Penerapan Model Problem Based Learning dan Think Pair Share dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa di SMP Negeri 6 Watampone

No image available for this title
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penerapan model
Problem Based Learning dan Think Pair Share terhadap kemampuan berpikir
kreatif siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 6
Watampone. Kemampuan berpikir kreatif menjadi kompetensi esensial dalam
Kurikulum Merdeka yang perlu dikembangkan melalui model pembelajaran
inovatif yang mengintegrasikan nilai-nilai Islam dengan metodologi kontemporer.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain ex post facto
yang melibatkan 60 siswa kelas VII yang dipilih berdasarkan kelompok utuh. Data
dikumpulkan melalui angket implementasi model Problem Based Learning dan
Think Pair Share. Serta, melalui tes kemampuan berpikir kreatif yang mengukur
empat indikator (Fluency, Flexibility, Originality dan Elaboration). Analisis data
menggunakan statistik deskriptif dan regresi linear berganda dengan bantuan
aplikasi Jamovi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat penerapan model
Problem Based Learning mencapai Tingkat Capaian Responden (TCR) 77,46% dan
model Think Pair Share sebesar 73,7%, keduanya berada pada kategori tinggi
dengan model Problem Based Learning menunjukkan konsistensi implementasi
yang lebih baik. Kemampuan berpikir kreatif siswa didominasi aspek Fluency
(69,95%) dan Originality (69,4%), namun aspek Elaboration menjadi tantangan
utama (50,5%). Model Problem Based Learning berpengaruh signifikan terhadap
kemampuan berpikir kreatif dengan R2 = 29,3% (p < 0,001), model Think Pair
Share dengan R2 = 26% (p < 0,001), dan pengaruh simultan keduanya mencapai R2
= 33% (p < 0,001), menunjukkan efek sinergis yang signiffikan. Penelitian ini
mengkonfirmasi bahwa kombinasi kedua model pembelajaran efektif
mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 6 Watampone, dengan rekomendasi
optimalisasi aspek elaboration melalui program khusus dan implementasi
berkelanjutan yang sistematis.
A. Simpulan
1. Penerapan Model Problem Based Learning dan Think Pair Share pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 6 Watampone menunjukkan
bahwa penerapan kedua model pembelajaran berada pada kategori tinggi
dengan implementasi yang sangat baik. Model Problem Based Learning
mencapai TCR (Tingkat Capaian Responden) sebesar 77,46% dengan mean
85,21 dan standar deviasi 8,35, sementara model Think Pair Share memperoleh
TCR sebesar 73,7% dengan mean 81,1 dan standar deviasi 11,9. Model PBL
menunjukkan superioritas dengan selisih 3,76% dan konsistensi implementasi
yang lebih baik tercermin dari variabilitas data yang lebih terkontrol. Temuan
ini dapat dijelaskan melalui perspektif konstruktivisme sosial Vygotsky,
dimana kedua model mengoptimalkan Zone of Proximal Development melalui
mekanisme scaffolding sistematis, serta teori konstruktivisme Jean Piaget yang
mendukung kemampuan peserta didik SMP dalam mengkonstruksi
pemahaman konsep PAI melalui proses asimilasi dan akomodasi. Analisis per
dimensi menunjukkan PBL unggul pada "Orientasi Peserta Didik pada
Masalah" (80%) sedangkan TPS pada tahap "Think (Berpikir)" (77,5%),
mengindikasikan bahwa guru telah memiliki kompetensi memadai dalam
mengimplementasikan pembelajaran inovatif sesuai tuntutan Kurikulum
Merdeka.
2. Kemampuan berpikir kreatif siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam di SMP Negeri 6 Watampone menunjukkan profil yang beragam dengan
kekuatan utama pada aspek Fluency (Kelancaran) mencapai 69,95% kategori
tinggi, diikuti Originality (Orisinalitas) 69,4% kategori tinggi, Flexibility
(Keluwesan) 66,1% kategori sedang, dan Elaboration (Elaborasi) menjadi
tantangan utama dengan pencapaian 50,5% kategori sedang-rendah. Siswa
secara konsisten menunjukkan kemampuan lebih baik dalam mengekspresikan
kreativitas melalui format essay (71%) dibandingkan soal pilihan ganda
(61,43%), mengindikasikan bahwa ruang ekspresi yang lebih luas
memfasilitasi pengembangan kreativitas optimal. Berdasarkan teori Creativity
Paul Torrance, dominasi Fluency mengindikasikan peserta didik mampu
menghasilkan banyak ide dengan lancar dalam konteks PAI, menunjukkan
kemampuan divergent thinking yang sangat baik. Teori Self-Determination
Theory Deci & Ryan menjelaskan tingginya aspek Fluency mencerminkan
terpenuhnya kebutuhan autonomy peserta didik, menciptakan intrinsic
motivation untuk bereksplorasi dengan ide-ide kreatif dalam memahami ajaran
Islam, sementara kelemahan pada Elaboration dapat dijelaskan melalui
Taksonomi Bloom yang menunjukkan peserta didik mengalami kesulitan pada
level "Analyzing" dan "Evaluating" sehingga belum optimal dalam merinci dan
memperdalam ide-ide kreatif secara sistematis.
3. Pengaruh Model Problem Based Learning terhadap Kemampuan Berpikir
Kreatif Siswa di SMP Negeri 6 Watampone menunjukkan pengaruh signifikan
dengan R² = 29,3% (p < 0,001) kategori moderat, dengan koefisien regresi
0,943 yang mengindikasikan setiap peningkatan satu unit PBL akan
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif sebesar 0,943 unit. Teori
Experiential Learning David Kolb menjelaskan mekanisme pengaruh ini
melalui siklus pembelajaran sistematis dimana peserta didik mengalami
masalah PAI konkret, mengobservasi berbagai pendekatan penyelesaian,
mengembangkan konsep teoretis Islam, dan menerapkan solusi kreatif.
118
Berdasarkan teori konstruktivisme Piaget, model Problem Based Learning
memfasilitasi proses konstruksi pengetahuan aktif melalui konflik kognitif
yang muncul ketika menghadapi masalah-masalah autentik dalam konteks
keagamaan. Kemampuan prediksi yang moderat menunjukkan bahwa
implementasi Problem Based Learning berkualitas dapat secara konsisten
meningkatkan kreativitas peserta didik, meskipun masih ada 70,7% faktor lain
seperti motivasi intrinsik, lingkungan keluarga, dan pengalaman spiritual
individual yang berkontribusi terhadap pengembangan kreativitas dalam
pembelajaran PAI.
4. Pengaruh Model Think Pair Share terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif
Siswa di SMP Negeri 6 Watampone menunjukkan pengaruh yang kuat dengan
R² = 26% (p < 0,001), hampir setara dengan model PBL namun dengan
mekanisme yang berbeda, dengan koefisien regresi 0,628 yang
mengindikasikan efektivitas dalam mengembangkan berpikir kreatif melalui
proses social learning yang terstruktur. Teori pembelajaran sosial Albert
Bandura menjelaskan mekanisme pengaruh model TPS melalui proses
observational learning, dimana peserta didik mengobservasi dan meniru
strategi berpikir teman sebaya dalam fase "Pair", serta mengembangkan self-
efficacy melalui pengalaman sukses dalam diskusi kelompok. Struktur lima
tahap model TPS menciptakan progression pembelajaran yang logis dari
refleksi individual hingga konstruksi pengetahuan kolektif, dengan teori Self-
Regulated Learning yang menjelaskan bahwa fase "Think" mengembangkan
kemampuan metacognitive awareness sebagai fondasi penting bagi
pengembangan kreativitas. Pengaruh TPS yang hanya berbeda 3,3% dengan
PBL menunjukkan bahwa pembelajaran kelompok sama efektifnya dalam
mengembangkan kreativitas PAI, dengan keunggulan pada aspek social
learning dan kemampuan berkolaborasi dalam memahami nilai-nilai universal
Islam.
5. Pengaruh Simultan Model PBL dan Think Pair Share terhadap Kemampuan
Berpikir Kreatif Siswa di SMP Negeri 6 WatamponeHasil analisis regresi
linear berganda menunjukkan pengaruh simultan yang paling optimal dengan
R² = 33% (p < 0,001), lebih tinggi dari penerapan model tunggal, dengan
peningkatan signifikan dari 29,3% (PBL individual) dan 26% (TPS individual)
menjadi 33% (kombinasi) yang menghasilkan efek sinergi sebesar 4%. Teori
Multiple Intelligences Howard Gardner menjelaskan efek sinergi ini dimana
kombinasi model mengoptimalkan berbagai jenis kecerdasan secara
bersamaan: PBL memfasilitasi kecerdasan logis-matematis dan intrapersonal,
sementara TPS mengoptimalkan kecerdasan linguistik dan interpersonal. Teori
Self-Determination Theory menjelaskan bahwa kombinasi model memenuhi
ketiga kebutuhan dasar peserta didik secara komprehensif: autonomy melalui
kebebasan memilih strategi dalam PBL, competence melalui pengalaman
sukses dalam kedua model, dan relatedness melalui interaksi sosial intensif
dalam TPS. Penerapan gabungan memungkinkan siswa mengalami cara
berpikir analitis dari PBL dan cara berpikir berkelompok dari TPS, dengan teori
Experiential Learning Kolb yang menjelaskan kombinasi ini menciptakan
siklus belajar yang lebih lengkap dan efek pembelajaran berkelanjutan,
mengkonfirmasi bahwa pendekatan simultan menciptakan sinergi optimal
dalam mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam.
B. Implikasi Penelitian
Setelah peneliti menguraikan simpulan, di bawah ini dikemukakan
implikasi penelitian yang berisikan saran-saran. Adapun saran-saran peneliti dalam
pembahasan ini adalah sebagai berikut.
1. Saran untuk SMP Negeri 6 Watampone
a. Optimalisasi Efek Sinergi Model Pembelajaran
SMP Negeri 6 Watampone direkomendasikan untuk mengembangkan
Standard Operating Procedure (SOP) implementasi kombinasi model Problem
Based Learning dan Think Pair Share yang telah terbukti menghasilkan efek sinergi
33%. Sekolah dapat menyusun jadwal rotasi mingguan atau pembelajaran
terintegrasi dalam satu pertemuan yang memadukan kedua model secara sistematis.
Implementasi dapat dilakukan melalui pembagian waktu pembelajaran: 40% untuk
model PBL dengan fokus pemecahan masalah kontekstual keagamaan, 40% untuk
model TPS dengan penekanan pada diskusi dan refleksi nilai-nilai Islam, dan 20%
untuk sintesis dan evaluasi gabungan. Sekolah juga perlu mengembangkan lesson
plan khusus yang mengintegrasikan tahapan kedua model secara koheren, serta
menyediakan template perencanaan pembelajaran yang memudahkan guru dalam
mengimplementasikan kombinasi model secara konsisten dan efektif.
b. Pengembangan Program Khusus Peningkatan Elaboration
Mengingat aspek Elaboration menjadi kelemahan utama siswa (50,5%),
SMP Negeri 6 Watampone perlu mengembangkan program remedial dan
pengayaan khusus untuk meningkatkan kemampuan elaborasi kreatif. Program ini
dapat berupa: penyelenggaraan workshop "Teknik Elaborasi Kreatif dalam Islam"
yang mengajarkan siswa cara mengembangkan ide secara mendalam, implementasi
jurnal refleksi harian yang meminta siswa mengelaborasi pemahaman nilai-nilai
agama dalam kehidupan sehari-hari, pengembangan proyek kreatif jangka panjang
yang memungkinkan siswa mengeksplorasi topik keagamaan secara mendalam, dan
pembentukan klub "Kreativitas Islam" yang memfasilitasi siswa berbakat untuk
mengembangkan kemampuan elaborasi melalui aktivitas ekstrakurikuler. Sekolah
juga dapat mengundang narasumber eksternal seperti tokoh agama kreatif atau
penulis Islam untuk memberikan
inspirasi dan teknik praktis dalam
mengembangkan pemikiran elaboratif.
c. Sistem Monitoring dan Evaluasi Berkelanjutan
SMP Negeri 6 Watampone perlu mengembangkan sistem monitoring dan
evaluasi yang komprehensif untuk memastikan keberlanjutan implementasi model
pembelajaran inovatif. Sistem ini mencakup: penyusunan instrumen observasi
pembelajaran yang mengukur kualitas implementasi PBL dan TPS secara periodik,
pengembangan dashboard digital yang memantau perkembangan kreativitas siswa
per indikator (Fluency, Flexibility, Originality, Elaboration), pelaksanaan evaluasi
rutin setiap semester dengan melibatkan siswa, guru, dan orang tua untuk
mendapatkan feedback komprehensif, serta dokumentasi best practices yang dapat
dijadikan rujukan pengembangan lebih lanjut. Sekolah juga dapat membentuk tim
quality assurance yang terdiri dari guru senior dan kepala sekolah untuk melakukan
supervisi dan pendampingan implementasi model pembelajaran secara berkelanjutan.
2. Saran untuk lembaga pendidikan, diharapkan:
a. Pengembangan Program Pelatihan Guru Berkelanjutan
Lembaga pendidikan perlu menyelenggarakan program pelatihan
berkelanjutan yang sistematis dan terstruktur untuk meningkatkan kompetensi guru
dalam mengimplementasikan model pembelajaran inovatif. Program pelatihan
dapat dirancang dalam bentuk: workshop intensif implementasi PBL dan TPS
dengan durasi minimal 40 jam yang mencakup teori, praktik, dan evaluasi,
122
pelatihan penyusunan instrumen penilaian kreativitas yang valid dan reliabel sesuai
dengan konteks pembelajaran PAI, program mentoring dan coaching dari guru
senior atau ahli pembelajaran kepada guru yunior selama minimal satu semester,
sharing session bulanan antar guru untuk berbagi best practices, tantangan, dan
solusi dalam implementasi model pembelajaran, serta sertifikasi kompetensi guru
dalam pembelajaran kreatif sebagai bentuk pengakuan profesional. Program
pelatihan juga perlu melibatkan follow-up dan refresher training secara berkala
untuk memastikan implementasi yang konsisten dan berkelanjutan.
b. Pengembangan Infrastruktur dan Sumber Daya Pembelajaran
Lembaga pendidikan perlu menyediakan infrastruktur dan sumber daya
yang mendukung implementasi model pembelajaran aktif dan kreatif.
Pengembangan infrastruktur meliputi: redesign ruang kelas yang fleksibel dengan
furniture yang dapat dipindah untuk memfasilitasi pembelajaran berkelompok dan
diskusi, penyediaan teknologi pembelajaran seperti LCD proyektor, sound system,
dan akses WiFi yang stabil untuk mendukung digital learning, pengembangan
perpustakaan yang kaya dengan koleksi referensi Islam kontemporer, buku-buku
kreativitas, dan sumber belajar multimedia, serta learning resource center yang
menyediakan berbagai media pembelajaran interaktif dan alat peraga untuk
mendukung pemecahan masalah. Sekolah juga perlu mengalokasikan anggaran
khusus untuk pengadaan software pembelajaran, platform e-learning, dan aplikasi
yang mendukung pembelajaran kreatif dan kolaboratif.
c. Pengembangan Kebijakan dan Standar Mutu Pembelajaran
Lembaga pendidikan perlu mengembangkan kebijakan institusional yang
mendukung implementasi pembelajaran inovatif secara konsisten. Kebijakan ini
mencakup: penyusunan standar mutu pembelajaran yang mengintegrasikan aspek
kreativitas sebagai indikator keberhasilan, pengembangan sistem reward dan
insentif bagi guru yang berhasil mengimplementasikan model pembelajaran
inovatif dengan baik, penetapan alokasi waktu minimal untuk penerapan
pembelajaran aktif dalam setiap mata pelajaran, serta pembentukan learning
community internal yang memfasilitasi knowledge sharing dan kolaborasi antar
guru. Lembaga juga perlu mengembangkan kemitraan dengan perguruan tinggi,
lembaga penelitian, atau organisasi profesi guru untuk mendapatkan dukungan
akademik dan teknis dalam pengembangan pembelajaran inovatif yang
berkelanjutan.
Ketersediaan
86108202303337/2025Perpustakaan PusatTersedia
Informasi Detil
Judul Seri

-

No. Panggil

37/2025

Penerbit

IAIN BONE : Watampone.,

Deskripsi Fisik

-

Bahasa

Indonesia

ISBN/ISSN

-

Klasifikasi

Tesis PAI

Informasi Detil
Tipe Isi

-

Tipe Media

-

Tipe Pembawa

-

Edisi

-

Info Detil Spesifik

-

Pernyataan Tanggungjawab
Tidak tersedia versi lain

Advanced Search

Gak perlu repot seting ini itu GRATIS SetUp ,Mengonlinekan SLiMS Di Internet Karena pesan web di Desawarna.com Siap : 085740069967

Pilih Bahasa

Gratis Mengonlinekan SLiMS

Gak perlu repot seting ini itu buat mengonlinekan SLiMS.
GRATIS SetUp ,Mengonlinekan SLiMS Di Internet
Karena pesan web di Desawarna.com
Kontak WhatsApp :

Siap : 085740069967

Template Perpustakaan Desawarna

Kami berharap Template SLiMS ini dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya sebagai template SLiMS bagi semua SLiMerS, serta mampu memberikan dukungan dalam pencapaian tujuan pengembangan perpustakaan dan kearsipan.. Aamiin

Top