Peran Moderasi Syukur pada Pengelolaan Keuangan Keluarga untuk Meningkatkan Kesejahteraan di Kalangan Rumah Tangga Kelas Menengah di Kecamatan Tellusiattinge
Yuni Indri Astuti/612062020112 - Personal Name
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran moderasi syukur dalam
pengelolaan keuangan keluarga guna meningkatkan kesejahteraan di kalangan rumah
tangga kelas menengah di Kecamatan Tellusiattinge. Latar belakang penelitian ini
berangkat dari pentingnya pengelolaan keuangan yang bijaksana dan terencana dalam
mencapai stabilitas finansial dan kesejahteraan keluarga yang berkelanjutan. Dalam
konteks ini, rasa syukur berperan sebagai faktor moderasi yang dapat memengaruhi
perilaku pengelolaan keuangan keluarga. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif dengan metode survei. Data dikumpulkan melalui angket yang disebarkan
kepada rumah tangga kelas menengah di Kecamatan Tellusiattinge. Variabel yang
diobservasi meliputi niat, persepsi kontrol perilaku, sikap, norma subjek, dan syukur.
Analisis data dilakukan menggunakan model kerangka Theory of Planned Behavior
(TPB) untuk memahami mekanisme psikologis yang mendasari pengelolaan
keuangan keluarga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa niat dan persepsi kontrol
perilaku memiliki pengaruh signifikan terhadap pengelolaan keuangan keluarga.
Selain itu, sikap, norma subjek, dan persepsi kontrol perilaku juga secara signifikan
memengaruhi niat pengelolaan keuangan. Peran mediasi niat dalam hubungan antara
sikap, norma subjek, dan persepsi kontrol perilaku dengan pengelolaan keuangan
terkonfirmasi dalam penelitian ini. Yang menarik, syukur terbukti memoderasi
hubungan antara niat dan pengelolaan keuangan, di mana individu yang memiliki rasa
syukur yang tinggi cenderung lebih bijaksana dalam mengelola keuangan, fokus pada
kebutuhan nyata, dan mengurangi dorongan untuk pengeluaran berlebihan. Penelitian
ini memberikan kontribusi penting dalam memahami faktor-faktor yang
memengaruhi pengelolaan keuangan keluarga, khususnya dalam konteks rumah
tangga kelas menengah di Indonesia. Implikasi praktis dari penelitian ini dapat
digunakan untuk merancang program edukasi dan intervensi yang menekankan
pentingnya rasa syukur dalam pengelolaan keuangan guna meningkatkan
kesejahteraan keluarga.
A. Kesimpulan
1. Niat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku pengelolaan
keuangan keluarga di kalangan kelas menengah di Kecamatan Tellusiattinge.
Niat yang kuat mendorong individu untuk terlibat aktif dalam praktik
pengelolaan keuangan dan mengambil keputusan konkret untuk bertindak.
Dalam kerangka model Teori Perilaku Terencana (TPB), niat mencerminkan
dorongan batin atau motivasi mendalam seseorang untuk mencapai tujuan
tertentu, dalam hal ini pengelolaan keuangan keluarga. Dalam ekonomi Islam,
niat yang baik dalam pengelolaan keuangan keluarga selaras dengan prinsip
maslahah, yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rumah tangga
melalui praktik keuangan yang bijaksana. Dengan demikian, niat yang kuat
tidak hanya memicu awal terbentuknya niat, tetapi juga memperkuat komitmen
individu terhadap rencana dan tujuan yang telah ditetapkan.
2. Sikap, norma subjektif, dan persepsi kontrol perilaku memiliki pengaruh yang
berbeda terhadap niat pengelolaan keuangan keluarga di kalangan kelas
menengah di Kecamatan Tellusiattinge. Sikap seseorang terhadap pentingnya
pengelolaan keuangan keluarga tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap
niat mereka untuk bertindak. Meskipun sikap positif terhadap pengelolaan
keuangan penting, itu tidak cukup kuat untuk membentuk niat yang kuat.
Sebaliknya, norma subjektif memiliki pengaruh signifikan terhadap niat,
menunjukkan bahwa dorongan sosial dan harapan dari lingkungan sekitar
memainkan peran penting dalam membentuk niat individu. Persepsi kontrol
105
perilaku juga berpengaruh signifikan terhadap niat, di mana keyakinan individu
akan kemampuan mereka untuk mengendalikan perilaku keuangan memperkuat
niat mereka untuk mengelola keuangan keluarga dengan baik.
3. Peran moderasi syukur menunjukkan hasil yang bervariasi dalam mempengaruhi
hubungan antara sikap, norma subjektif, dan persepsi kontrol perilaku terhadap
niat pengelolaan keuangan keluarga di kalangan kelas menengah di Kecamatan
Tellusiattinge. Interaksi antara syukur dan sikap tidak memiliki pengaruh
signifikan terhadap niat, yang berarti kombinasi keduanya tidak memberikan
kontribusi tambahan yang signifikan terhadap pembentukan niat. Namun,
interaksi antara syukur dan norma subjektif menunjukkan pengaruh signifikan,
di mana rasa syukur yang tinggi dan norma sosial yang kuat secara bersama-
sama memperkuat niat individu untuk mengelola keuangan keluarga. Interaksi
antara syukur dan persepsi kontrol perilaku tidak menunjukkan signifikansi
statistik, mengindikasikan bahwa meskipun penting, kombinasi keduanya tidak
cukup kuat untuk mempengaruhi niat secara signifikan.
4. Peran mediasi niat pada hubungan antara sikap, norma subjektif, dan persepsi
kontrol perilaku terhadap perilaku pengelolaan keuangan keluarga menunjukkan
hasil yang beragam di kalangan kelas menengah di Kecamatan Tellusiattinge.
Sikap terhadap pengelolaan keuangan keluarga tidak secara langsung
mempengaruhi keputusan untuk mengelola keuangan keluarga melalui niat.
Norma subjektif memiliki pengaruh signifikan terhadap niat, yang kemudian
mempengaruhi perilaku pengelolaan keuangan keluarga, menunjukkan bahwa
norma sosial yang kuat mendorong individu untuk membentuk niat yang terarah
dan melakukan tindakan konkret. Persepsi kontrol perilaku juga berpengaruh
signifikan terhadap niat, yang kemudian mempengaruhi perilaku pengelolaan
keuangan keluarga. Ketulusan niat memperkuat komitmen individu untuk
mengambil langkah-langkah nyata dalam mencapai tujuan mereka, seperti
dalam pengelolaan keuangan keluarga.
B. Rekomendasi
1. Meningkatkan Kesadaran dan Motivasi Niat: Program edukasi keuangan yang
menekankan pentingnya niat dalam pengelolaan keuangan keluarga harus
diperkuat. Seminar, workshop, dan kampanye kesadaran dapat digunakan untuk
membantu individu memahami bagaimana niat yang kuat dapat mempengaruhi
perilaku pengelolaan keuangan mereka secara positif. Mengintegrasikan nilai-
nilai moral dan prinsip-prinsip ekonomi Islam dalam program-program ini dapat
membantu memperkuat niat yang baik dalam mengelola keuangan keluarga.
2. Menguatkan Norma Sosial yang Mendukung Pengelolaan Keuangan:
Masyarakat dan lembaga lokal harus bekerja sama untuk menciptakan
lingkungan sosial yang mendukung pengelolaan keuangan keluarga yang baik.
Norma-norma sosial yang positif dapat dipromosikan melalui komunitas,
organisasi masyarakat, dan lembaga pendidikan. Dukungan sosial ini dapat
membantu individu merasa lebih termotivasi dan didorong untuk mengelola
keuangan keluarga mereka dengan bijaksana.
3. Meningkatkan Persepsi Kontrol Perilaku: Pelatihan dan kursus yang
meningkatkan kemampuan individu dalam mengelola keuangan harus
disediakan. Program-program ini dapat mencakup perencanaan keuangan,
pengendalian anggaran, dan pengelolaan utang. Dengan meningkatkan
keterampilan dan kepercayaan diri dalam pengelolaan keuangan, individu akan
merasa lebih mampu mengendalikan perilaku keuangan mereka, yang pada
akhirnya memperkuat niat dan tindakan mereka.
4. Memperkuat Sikap Positif terhadap Pengelolaan Keuangan: Meski sikap positif
tidak secara langsung mempengaruhi niat, penting untuk terus mempromosikan
sikap yang baik terhadap pengelolaan keuangan. Kampanye kesadaran dan
edukasi harus menekankan manfaat jangka panjang dari pengelolaan keuangan
yang baik, termasuk kesejahteraan finansial dan stabilitas ekonomi keluarga.
5. Mengintegrasikan Nilai Syukur dalam Pendidikan Keuangan: Nilai syukur dapat
diperkuat dalam konteks pengelolaan keuangan melalui program-program
edukasi yang mengajarkan pentingnya menghargai dan memanfaatkan sumber
daya dengan bijaksana. Hal ini dapat dilakukan melalui pendekatan yang
menggabungkan prinsip-prinsip ekonomi Islam dan nilai-nilai moral.
Masyarakat harus didorong untuk mengembangkan sikap syukur, yang dapat
memperkuat norma subjektif dan niat mereka dalam pengelolaan keuangan.
6. Pengembangan Kebijakan dan Dukungan Struktural: Pemerintah dan lembaga
terkait harus mengembangkan kebijakan yang mendukung pengelolaan
keuangan keluarga. Ini bisa mencakup insentif untuk edukasi keuangan, akses
yang lebih mudah ke layanan keuangan yang adil, dan program bantuan
keuangan bagi keluarga yang membutuhkan. Dukungan struktural ini dapat
membantu menciptakan kondisi yang kondusif untuk pengelolaan keuangan
yang baik dan berkelanjutan.
C. Saran
1. Pendidikan dan Pelatihan Keuangan: Pemerintah dan lembaga non-pemerintah
sebaiknya mengadakan program pendidikan dan pelatihan keuangan secara rutin
untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pengelolaan keuangan
keluarga. Program ini harus mencakup aspek perencanaan keuangan,
penganggaran, pengelolaan utang, dan investasi.
2. Promosi Nilai dan Norma Positif: Komunitas lokal dan organisasi masyarakat
dapat memperkuat norma-norma sosial yang mendukung pengelolaan keuangan
yang baik dengan mengadakan diskusi kelompok, seminar, dan kampanye yang
menekankan pentingnya pengelolaan keuangan yang bertanggung jawab dan
beretika.
3. Penggunaan Media Sosial dan Teknologi:Manfaatkan media sosial dan teknologi
digital untuk menyebarkan informasi dan edukasi tentang pengelolaan keuangan
keluarga. Aplikasi keuangan yang mudah digunakan dan situs web edukatif dapat
membantu masyarakat memperoleh pengetahuan keuangan yang diperlukan.
4. Peningkatan Peran Keluarga:Anggota keluarga sebaiknya saling mendukung dan
berbagi tanggung jawab dalam pengelolaan keuangan. Diskusi keluarga tentang
tujuan keuangan, perencanaan anggaran, dan prioritas pengeluaran dapat
membantu membangun komitmen bersama dan memperkuat niat dalam
mengelola keuangan keluarga.
5. Pengembangan Kebijakan Pendukung: Pemerintah daerah harus
mengembangkan kebijakan yang mendukung edukasi dan pengelolaan keuangan
keluarga, seperti insentif pajak untuk pendidikan keuangan, program bantuan
keuangan bagi keluarga berpenghasilan rendah, dan akses yang lebih mudah ke
layanan keuangan yang adil.
6. Integrasi Nilai Syukur dalam Kehidupan Sehari-hari: Masyarakat di Kecamatan
Tellusiattinge disarankan untuk mengintegrasikan nilai syukur dalam kehidupan
sehari-hari. Praktik syukur dapat diajarkan melalui kegiatan keagamaan,
ceramah, dan lokakarya yang menekankan pentingnya menghargai dan
memanfaatkan sumber daya dengan bijaksana.
7. Monitoring dan Evaluasi: Program dan kebijakan yang diterapkan harus secara
rutin dimonitor dan dievaluasi untuk memastikan efektivitasnya. Feedback dari
peserta program dan masyarakat dapat digunakan untuk memperbaiki dan
menyesuaikan program agar lebih sesuai dengan kebutuhan mereka.
8. Peningkatan Akses Informasi: Meningkatkan akses informasi keuangan bagi
masyarakat dengan menyediakan bahan bacaan, modul, dan panduan praktis
tentang pengelolaan keuangan keluarga di perpustakaan umum, pusat komunitas,
dan melalui platform online.
D. Implikasi
1. Pendidikan dan Pelatihan Keuangan: Program pendidikan dan pelatihan
keuangan yang intensif dan berkelanjutan akan meningkatkan literasi keuangan
masyarakat, membuat mereka lebih mampu mengelola keuangan keluarga secara
efektif. Hal ini dapat mengurangi masalah keuangan rumah tangga seperti utang
yang berlebihan dan ketidakmampuan untuk menabung, serta meningkatkan
stabilitas ekonomi keluarga.
2. Penguatan Norma Sosial dan Budaya: Memperkuat norma sosial yang
mendukung pengelolaan keuangan keluarga yang baik akan menciptakan
lingkungan yang kondusif bagi perilaku keuangan yang positif. Norma sosial
yang kuat dapat memotivasi individu untuk mengadopsi praktik keuangan yang
bijaksana dan bertanggung jawab, yang pada akhirnya meningkatkan
kesejahteraan finansial masyarakat.
3. Pemanfaatan Teknologi Digital: Dengan menggunakan media sosial dan
teknologi digital untuk edukasi keuangan, informasi dapat disebarluaskan dengan
lebih cepat dan luas. Akses yang mudah ke aplikasi keuangan dan sumber daya
online dapat membantu masyarakat lebih memahami dan mengelola keuangan
mereka, sehingga meningkatkan keterampilan keuangan mereka dan
memungkinkan mereka membuat keputusan keuangan yang lebih baik.
4. Peran Keluarga dalam Pengelolaan Keuangan: Diskusi keluarga tentang
keuangan akan memperkuat komunikasi dan kolaborasi dalam keluarga,
membuat semua anggota keluarga lebih sadar akan tujuan keuangan bersama dan
lebih berkomitmen untuk mencapainya. Hal ini juga dapat mengurangi konflik
keuangan dalam keluarga dan meningkatkan harmoni keluarga.
5. Kebijakan Pemerintah yang Mendukung: Pengembangan kebijakan yang
mendukung pengelolaan keuangan keluarga akan memberikan dasar yang kuat
bagi masyarakat untuk mengelola keuangan mereka dengan lebih baik.
Kebijakan yang tepat dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan bagi
keluarga untuk belajar, berlatih, dan menerapkan keterampilan keuangan yang
diperlukan untuk mencapai stabilitas finansial dan kesejahteraan.
6. Integrasi Nilai Syukur dalam Kehidupan Sehari-hari: Dengan mengintegrasikan
nilai syukur dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat akan lebih menghargai dan
bijaksana dalam menggunakan sumber daya mereka. Hal ini dapat mendorong
perilaku keuangan yang lebih bertanggung jawab dan berkelanjutan, serta
meningkatkan kesejahteraan spiritual dan moral individu dan keluarga.
7. Monitoring dan Evaluasi Program: Monitoring dan evaluasi yang rutin akan
memastikan bahwa program dan kebijakan yang diterapkan benar-benar efektif
dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Hal ini memungkinkan penyesuaian
yang diperlukan untuk meningkatkan dampak positif dari program tersebut, serta
memastikan bahwa sumber daya yang digunakan untuk program tersebut
memberikan manfaat maksimal.
8. Akses Informasi yang Lebih Luas: Peningkatan akses informasi keuangan akan
memberdayakan masyarakat dengan pengetahuan dan alat yang mereka butuhkan
untuk mengelola keuangan mereka dengan lebih baik. Dengan akses yang lebih
mudah ke informasi, masyarakat dapat membuat keputusan keuangan yang lebih
informasi dan bijaksana, yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan
finansial mereka.
pengelolaan keuangan keluarga guna meningkatkan kesejahteraan di kalangan rumah
tangga kelas menengah di Kecamatan Tellusiattinge. Latar belakang penelitian ini
berangkat dari pentingnya pengelolaan keuangan yang bijaksana dan terencana dalam
mencapai stabilitas finansial dan kesejahteraan keluarga yang berkelanjutan. Dalam
konteks ini, rasa syukur berperan sebagai faktor moderasi yang dapat memengaruhi
perilaku pengelolaan keuangan keluarga. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif dengan metode survei. Data dikumpulkan melalui angket yang disebarkan
kepada rumah tangga kelas menengah di Kecamatan Tellusiattinge. Variabel yang
diobservasi meliputi niat, persepsi kontrol perilaku, sikap, norma subjek, dan syukur.
Analisis data dilakukan menggunakan model kerangka Theory of Planned Behavior
(TPB) untuk memahami mekanisme psikologis yang mendasari pengelolaan
keuangan keluarga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa niat dan persepsi kontrol
perilaku memiliki pengaruh signifikan terhadap pengelolaan keuangan keluarga.
Selain itu, sikap, norma subjek, dan persepsi kontrol perilaku juga secara signifikan
memengaruhi niat pengelolaan keuangan. Peran mediasi niat dalam hubungan antara
sikap, norma subjek, dan persepsi kontrol perilaku dengan pengelolaan keuangan
terkonfirmasi dalam penelitian ini. Yang menarik, syukur terbukti memoderasi
hubungan antara niat dan pengelolaan keuangan, di mana individu yang memiliki rasa
syukur yang tinggi cenderung lebih bijaksana dalam mengelola keuangan, fokus pada
kebutuhan nyata, dan mengurangi dorongan untuk pengeluaran berlebihan. Penelitian
ini memberikan kontribusi penting dalam memahami faktor-faktor yang
memengaruhi pengelolaan keuangan keluarga, khususnya dalam konteks rumah
tangga kelas menengah di Indonesia. Implikasi praktis dari penelitian ini dapat
digunakan untuk merancang program edukasi dan intervensi yang menekankan
pentingnya rasa syukur dalam pengelolaan keuangan guna meningkatkan
kesejahteraan keluarga.
A. Kesimpulan
1. Niat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku pengelolaan
keuangan keluarga di kalangan kelas menengah di Kecamatan Tellusiattinge.
Niat yang kuat mendorong individu untuk terlibat aktif dalam praktik
pengelolaan keuangan dan mengambil keputusan konkret untuk bertindak.
Dalam kerangka model Teori Perilaku Terencana (TPB), niat mencerminkan
dorongan batin atau motivasi mendalam seseorang untuk mencapai tujuan
tertentu, dalam hal ini pengelolaan keuangan keluarga. Dalam ekonomi Islam,
niat yang baik dalam pengelolaan keuangan keluarga selaras dengan prinsip
maslahah, yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rumah tangga
melalui praktik keuangan yang bijaksana. Dengan demikian, niat yang kuat
tidak hanya memicu awal terbentuknya niat, tetapi juga memperkuat komitmen
individu terhadap rencana dan tujuan yang telah ditetapkan.
2. Sikap, norma subjektif, dan persepsi kontrol perilaku memiliki pengaruh yang
berbeda terhadap niat pengelolaan keuangan keluarga di kalangan kelas
menengah di Kecamatan Tellusiattinge. Sikap seseorang terhadap pentingnya
pengelolaan keuangan keluarga tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap
niat mereka untuk bertindak. Meskipun sikap positif terhadap pengelolaan
keuangan penting, itu tidak cukup kuat untuk membentuk niat yang kuat.
Sebaliknya, norma subjektif memiliki pengaruh signifikan terhadap niat,
menunjukkan bahwa dorongan sosial dan harapan dari lingkungan sekitar
memainkan peran penting dalam membentuk niat individu. Persepsi kontrol
105
perilaku juga berpengaruh signifikan terhadap niat, di mana keyakinan individu
akan kemampuan mereka untuk mengendalikan perilaku keuangan memperkuat
niat mereka untuk mengelola keuangan keluarga dengan baik.
3. Peran moderasi syukur menunjukkan hasil yang bervariasi dalam mempengaruhi
hubungan antara sikap, norma subjektif, dan persepsi kontrol perilaku terhadap
niat pengelolaan keuangan keluarga di kalangan kelas menengah di Kecamatan
Tellusiattinge. Interaksi antara syukur dan sikap tidak memiliki pengaruh
signifikan terhadap niat, yang berarti kombinasi keduanya tidak memberikan
kontribusi tambahan yang signifikan terhadap pembentukan niat. Namun,
interaksi antara syukur dan norma subjektif menunjukkan pengaruh signifikan,
di mana rasa syukur yang tinggi dan norma sosial yang kuat secara bersama-
sama memperkuat niat individu untuk mengelola keuangan keluarga. Interaksi
antara syukur dan persepsi kontrol perilaku tidak menunjukkan signifikansi
statistik, mengindikasikan bahwa meskipun penting, kombinasi keduanya tidak
cukup kuat untuk mempengaruhi niat secara signifikan.
4. Peran mediasi niat pada hubungan antara sikap, norma subjektif, dan persepsi
kontrol perilaku terhadap perilaku pengelolaan keuangan keluarga menunjukkan
hasil yang beragam di kalangan kelas menengah di Kecamatan Tellusiattinge.
Sikap terhadap pengelolaan keuangan keluarga tidak secara langsung
mempengaruhi keputusan untuk mengelola keuangan keluarga melalui niat.
Norma subjektif memiliki pengaruh signifikan terhadap niat, yang kemudian
mempengaruhi perilaku pengelolaan keuangan keluarga, menunjukkan bahwa
norma sosial yang kuat mendorong individu untuk membentuk niat yang terarah
dan melakukan tindakan konkret. Persepsi kontrol perilaku juga berpengaruh
signifikan terhadap niat, yang kemudian mempengaruhi perilaku pengelolaan
keuangan keluarga. Ketulusan niat memperkuat komitmen individu untuk
mengambil langkah-langkah nyata dalam mencapai tujuan mereka, seperti
dalam pengelolaan keuangan keluarga.
B. Rekomendasi
1. Meningkatkan Kesadaran dan Motivasi Niat: Program edukasi keuangan yang
menekankan pentingnya niat dalam pengelolaan keuangan keluarga harus
diperkuat. Seminar, workshop, dan kampanye kesadaran dapat digunakan untuk
membantu individu memahami bagaimana niat yang kuat dapat mempengaruhi
perilaku pengelolaan keuangan mereka secara positif. Mengintegrasikan nilai-
nilai moral dan prinsip-prinsip ekonomi Islam dalam program-program ini dapat
membantu memperkuat niat yang baik dalam mengelola keuangan keluarga.
2. Menguatkan Norma Sosial yang Mendukung Pengelolaan Keuangan:
Masyarakat dan lembaga lokal harus bekerja sama untuk menciptakan
lingkungan sosial yang mendukung pengelolaan keuangan keluarga yang baik.
Norma-norma sosial yang positif dapat dipromosikan melalui komunitas,
organisasi masyarakat, dan lembaga pendidikan. Dukungan sosial ini dapat
membantu individu merasa lebih termotivasi dan didorong untuk mengelola
keuangan keluarga mereka dengan bijaksana.
3. Meningkatkan Persepsi Kontrol Perilaku: Pelatihan dan kursus yang
meningkatkan kemampuan individu dalam mengelola keuangan harus
disediakan. Program-program ini dapat mencakup perencanaan keuangan,
pengendalian anggaran, dan pengelolaan utang. Dengan meningkatkan
keterampilan dan kepercayaan diri dalam pengelolaan keuangan, individu akan
merasa lebih mampu mengendalikan perilaku keuangan mereka, yang pada
akhirnya memperkuat niat dan tindakan mereka.
4. Memperkuat Sikap Positif terhadap Pengelolaan Keuangan: Meski sikap positif
tidak secara langsung mempengaruhi niat, penting untuk terus mempromosikan
sikap yang baik terhadap pengelolaan keuangan. Kampanye kesadaran dan
edukasi harus menekankan manfaat jangka panjang dari pengelolaan keuangan
yang baik, termasuk kesejahteraan finansial dan stabilitas ekonomi keluarga.
5. Mengintegrasikan Nilai Syukur dalam Pendidikan Keuangan: Nilai syukur dapat
diperkuat dalam konteks pengelolaan keuangan melalui program-program
edukasi yang mengajarkan pentingnya menghargai dan memanfaatkan sumber
daya dengan bijaksana. Hal ini dapat dilakukan melalui pendekatan yang
menggabungkan prinsip-prinsip ekonomi Islam dan nilai-nilai moral.
Masyarakat harus didorong untuk mengembangkan sikap syukur, yang dapat
memperkuat norma subjektif dan niat mereka dalam pengelolaan keuangan.
6. Pengembangan Kebijakan dan Dukungan Struktural: Pemerintah dan lembaga
terkait harus mengembangkan kebijakan yang mendukung pengelolaan
keuangan keluarga. Ini bisa mencakup insentif untuk edukasi keuangan, akses
yang lebih mudah ke layanan keuangan yang adil, dan program bantuan
keuangan bagi keluarga yang membutuhkan. Dukungan struktural ini dapat
membantu menciptakan kondisi yang kondusif untuk pengelolaan keuangan
yang baik dan berkelanjutan.
C. Saran
1. Pendidikan dan Pelatihan Keuangan: Pemerintah dan lembaga non-pemerintah
sebaiknya mengadakan program pendidikan dan pelatihan keuangan secara rutin
untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pengelolaan keuangan
keluarga. Program ini harus mencakup aspek perencanaan keuangan,
penganggaran, pengelolaan utang, dan investasi.
2. Promosi Nilai dan Norma Positif: Komunitas lokal dan organisasi masyarakat
dapat memperkuat norma-norma sosial yang mendukung pengelolaan keuangan
yang baik dengan mengadakan diskusi kelompok, seminar, dan kampanye yang
menekankan pentingnya pengelolaan keuangan yang bertanggung jawab dan
beretika.
3. Penggunaan Media Sosial dan Teknologi:Manfaatkan media sosial dan teknologi
digital untuk menyebarkan informasi dan edukasi tentang pengelolaan keuangan
keluarga. Aplikasi keuangan yang mudah digunakan dan situs web edukatif dapat
membantu masyarakat memperoleh pengetahuan keuangan yang diperlukan.
4. Peningkatan Peran Keluarga:Anggota keluarga sebaiknya saling mendukung dan
berbagi tanggung jawab dalam pengelolaan keuangan. Diskusi keluarga tentang
tujuan keuangan, perencanaan anggaran, dan prioritas pengeluaran dapat
membantu membangun komitmen bersama dan memperkuat niat dalam
mengelola keuangan keluarga.
5. Pengembangan Kebijakan Pendukung: Pemerintah daerah harus
mengembangkan kebijakan yang mendukung edukasi dan pengelolaan keuangan
keluarga, seperti insentif pajak untuk pendidikan keuangan, program bantuan
keuangan bagi keluarga berpenghasilan rendah, dan akses yang lebih mudah ke
layanan keuangan yang adil.
6. Integrasi Nilai Syukur dalam Kehidupan Sehari-hari: Masyarakat di Kecamatan
Tellusiattinge disarankan untuk mengintegrasikan nilai syukur dalam kehidupan
sehari-hari. Praktik syukur dapat diajarkan melalui kegiatan keagamaan,
ceramah, dan lokakarya yang menekankan pentingnya menghargai dan
memanfaatkan sumber daya dengan bijaksana.
7. Monitoring dan Evaluasi: Program dan kebijakan yang diterapkan harus secara
rutin dimonitor dan dievaluasi untuk memastikan efektivitasnya. Feedback dari
peserta program dan masyarakat dapat digunakan untuk memperbaiki dan
menyesuaikan program agar lebih sesuai dengan kebutuhan mereka.
8. Peningkatan Akses Informasi: Meningkatkan akses informasi keuangan bagi
masyarakat dengan menyediakan bahan bacaan, modul, dan panduan praktis
tentang pengelolaan keuangan keluarga di perpustakaan umum, pusat komunitas,
dan melalui platform online.
D. Implikasi
1. Pendidikan dan Pelatihan Keuangan: Program pendidikan dan pelatihan
keuangan yang intensif dan berkelanjutan akan meningkatkan literasi keuangan
masyarakat, membuat mereka lebih mampu mengelola keuangan keluarga secara
efektif. Hal ini dapat mengurangi masalah keuangan rumah tangga seperti utang
yang berlebihan dan ketidakmampuan untuk menabung, serta meningkatkan
stabilitas ekonomi keluarga.
2. Penguatan Norma Sosial dan Budaya: Memperkuat norma sosial yang
mendukung pengelolaan keuangan keluarga yang baik akan menciptakan
lingkungan yang kondusif bagi perilaku keuangan yang positif. Norma sosial
yang kuat dapat memotivasi individu untuk mengadopsi praktik keuangan yang
bijaksana dan bertanggung jawab, yang pada akhirnya meningkatkan
kesejahteraan finansial masyarakat.
3. Pemanfaatan Teknologi Digital: Dengan menggunakan media sosial dan
teknologi digital untuk edukasi keuangan, informasi dapat disebarluaskan dengan
lebih cepat dan luas. Akses yang mudah ke aplikasi keuangan dan sumber daya
online dapat membantu masyarakat lebih memahami dan mengelola keuangan
mereka, sehingga meningkatkan keterampilan keuangan mereka dan
memungkinkan mereka membuat keputusan keuangan yang lebih baik.
4. Peran Keluarga dalam Pengelolaan Keuangan: Diskusi keluarga tentang
keuangan akan memperkuat komunikasi dan kolaborasi dalam keluarga,
membuat semua anggota keluarga lebih sadar akan tujuan keuangan bersama dan
lebih berkomitmen untuk mencapainya. Hal ini juga dapat mengurangi konflik
keuangan dalam keluarga dan meningkatkan harmoni keluarga.
5. Kebijakan Pemerintah yang Mendukung: Pengembangan kebijakan yang
mendukung pengelolaan keuangan keluarga akan memberikan dasar yang kuat
bagi masyarakat untuk mengelola keuangan mereka dengan lebih baik.
Kebijakan yang tepat dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan bagi
keluarga untuk belajar, berlatih, dan menerapkan keterampilan keuangan yang
diperlukan untuk mencapai stabilitas finansial dan kesejahteraan.
6. Integrasi Nilai Syukur dalam Kehidupan Sehari-hari: Dengan mengintegrasikan
nilai syukur dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat akan lebih menghargai dan
bijaksana dalam menggunakan sumber daya mereka. Hal ini dapat mendorong
perilaku keuangan yang lebih bertanggung jawab dan berkelanjutan, serta
meningkatkan kesejahteraan spiritual dan moral individu dan keluarga.
7. Monitoring dan Evaluasi Program: Monitoring dan evaluasi yang rutin akan
memastikan bahwa program dan kebijakan yang diterapkan benar-benar efektif
dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Hal ini memungkinkan penyesuaian
yang diperlukan untuk meningkatkan dampak positif dari program tersebut, serta
memastikan bahwa sumber daya yang digunakan untuk program tersebut
memberikan manfaat maksimal.
8. Akses Informasi yang Lebih Luas: Peningkatan akses informasi keuangan akan
memberdayakan masyarakat dengan pengetahuan dan alat yang mereka butuhkan
untuk mengelola keuangan mereka dengan lebih baik. Dengan akses yang lebih
mudah ke informasi, masyarakat dapat membuat keputusan keuangan yang lebih
informasi dan bijaksana, yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan
finansial mereka.
Ketersediaan
| SFEBI20240240 | 240/2024 | Perpustakaan Pusat | Tersedia |
Informasi Detil
Judul Seri
-
No. Panggil
240/2024
Penerbit
IAIN BONE : Watampone., 2024
Deskripsi Fisik
-
Bahasa
Indonesia
ISBN/ISSN
-
Klasifikasi
Skripsi FEBI
Informasi Detil
Tipe Isi
-
Tipe Media
-
Tipe Pembawa
-
Edisi
-
Subyek
Info Detil Spesifik
-
Pernyataan Tanggungjawab
-
Tidak tersedia versi lain
