2. Tanamkan dalam diri pengertian dan kesadaran yang mendalam akan
perlunya kebiasaan itu dihilangkan. Dan apabila kebiasaabn jelek itu sudah
bisa kita hilangkan. Segera isi kekosongan perbuatan itu dengan aktifitas
yang positif atau perilaku yang baik, setelah kebiasaan buruk itu hilang.
Karena bagaimanapun juga jika manusia tidak beraktifitas secara benar
biasanya akan tergoda dengan berbagai macam perbuatan jelek.
3. Berusaha memelihara perbauatn menolak dalam diri agar selalu tumbuh dan
berkembang dengan baik. Dan terus konsisten dalam melakukan perbuatan-
perbuatan baik yang telah kita lakukan agar benar-benar melekat dalam diri
kita. Sehingga sulit untuk dihilangkan dan kita juga dapat dengan mudah
melakukannya tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Ketersediaan
| ST20180271 | 271/2018 | Perpustakaan Pusat | Tersedia |
Informasi Detil
Judul Seri
-
No. Panggil
271/2018
Penerbit
IAIN BONE : Watampone., 2018
Deskripsi Fisik
-
Bahasa
Indonesia
ISBN/ISSN
-
Klasifikasi
Skripsi Tarbiyahh
Informasi Detil
Tipe Isi
-
Tipe Media
-
Tipe Pembawa
-
Edisi
-
Subyek
Info Detil Spesifik
-
Pernyataan Tanggungjawab
-
Tidak tersedia versi lain
