Konsep Akuntansi Syariah “Dui Mendre” Pada Tradisi Adat Suku Bugis Bone (Studi Pada Masyarakat Desa Tunreng Tellue Kecematan Sibulue)
Sose Adi/622022021044 - Personal Name
Skripsi ini membahas tentang Konsep Akuntansi Syariah “Dui Mendre” Pada
Tradisi Adat Suku Bugis Bone (Studi Pada Masyarakat Desa Tunreng Tellue
Kecematan Sibulue). Dengan membahas dua sub masalah yaitu : a)
Bagaimana Konsep Akuntansi Syariah Dalam Tradisi “Dui Menre” di
kalangan
Masyarakat
pada
Desa
Tunreng
Tellue,
Kecematan
Sibulue,Kabupaten Bone, b) Bagaimana praktik Akuntansi Syariah Dalam
Tradisi “Dui Menre”pada Masyarakat Bugis Desa Tunreng Tellue, Kecematan
Sibulue, Kabupaten Bone.jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field
research), dengan format deskriptif kualitatif. Sumber data dari penelitian ini
adalah “Dui Mendre” Pada Tradisi Adat Suku Bugis Bone. Metode
pengumpulan data yang digunakan adalah obserfasi, wawancara, serta
literature-literatur dan refrensi yang berkaitan. Pendekatan penelitian yang
digunakan yaitu pendekatan penelitian teologi normatif/pembelajaran
agama.penelitian terhadap tradisi Dui menre pada masyarakat Bugis Bone di
Desa Tunreng Tellue menunjukkan bahwa nilai-nilai utama akuntansi syariah
seperti keadilan, tanggung jawab, transparansi, bebas riba, dan keseimbangan
telah diterapkan secara nyata dalam praktik adat tersebut. melalui
musyawarah terbuka, pencatatan yang transparan, dan pengelolaan dana yang
adil, tetapi juga mencerminkan sistem keuangan syariah yang etis dan
bertanggung jawab.tradisi Dui Menre mencerminkan nilai budaya dan sosial
suku Bugis Bone.menjadi simbol harga diri perempuan.konsep ini sejalan
dengan prinsip akuntansi syariah seperti keadilan dan amanah.Dui menre juga
mempererat hubungan keluarga melalui musyawarah dan kesepakatan.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian di Desa tunreng tellue, Kecematan
Sibulue, Kabupaten Bone mengenai Konsep Akuntansi Syariah “Dui Mendre”
Pada Tradisi Adat Suku Bugis Bone, maka penulis menarik kesimpulan
sebagai berikut.
1. Konsep “Dui Mendre” dalalm masyarakat Suku Bugis biasa juga disebut
uang belanja, hal ini dikarenakan pemberian uang naik dari pihak
mempelai laki-laki digunakan sebagai keperluan untuk memenuhi
kebutuhan pada saat acara pernikahan.
2. Dui Mendre Sebagai Harga Diri Perempuan di Desa Tunreng Tellue,
tingginya permintaan uang naik pada masyarakat suku Bugis Bone
dipengaruhi oleh status sosial perempuan, sehingga semakin tinggi Dui
Mendre yang diberikan pihak laki-laki maka mencerminkan tingkat
status sosial perempuan misalnya, keluarga bangsawan, tingkat
pendidikan, kekayaan dan pekerjaan perempuan.
3. Konsep Akuntansi syariah dalam tradisi Dui Mendre’ adat suku Bugis
bisa dianalisis dengan melihat nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang
terkandung dalam Budaya dan sistem Ekonomi mereka. dalam konteks
ini, Dui menre bukan hanya sekadar transaksi ekonomi, tetapi juga
memiliki dimensi sosial, Budaya, dan moral yang penting. Berikut adalah
beberapa aspek yang bisa dikaitkan dengan konsep akuntansi syariah:
Nilai Keadilan (Al-‘Adl), Prinsip Tanggung Jawab (Al-Amanah),
Transparansi dan Keterbukaan (Al-Shafafiyah), Tidak Ada Unsur Riba
(Harus Bebas dari Riba), dan Prinsip Keseimbangan (Al-Mizan).
B. Implikasi
Setelah penulis menguraikan simpulan, maka di bawah ini di uraikan
implikasi. Adapun implikasi yang penulis maksud dalam pembahasabn Skripsi
ini yaitu sebagai berikut:
1. Nilai Dui Mendre di tentukan oleh status sosial, pendidikan, dan
keturunan mempelai wanita, tradisi ini dapat mempererat hubungan
antara keluarga karena adanya proses musyawarah dan kesepakatan
dalam menentukan jumlah.
2. Dui Mendre bukan sekadar mahar dalam pernikahan, tetapi juga menjadi
ukuran status sosial keluarga mempelai pria. Semakin tinggi jumlah Dui
Mendre, semakin menunjukkan tingginya martabat dan status keluarga
perempuan di mata masyarakat.
3. Dui Mendre juga menjadi sarana mempererat hubungan antara dua
keluarga besar. Proses negosiasi dan kesepakatan dalam menentukan
jumlahnya sering kali melibatkan diskusi panjang yang memperkuat
hubungan kekeluargaan.
4. Dui Mendre dalam tradisi Bugis Bone memiliki peran penting dalam
menjaga nilai budaya, sosial, dan ekonomi masyarakat. namun, dalam
praktiknya, tradisi ini juga mengalami berbagai adaptasi agar tetap
relevan dengan perkembangan zaman.
Tradisi Adat Suku Bugis Bone (Studi Pada Masyarakat Desa Tunreng Tellue
Kecematan Sibulue). Dengan membahas dua sub masalah yaitu : a)
Bagaimana Konsep Akuntansi Syariah Dalam Tradisi “Dui Menre” di
kalangan
Masyarakat
pada
Desa
Tunreng
Tellue,
Kecematan
Sibulue,Kabupaten Bone, b) Bagaimana praktik Akuntansi Syariah Dalam
Tradisi “Dui Menre”pada Masyarakat Bugis Desa Tunreng Tellue, Kecematan
Sibulue, Kabupaten Bone.jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field
research), dengan format deskriptif kualitatif. Sumber data dari penelitian ini
adalah “Dui Mendre” Pada Tradisi Adat Suku Bugis Bone. Metode
pengumpulan data yang digunakan adalah obserfasi, wawancara, serta
literature-literatur dan refrensi yang berkaitan. Pendekatan penelitian yang
digunakan yaitu pendekatan penelitian teologi normatif/pembelajaran
agama.penelitian terhadap tradisi Dui menre pada masyarakat Bugis Bone di
Desa Tunreng Tellue menunjukkan bahwa nilai-nilai utama akuntansi syariah
seperti keadilan, tanggung jawab, transparansi, bebas riba, dan keseimbangan
telah diterapkan secara nyata dalam praktik adat tersebut. melalui
musyawarah terbuka, pencatatan yang transparan, dan pengelolaan dana yang
adil, tetapi juga mencerminkan sistem keuangan syariah yang etis dan
bertanggung jawab.tradisi Dui Menre mencerminkan nilai budaya dan sosial
suku Bugis Bone.menjadi simbol harga diri perempuan.konsep ini sejalan
dengan prinsip akuntansi syariah seperti keadilan dan amanah.Dui menre juga
mempererat hubungan keluarga melalui musyawarah dan kesepakatan.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian di Desa tunreng tellue, Kecematan
Sibulue, Kabupaten Bone mengenai Konsep Akuntansi Syariah “Dui Mendre”
Pada Tradisi Adat Suku Bugis Bone, maka penulis menarik kesimpulan
sebagai berikut.
1. Konsep “Dui Mendre” dalalm masyarakat Suku Bugis biasa juga disebut
uang belanja, hal ini dikarenakan pemberian uang naik dari pihak
mempelai laki-laki digunakan sebagai keperluan untuk memenuhi
kebutuhan pada saat acara pernikahan.
2. Dui Mendre Sebagai Harga Diri Perempuan di Desa Tunreng Tellue,
tingginya permintaan uang naik pada masyarakat suku Bugis Bone
dipengaruhi oleh status sosial perempuan, sehingga semakin tinggi Dui
Mendre yang diberikan pihak laki-laki maka mencerminkan tingkat
status sosial perempuan misalnya, keluarga bangsawan, tingkat
pendidikan, kekayaan dan pekerjaan perempuan.
3. Konsep Akuntansi syariah dalam tradisi Dui Mendre’ adat suku Bugis
bisa dianalisis dengan melihat nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang
terkandung dalam Budaya dan sistem Ekonomi mereka. dalam konteks
ini, Dui menre bukan hanya sekadar transaksi ekonomi, tetapi juga
memiliki dimensi sosial, Budaya, dan moral yang penting. Berikut adalah
beberapa aspek yang bisa dikaitkan dengan konsep akuntansi syariah:
Nilai Keadilan (Al-‘Adl), Prinsip Tanggung Jawab (Al-Amanah),
Transparansi dan Keterbukaan (Al-Shafafiyah), Tidak Ada Unsur Riba
(Harus Bebas dari Riba), dan Prinsip Keseimbangan (Al-Mizan).
B. Implikasi
Setelah penulis menguraikan simpulan, maka di bawah ini di uraikan
implikasi. Adapun implikasi yang penulis maksud dalam pembahasabn Skripsi
ini yaitu sebagai berikut:
1. Nilai Dui Mendre di tentukan oleh status sosial, pendidikan, dan
keturunan mempelai wanita, tradisi ini dapat mempererat hubungan
antara keluarga karena adanya proses musyawarah dan kesepakatan
dalam menentukan jumlah.
2. Dui Mendre bukan sekadar mahar dalam pernikahan, tetapi juga menjadi
ukuran status sosial keluarga mempelai pria. Semakin tinggi jumlah Dui
Mendre, semakin menunjukkan tingginya martabat dan status keluarga
perempuan di mata masyarakat.
3. Dui Mendre juga menjadi sarana mempererat hubungan antara dua
keluarga besar. Proses negosiasi dan kesepakatan dalam menentukan
jumlahnya sering kali melibatkan diskusi panjang yang memperkuat
hubungan kekeluargaan.
4. Dui Mendre dalam tradisi Bugis Bone memiliki peran penting dalam
menjaga nilai budaya, sosial, dan ekonomi masyarakat. namun, dalam
praktiknya, tradisi ini juga mengalami berbagai adaptasi agar tetap
relevan dengan perkembangan zaman.
Ketersediaan
| SFEBI20250199 | 199/2025 | Perpustakaan Pusat | Tersedia |
Informasi Detil
Judul Seri
-
No. Panggil
199/2025
Penerbit
IAIN BONE : Watampone., 2025
Deskripsi Fisik
-
Bahasa
Indonesia
ISBN/ISSN
-
Klasifikasi
Skripsi FEBI
Informasi Detil
Tipe Isi
-
Tipe Media
-
Tipe Pembawa
-
Edisi
-
Subyek
Info Detil Spesifik
-
Pernyataan Tanggungjawab
-
Tidak tersedia versi lain
