Implementasi Tugas dan Fungsi Taruna Siaga Bencana (TAGANA) Berdasarkan Permensos Nomor 28 Tahun 2012 (Studi di Dinas Sosial Kabupaten Bone)
Wais Al-Farni/74235202106 - Personal Name
Skripsi ini memfokuskan pada penelitian Impelemnetasi Tugas dan fungsi
Tarauna Siaga Bencana Berdasarkan Permensos Nomor 28 Tahun 2012 Studi di Dinas
Sosial Kabupaten Bone. Permasalahan yang ada dalam penelitian ini adalah karena
adanya bencana yang tejadi pada tahun 2024 sebanyak 200 desa yang terkena dampak
dari bencana alam itu sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
implementasi tugas dan fungsi Taruna Siaga Bencana (Tagana) berdasarkan Permensos
Nomor 28 Tahun 2012. Dan faktor-faktor penghambat serta solusi dalam melaksanakan
tugas dan fungsi Tagana. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan
menggunakan metode pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris. Sumber data
dari penelitian ini terdiri atas data primer atau informan yang akan diwawancarai yang
diperoleh melalui wawancara, observasi, serta dokumentasi di Dinas Sosial Kabupaten
Bone.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelakasanaan tugas dan fungsi Tagana
telah berjalan sesuai dengan Permensos Nomor 28 Tahun 2012, namun masih
ditemukan beberapa kendala operasional seperti keterbatasan anggaran, perlatan yang
belum memadai, dan koordinasi lintas sektoral yang belum optimal. Kapasitas dan
kompetensi umum anggota Tagana dalam menjalankan tugas kesiapsiagaan, tanggap
darurat, dan pemulihan pascabencana secara sudah baik, terutama dalam aspek
perlindungan sosial dan pendampingan psikososial korban bencana. Peneliti juga
menemukan bahwa peran Tagana dalam upaya pengurangan risiko bencana berbasis
masyarakat perlu ditingkatkan seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat
terhadap ancaman bencana. Rekomendasi dari penelitian ini mencakup penguatan
dukungan kebijakn dan anggaran, peningkatan kapasitas anggota Tagana secara
berkelanjutan serta pengembangan sistem koordinasi yang lebih efektif dengan
pemangku kepentingan lainnya dalam penanggulangan bencana
A. Kesimpulan
1. Implementasi Tugas dan Fungsi Taruna Siaga Bencana dalam Penanganan Bencana
Alam menunjukkan bahwa Tagana memiliki peran yang krusial sebagai garda
terdepan dalam respons bencana, terutama pada fase tanggap darurat dan pemulihan
awal. Dalam pelaksanaannya, Tagana telah mengimplementasikan berbagai tugas
mulai dari penilaian kebutuhan, evakuasi korban, pendirian dapur umum, distribusi
bantuan logistik, penyediaan perumahan sementara, hingga dukungan psikososial
bagi korban bencana. Fungsi Tagana juga mencakup aspek koordinasi dengan
berbagai pemangku kepentingan, baik dari unsur pemerintah, organaisasi non
pemerintah, maupun pihak swasta. Mereka menjembatani komunikasi antara
masyarakat dengan lembaga formal penanganan bencana, sehingga bantuan dapat
tersalurkan secara efektif dan sesuai kebutuhan. Secara kontekstual, Tagana
mewujudkan prinsip gotong royong dan kesukarelawan dalam penanggulangan
beancana, yang sejalan dengan nilai-nilai budaya masyarakat Indonesia.
2. Faktor Penghambat serta solusi dalam Pelaksanaan Tugas dan Fungsi Taruna Siaga
Bencana dalam Permensos Nomor 28 Tahun 2012 menunjukkan bahwa Sebagai
sukarelawan dalam bidang penanggulangan bencana di indonesia berhadapan
dengan berbagai elemen yang mempengaruhi kefektifan pelaksanaan tanggung
jawab dan perannya. Di sisi lain, ada beberapa solusi yang dapat di optimalkan
untuk meningkatkan kinerja Tagana. Yaitu dukungan pemerintah dalam bentuk
dasar hukum yang jelas melalui regulasi menteri urusan sosial dan peraturan
program pembangunan kapasitas pemerintah pusat adalah modal yang penting.
Komitmen anggota ditunjukkan oleh semangat sukarelawan yang tinggi dan
kemauan untuk bekerja, keterlibatan masyarakat yang aktif dalam kegiatan
kesiapsiagaan bencana sangat mendukung Tagana dalam melaksanakan program
didorong oleh meningkatnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya
penanggulangan bencana. Kolaborasi dengan organisasi Non- Pemerintah, dan
dunia usaha, membuka akses terhadap tambahan sumber daya dan peningkatan
kemajuan teknologi informasi juga menjadi faktor pendukung yang signifikan
dengan menciptakan sistem peringatan dini yang lebih efektif dan meningkatkan
koordinasi antar tim Tagana di berbagai daerah.
B. Saran
1. Implementasi tugas dan fungsi Tagana dapat di optimalkan melalui beberapa
kunci strategi. Pertama, penguatan kapasitas anggota Tagana melalui pelatihan
berkala yang tidak hanya mencakup teknis penanggulangan bencana, tetapi juga
pengetahuan tentang kearifan lokal dalam mitigasi bencana. Kedua,
memperkuat koordinasi antara Tagana dengan lembaga penanggulangan
bencana lainnya seperti BNPB dan BPBD untuk meningkatkan respons terpadu
saat terjadi bencana. Pengembangan sistem informasi dan komunikasi yang
terintegrasi juga sangat penting untuk memastikan penyebaran informasi yang
cepat dan akurat selama bencana. Selain itu, pelibatan aktif Tagana dalam
simulasi bencana secara berkala di tingkat masyarakat akan meningkatkan
kesiapsiagaan dan membangun kepercayaan masyarakat.
2. Penguatan peran Tagana dalam pendampingan sosial pasca-bencana perlu
diprioritaskan dengan memberikan pelatihan khusus untuk mendukung
pemulihan psikososial korban. Perlu juga adanya inovasi dalam metode
sosialisasi dan edukasi kebencanaan yang dilakukan Tagana, seperti
pemanfaata media sosial dan platfrom digital untuk menjangkau masyarakat
yang lebih luas. Pendanaan yang berkemampuan dan berkelanjutan harus
ditunjukan untuk mendukung operasional Tagana, termasuk penyediaan
peralatan dan perlengkapan yang sesuai dengan standar. Terkahir, terbentuknya
forum komunikasi antaranggota Tagana secara nasional akan memfasilitasi
pertukaran pengalaman dan pembelajaran dalam penanggulangan bencana
Tarauna Siaga Bencana Berdasarkan Permensos Nomor 28 Tahun 2012 Studi di Dinas
Sosial Kabupaten Bone. Permasalahan yang ada dalam penelitian ini adalah karena
adanya bencana yang tejadi pada tahun 2024 sebanyak 200 desa yang terkena dampak
dari bencana alam itu sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
implementasi tugas dan fungsi Taruna Siaga Bencana (Tagana) berdasarkan Permensos
Nomor 28 Tahun 2012. Dan faktor-faktor penghambat serta solusi dalam melaksanakan
tugas dan fungsi Tagana. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan
menggunakan metode pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris. Sumber data
dari penelitian ini terdiri atas data primer atau informan yang akan diwawancarai yang
diperoleh melalui wawancara, observasi, serta dokumentasi di Dinas Sosial Kabupaten
Bone.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelakasanaan tugas dan fungsi Tagana
telah berjalan sesuai dengan Permensos Nomor 28 Tahun 2012, namun masih
ditemukan beberapa kendala operasional seperti keterbatasan anggaran, perlatan yang
belum memadai, dan koordinasi lintas sektoral yang belum optimal. Kapasitas dan
kompetensi umum anggota Tagana dalam menjalankan tugas kesiapsiagaan, tanggap
darurat, dan pemulihan pascabencana secara sudah baik, terutama dalam aspek
perlindungan sosial dan pendampingan psikososial korban bencana. Peneliti juga
menemukan bahwa peran Tagana dalam upaya pengurangan risiko bencana berbasis
masyarakat perlu ditingkatkan seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat
terhadap ancaman bencana. Rekomendasi dari penelitian ini mencakup penguatan
dukungan kebijakn dan anggaran, peningkatan kapasitas anggota Tagana secara
berkelanjutan serta pengembangan sistem koordinasi yang lebih efektif dengan
pemangku kepentingan lainnya dalam penanggulangan bencana
A. Kesimpulan
1. Implementasi Tugas dan Fungsi Taruna Siaga Bencana dalam Penanganan Bencana
Alam menunjukkan bahwa Tagana memiliki peran yang krusial sebagai garda
terdepan dalam respons bencana, terutama pada fase tanggap darurat dan pemulihan
awal. Dalam pelaksanaannya, Tagana telah mengimplementasikan berbagai tugas
mulai dari penilaian kebutuhan, evakuasi korban, pendirian dapur umum, distribusi
bantuan logistik, penyediaan perumahan sementara, hingga dukungan psikososial
bagi korban bencana. Fungsi Tagana juga mencakup aspek koordinasi dengan
berbagai pemangku kepentingan, baik dari unsur pemerintah, organaisasi non
pemerintah, maupun pihak swasta. Mereka menjembatani komunikasi antara
masyarakat dengan lembaga formal penanganan bencana, sehingga bantuan dapat
tersalurkan secara efektif dan sesuai kebutuhan. Secara kontekstual, Tagana
mewujudkan prinsip gotong royong dan kesukarelawan dalam penanggulangan
beancana, yang sejalan dengan nilai-nilai budaya masyarakat Indonesia.
2. Faktor Penghambat serta solusi dalam Pelaksanaan Tugas dan Fungsi Taruna Siaga
Bencana dalam Permensos Nomor 28 Tahun 2012 menunjukkan bahwa Sebagai
sukarelawan dalam bidang penanggulangan bencana di indonesia berhadapan
dengan berbagai elemen yang mempengaruhi kefektifan pelaksanaan tanggung
jawab dan perannya. Di sisi lain, ada beberapa solusi yang dapat di optimalkan
untuk meningkatkan kinerja Tagana. Yaitu dukungan pemerintah dalam bentuk
dasar hukum yang jelas melalui regulasi menteri urusan sosial dan peraturan
program pembangunan kapasitas pemerintah pusat adalah modal yang penting.
Komitmen anggota ditunjukkan oleh semangat sukarelawan yang tinggi dan
kemauan untuk bekerja, keterlibatan masyarakat yang aktif dalam kegiatan
kesiapsiagaan bencana sangat mendukung Tagana dalam melaksanakan program
didorong oleh meningkatnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya
penanggulangan bencana. Kolaborasi dengan organisasi Non- Pemerintah, dan
dunia usaha, membuka akses terhadap tambahan sumber daya dan peningkatan
kemajuan teknologi informasi juga menjadi faktor pendukung yang signifikan
dengan menciptakan sistem peringatan dini yang lebih efektif dan meningkatkan
koordinasi antar tim Tagana di berbagai daerah.
B. Saran
1. Implementasi tugas dan fungsi Tagana dapat di optimalkan melalui beberapa
kunci strategi. Pertama, penguatan kapasitas anggota Tagana melalui pelatihan
berkala yang tidak hanya mencakup teknis penanggulangan bencana, tetapi juga
pengetahuan tentang kearifan lokal dalam mitigasi bencana. Kedua,
memperkuat koordinasi antara Tagana dengan lembaga penanggulangan
bencana lainnya seperti BNPB dan BPBD untuk meningkatkan respons terpadu
saat terjadi bencana. Pengembangan sistem informasi dan komunikasi yang
terintegrasi juga sangat penting untuk memastikan penyebaran informasi yang
cepat dan akurat selama bencana. Selain itu, pelibatan aktif Tagana dalam
simulasi bencana secara berkala di tingkat masyarakat akan meningkatkan
kesiapsiagaan dan membangun kepercayaan masyarakat.
2. Penguatan peran Tagana dalam pendampingan sosial pasca-bencana perlu
diprioritaskan dengan memberikan pelatihan khusus untuk mendukung
pemulihan psikososial korban. Perlu juga adanya inovasi dalam metode
sosialisasi dan edukasi kebencanaan yang dilakukan Tagana, seperti
pemanfaata media sosial dan platfrom digital untuk menjangkau masyarakat
yang lebih luas. Pendanaan yang berkemampuan dan berkelanjutan harus
ditunjukan untuk mendukung operasional Tagana, termasuk penyediaan
peralatan dan perlengkapan yang sesuai dengan standar. Terkahir, terbentuknya
forum komunikasi antaranggota Tagana secara nasional akan memfasilitasi
pertukaran pengalaman dan pembelajaran dalam penanggulangan bencana
Ketersediaan
| SSYA20250066 | 66/2025 | Perpustakaan Pusat | Tersedia |
Informasi Detil
Judul Seri
-
No. Panggil
66/2025
Penerbit
IAIN BONE : Watampone., 2025
Deskripsi Fisik
-
Bahasa
Indonesia
ISBN/ISSN
-
Klasifikasi
Skripsi Syariah
Informasi Detil
Tipe Isi
-
Tipe Media
-
Tipe Pembawa
-
Edisi
-
Info Detil Spesifik
-
Pernyataan Tanggungjawab
-
Tidak tersedia versi lain
