Konsep Isrā’ Mi’rāj Dalam Al-Qur’ān (Analisis Tafsir Agus Mustofa Dalam Buku Terpesona Di Sidratul Muntaha)

No image available for this title
Penelitian ini berjudul Konsep Isrā‟ Mi‟rāj dalam Al-Qur‟ān (analisis
Tafsir Agus Mustofa dalam buku Terpesona di Sidratul Muntaha). Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui bagaimana pendapat Mufassir tentang Isrā‟ Mi‟rāj
dalam Al-Qur‟ān dan mengetahui bagaimana Penafsiran Agus Mustofa tentang
Isrā‟ Mi‟rāj.
Untuk mencapai tujuan dari penelitian ini, peneliti menggunakan metode
penelitian Pustaka (Library Research), yaitu pengumpulan data dari berbagai
sumber yang digunakan dalam penelitian dengan mengumpulkan data-data dan
sumber-sumber penelitian melalui buku, jurnal, dan lain sebagainya. Pendekatan
penelitian yang digunakan adalah penedekatan Ilmu Al-Qur‟ān dan Tafsir
Khususnya yang berkaitan dengan penafsiran Agus Mustofa dalam buku
terpesona di Sidratul Muntaha.
Hasil penelian ini berdasarkan pada tujuan Penelitian terbagi menjadi dua.
(1) Bagaimana pendapat Mufassir tentang Isrā‟ Mi‟rāj dalam Al-Qur‟ān,
diantaranya adalah Pendapat Al-Hāfidz Ibnu Hajar Al-Asqālani Rohimakumullāh
bahwa Kebanyakan para ulama yang mengatakan peristiwa Isrā‟ dan Mi‟rāj
terjadi setelah kenabian, namun ada pula yang mengatakan setahun sebelum nabi
hijrah. (2) Penafsiran Agus Mustofa dalam Buku terpesona di Sidratul Muntaha
menerangkan bahwa untuk untuk memahami Isrā‟ Mi‟rāj beliau menggunakan
ilmu tasawuf dan juga ilmu sains agar mampu menafsirkan ayat Al-Qur‟ān dan
mejelaskan peristiwa Isrā‟ Mi‟rāj melaui sebuah analogi-analogi agar Masyarakat
memahami penjelasan ayat dalam Al-Qur‟ān.
A. Kesimpulan
Setelah diuraikan dalam sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Pendapat Al-Hāfidz Ibnu Hajar Al-Asqālāni Rahimakumullāh
menjelaskan bahwa Para ulama berselisih tentang waktu Mi‟rāj, ada
yang mengatakan sebelum kenabian. Ini pendapat yang aneh, kecuali
kalau dianggap terjadinya dalam mimpi, Kebanyakan para ulama yang
mengatakan peristiwa Isrā‟ dan Mi‟rāj terjadi setelah kenabian juga
berselisih, di antaranya mereka ada yang mengatakan setahun sebelum
hijrah. Ini pendapat Ibnu Sa‟ād dan yang lainnya dan dirajihkan
(dikuatkan) oleh An-Nawawi dan Ibnu Hajar, bahkan Ibnu Hajar
berlebihan dengan mengatakan ijma‟(menjadi kesepakatan ulama) dan
itu terjadi pada bulan Rabiul Awal, Klaim ijma‟ ini tertolak, karena
seputar hal itu ada perselisihan yang banyak lebih dari sepuluh
pendapat. Kemudian beliau menyebutkan pendapat para ulama tersebut
satu persatu;
a. Ibnu Sa‟ad dan yang lainnya dan dirajihkan oleh imam An-Nawawi
setahun sebelum hijrah tepatnya bulan Rabiul Awal.
b. Delapan bulan sebelum hijrah tepatnya bulan Rajab, ini isyarat
perkataan Ibnu Hazm ketika berkata; terjadi di bulan Rajab tahun 12
kenabian.
c. Enam bulan sebelum hijrah, tepatnya bulan Ramadhan. Ini
disampaikan oleh Abu Ar-Rabi bin Salim.
d. Sebelas bulan sebelum hijrah tepatnya di bulan Rabiul Akhir. Ini
pendapat Ibrahim bin Ibrahim bin Ishaq Al-Habi, ketika berkata;
terjadi pada bulan Rabiul Akhir, setahun sebelum hijrah. Pendapat ini
e. dirajihkan oleh Ibnu Munayyir dalam Syarah As-Surah karya Ibnu
Abdil Barr.
f. Setahun tiga bulan sebelum hijrah, pendapat ini disampaikan oleh Ibnu
Faaris.
g. Setahun lima bulan sebelum hijrah, ini pendapat As-Suddi.
h. Delapan belas bulan sebelum hijrah tepatnya di bulan Ramadhan.
Pendapat ini disampaikan oleh Ibnu Sa‟ād, Ibnu Abi Subrah, dan Ibnu
Abdilbar.
i. Bulan Rajab tiga tahun sebelum hijrah, pendapat ini disampaikan oleh
Ibnu Asir.
j. Lima tahun sebelum hijrah, ini pendapat imam Az-Zuhri dan
dirajihkan Al-Qadhi'iyadh.
2. Terpesona Di Sidratul Muntaha
Jika kita berhasil mempertahankan suasana khusyuk menyelimuti shalat
kita, maka suatu ketika di puncak kekhusyukan itu, kita akan merasakan suatu
kondisi yang sangat misterius, yang saya menyebutnya sebagai terpesona di
Sidratul muntaha, yang kita capai pada waktu itu sangat sulit untuk digambarkan
dengan kalimat. Akan tetapi, kira-kira merupakan perpaduan antara rasa tentram,
rasa damai, ikhlas, sabar, cinta, indah, puas, dan kagum, tapi sekaligus ada rasa
misterius dan ingin tahu lebih jauh. beliau menyebutnya sebagai rasa terpesona.
Terpesona adalah suatu kondisi kejiwaan dimana kita sangat kagum
kepada sesuatu akan tetapi tidak bisa menjelaskan kenapa dan bagaimana. Tiba-
tiba saja perasaan itu muncul menyergap kita ketika berhadapan dengan sesuatu
yang kehebatannya di luar perkiraan kita selama ini. Tentu saja rasa kagum tidak
bisa muncul begitu saja. Kekaguman akan muncul disebabkan oleh adanya
interaksi antara kita dengan sesuatu yang sangat hebat.
Dalam hal shalat, rasa terpesona itu baru bisa muncul ketika kita melakukan
interaksi dengan Allah. bagaimana mungkin bisa terpesona jika kita tidak
melakukan interaksi dengan Allah dalam shalat kita. Misalnya orang-orang yang
shalatnya tidak paham tentang apa yang dia lakukan. Karena, interaksi baru bisa
terjadi jika kita paham apa yang kita ucapkan. Itulah yang dianjurkan Allah
kepada kita.
Hal ini akan beliau pendalam di bagian-bagian berikutnya dalam buku ini.
Rasa itulah yang muncul pada Nabi Muhammad ketika beliau berada di puncak
kekhusyukannya di langit yang ke tujuh, Di Sidratul Muntaha. Beliau betul-betul
tidak menyangka, bahwa tanda-tanda Kebesaran dan Keagungan Allah akan
ditampakkan kepada beliau dalam bentuk sedemikian rupa. Yang ada, pada waktu
itu, hanyalah rasa terkagum-kagum atas kedahsyatan alam semesta yang beliau
lihat. Namun sebenarnya terselip rasa ingin tahu lebih banyak lagi di hati beliau
tentang segala sesuatu yang berada di balik Sidratul Muntaha. Akan tetapi mata
batin beliau tidak mampu menembusnya. Ya, itulah batas pengetahuan tertinggi
dari makhluk manusia untuk mengetahui rahasia ilmu Allah.
B. Implikasi
1. Pengayaan kajian Tasir Al-Qur‟ān: Penelitian ini dapat menjadi rujukan
penting dalam kajian tafsir Al-Qur‟ān, khususnya terkait dengan surah-
surah yang membahas peristiwa Isrā‟ Mi‟rāj. Analisis terhadap tafsir Agus
Mustofa dapat memberikan perspektif baru dan menarik dalam memahami
ayat-ayat Al-qur‟ān
2. Kaitan dengan ilmu pengetahuan modern: Penelitian dapat menelusuri
kaitan antara konsep Isrā‟ Mi‟rāj dengan temuan-temuan dalam ilmu
pengetahuan modern, seperti Astronomi dan fisika. Hal ini dapat
membuka perspektif baru dalam memahami keajaiban Isrā‟ Mi‟rāj.
Ketersediaan
SFUD2024006363/2024Perpustakaan PusatTersedia
Informasi Detil
Judul Seri

-

No. Panggil

63/2024

Penerbit

IAIN BONE : Watampone.,

Deskripsi Fisik

-

Bahasa

Indonesia

ISBN/ISSN

-

Klasifikasi

Skripsi FUD

Informasi Detil
Tipe Isi

-

Tipe Media

-

Tipe Pembawa

-

Edisi

-

Info Detil Spesifik

-

Pernyataan Tanggungjawab
Tidak tersedia versi lain

Advanced Search

Gak perlu repot seting ini itu GRATIS SetUp ,Mengonlinekan SLiMS Di Internet Karena pesan web di Desawarna.com Siap : 085740069967

Pilih Bahasa

Gratis Mengonlinekan SLiMS

Gak perlu repot seting ini itu buat mengonlinekan SLiMS.
GRATIS SetUp ,Mengonlinekan SLiMS Di Internet
Karena pesan web di Desawarna.com
Kontak WhatsApp :

Siap : 085740069967

Template Perpustakaan Desawarna

Kami berharap Template SLiMS ini dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya sebagai template SLiMS bagi semua SLiMerS, serta mampu memberikan dukungan dalam pencapaian tujuan pengembangan perpustakaan dan kearsipan.. Aamiin

Top