Analisis Efektivitas Penetapan Harga Pokok Produk Pertanian pada Istana Sayur Desa Lampoko Kec. Barebbo
Muh. Aqmal Syarif/612062020123 - Personal Name
Skripsi ini membahas tentang analisis efektivitas penetapan harga pokok produk
pertanian pada Istana Sayur Desa Lampoko Kec. Barebbo. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui aktivitas produk pertanian pada istana sayur serta efektivitas
penetapan harga pokok produksi berdasarkan metode ABC pada istana sayur.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif mengumpulkan data melalui
wawancara dan dokumentasi. Pada penelitian ini data primer diperoleh dari hasil
wawancara dengan informan pada Istana Sayur Desa Lampoko Kec. Barebbo. Data
sekunder dalam penelitian ini di dapatkan dari bahan pustaka, literatur, penelitian
terdahulu, dan sebagainya. Dengan teknik pengumpulan data yaitu, wawancara,
observasi dan dokumentasi. Analiis data menggunakan activity-based costing system.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Aktivitas produk pertanian di Istana Sayur
mencakup penanaman sawi dan kangkung dengan metode yang sistematis, dimulai
dari pemilihan benih berkualitas, penyiraman yang disesuaikan dengan musim, hingga
pengendalian hama secara manual. Pemindahan bibit sawi dilakukan setelah
seminggu, diikuti oleh pemupukan dan perawatan rutin hingga panen setelah 23 hari,
di mana pemilahan sawi berkualitas penting untuk pasar. Penjualan sawi menghadapi
tantangan persaingan harga dengan petani luar daerah. Sementara itu, penanaman
kangkung air dan darat memerlukan metode khusus, mulai dari penanaman hingga
pemeliharaan dan panen yang dilakukan secara berkala untuk menjaga produksi
berkelanjutan. 2) Efektivitas penetapan harga pokok produksi berdasarkan metode
Activity-Based Costing (ABC) pada Istana Sayur terbukti signifikan dalam
meningkatkan akurasi alokasi biaya. Pada produksi sawi, total biaya produksi
mencapai Rp 505.000 untuk lahan seluas 0,005 hektar, dengan aktivitas pemupukan
sebagai komponen termahal yang menyerap 45% dari total biaya. Melalui metode
ABC, harga pokok produksi sawi per hektar dihitung sebesar Rp 101.000.000.
Sementara itu, dalam produksi kangkung, total biaya produksi sebesar Rp 352.000
untuk lahan 0,05 hektar, di mana aktivitas penyiraman dan pemeliharaan menjadi
komponen terbesar dengan porsi 50,33% dari keseluruhan biaya. Harga pokok
produksi kangkung per hektar dihitung sebesar Rp 7.040.000. Penerapan metode ABC
ini membantu membagi biaya secara lebih akurat sesuai dengan aktivitas yang terkait,
sehingga setiap komponen dihitung sesuai kontribusinya terhadap total biaya
produksi.
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dari hasil yang telah dilakukan, maka peneliti
dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Aktivitas produk pertanian di Istana Sayur mencakup penanaman sawi dan
kangkung dengan metode yang sistematis, dimulai dari pemilihan benih
berkualitas,
penyiraman
yang
disesuaikan
dengan
musim,
hingga
pengendalian hama secara manual. Pemindahan bibit sawi dilakukan setelah
seminggu, diikuti oleh pemupukan dan perawatan rutin hingga panen setelah
23 hari, di mana pemilahan sawi berkualitas penting untuk pasar. Penjualan
sawi menghadapi tantangan persaingan harga dengan petani luar daerah.
Sementara itu, penanaman kangkung air dan darat memerlukan metode
khusus, mulai dari penanaman hingga pemeliharaan dan panen yang
dilakukan secara berkala untuk menjaga produksi berkelanjutan.
2. Efektivitas penetapan harga pokok produksi berdasarkan metode Activity-
Based Costing (ABC) pada Istana Sayur terbukti signifikan dalam
meningkatkan akurasi alokasi biaya. Pada produksi sawi, total biaya produksi
mencapai Rp 836.985 untuk lahan seluas 0,005 hektar, dengan aktivitas
pemupukan sebagai komponen termahal yang menyerap sekitar 26% dari total
biaya. Melalui metode ABC, harga pokok produksi sawi per kilogram
dihitung sebesar Rp 16.740. Sementara itu, dalam produksi kangkung, total
biaya produksi sebesar Rp 735.985 untuk lahan 0,05 hektar, di mana aktivitas
pemeliharaan dan pengendalian hama menjadi komponen terbesar dengan
porsi sekitar 45% dari keseluruhan biaya. Harga pokok produksi kangkung
per kilogram dihitung sebesar Rp 14.720.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, maka saran-saran yang
diberikan sehubungan dengan hasil kesimpulan ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Istana Sayur
Istana Sayur disarankan untuk terus menggunakan metode ABC guna
meningkatkan efisiensi alokasi biaya dan fokus pada pengendalian aktivitas
yang memakan biaya besar, seperti pemupukan dan penyiraman, untuk
meningkatkan profitabilitas.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya dapat memperluas cakupan studi dengan meneliti
lebih banyak jenis tanaman atau membandingkan metode ABC dengan
metode lain untuk melihat efektivitas yang lebih luas dalam berbagai kondisi
produksi.
C. Implikasi
Dengan hasil penelitian ini, dapat disampaikan bahwa memiliki implikasi
sebagai berikut:
1. Implikasi bagi P4S
Penerapan metode Activity-Based Costing (ABC) memberikan
gambaran yang lebih akurat tentang biaya produksi, memungkinkan Istana
Sayur untuk menetapkan harga jual yang lebih kompetitif dan
mengoptimalkan alokasi sumber daya. Hal ini juga dapat meningkatkan
efisiensi operasional, mengurangi biaya yang tidak perlu, dan mendorong
keputusan manajemen yang lebih baik dalam jangka panjang.
2. Implikasi bagi Peneliti Selanjutnya
Studi ini membuka peluang bagi peneliti selanjutnya untuk
mengeksplorasi metode penghitungan biaya lainnya dalam konteks pertanian.
Hasil penelitian juga dapat digunakan sebagai dasar pengembangan strategi
manajemen biaya yang lebih komprehensif, khususnya bagi sektor agribisnis
kecil hingga menengah, sehingga dapat berkontribusi pada peningkatan daya
saing industri pertanian secara keseluruhan.
pertanian pada Istana Sayur Desa Lampoko Kec. Barebbo. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui aktivitas produk pertanian pada istana sayur serta efektivitas
penetapan harga pokok produksi berdasarkan metode ABC pada istana sayur.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif mengumpulkan data melalui
wawancara dan dokumentasi. Pada penelitian ini data primer diperoleh dari hasil
wawancara dengan informan pada Istana Sayur Desa Lampoko Kec. Barebbo. Data
sekunder dalam penelitian ini di dapatkan dari bahan pustaka, literatur, penelitian
terdahulu, dan sebagainya. Dengan teknik pengumpulan data yaitu, wawancara,
observasi dan dokumentasi. Analiis data menggunakan activity-based costing system.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Aktivitas produk pertanian di Istana Sayur
mencakup penanaman sawi dan kangkung dengan metode yang sistematis, dimulai
dari pemilihan benih berkualitas, penyiraman yang disesuaikan dengan musim, hingga
pengendalian hama secara manual. Pemindahan bibit sawi dilakukan setelah
seminggu, diikuti oleh pemupukan dan perawatan rutin hingga panen setelah 23 hari,
di mana pemilahan sawi berkualitas penting untuk pasar. Penjualan sawi menghadapi
tantangan persaingan harga dengan petani luar daerah. Sementara itu, penanaman
kangkung air dan darat memerlukan metode khusus, mulai dari penanaman hingga
pemeliharaan dan panen yang dilakukan secara berkala untuk menjaga produksi
berkelanjutan. 2) Efektivitas penetapan harga pokok produksi berdasarkan metode
Activity-Based Costing (ABC) pada Istana Sayur terbukti signifikan dalam
meningkatkan akurasi alokasi biaya. Pada produksi sawi, total biaya produksi
mencapai Rp 505.000 untuk lahan seluas 0,005 hektar, dengan aktivitas pemupukan
sebagai komponen termahal yang menyerap 45% dari total biaya. Melalui metode
ABC, harga pokok produksi sawi per hektar dihitung sebesar Rp 101.000.000.
Sementara itu, dalam produksi kangkung, total biaya produksi sebesar Rp 352.000
untuk lahan 0,05 hektar, di mana aktivitas penyiraman dan pemeliharaan menjadi
komponen terbesar dengan porsi 50,33% dari keseluruhan biaya. Harga pokok
produksi kangkung per hektar dihitung sebesar Rp 7.040.000. Penerapan metode ABC
ini membantu membagi biaya secara lebih akurat sesuai dengan aktivitas yang terkait,
sehingga setiap komponen dihitung sesuai kontribusinya terhadap total biaya
produksi.
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dari hasil yang telah dilakukan, maka peneliti
dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Aktivitas produk pertanian di Istana Sayur mencakup penanaman sawi dan
kangkung dengan metode yang sistematis, dimulai dari pemilihan benih
berkualitas,
penyiraman
yang
disesuaikan
dengan
musim,
hingga
pengendalian hama secara manual. Pemindahan bibit sawi dilakukan setelah
seminggu, diikuti oleh pemupukan dan perawatan rutin hingga panen setelah
23 hari, di mana pemilahan sawi berkualitas penting untuk pasar. Penjualan
sawi menghadapi tantangan persaingan harga dengan petani luar daerah.
Sementara itu, penanaman kangkung air dan darat memerlukan metode
khusus, mulai dari penanaman hingga pemeliharaan dan panen yang
dilakukan secara berkala untuk menjaga produksi berkelanjutan.
2. Efektivitas penetapan harga pokok produksi berdasarkan metode Activity-
Based Costing (ABC) pada Istana Sayur terbukti signifikan dalam
meningkatkan akurasi alokasi biaya. Pada produksi sawi, total biaya produksi
mencapai Rp 836.985 untuk lahan seluas 0,005 hektar, dengan aktivitas
pemupukan sebagai komponen termahal yang menyerap sekitar 26% dari total
biaya. Melalui metode ABC, harga pokok produksi sawi per kilogram
dihitung sebesar Rp 16.740. Sementara itu, dalam produksi kangkung, total
biaya produksi sebesar Rp 735.985 untuk lahan 0,05 hektar, di mana aktivitas
pemeliharaan dan pengendalian hama menjadi komponen terbesar dengan
porsi sekitar 45% dari keseluruhan biaya. Harga pokok produksi kangkung
per kilogram dihitung sebesar Rp 14.720.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, maka saran-saran yang
diberikan sehubungan dengan hasil kesimpulan ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Istana Sayur
Istana Sayur disarankan untuk terus menggunakan metode ABC guna
meningkatkan efisiensi alokasi biaya dan fokus pada pengendalian aktivitas
yang memakan biaya besar, seperti pemupukan dan penyiraman, untuk
meningkatkan profitabilitas.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya dapat memperluas cakupan studi dengan meneliti
lebih banyak jenis tanaman atau membandingkan metode ABC dengan
metode lain untuk melihat efektivitas yang lebih luas dalam berbagai kondisi
produksi.
C. Implikasi
Dengan hasil penelitian ini, dapat disampaikan bahwa memiliki implikasi
sebagai berikut:
1. Implikasi bagi P4S
Penerapan metode Activity-Based Costing (ABC) memberikan
gambaran yang lebih akurat tentang biaya produksi, memungkinkan Istana
Sayur untuk menetapkan harga jual yang lebih kompetitif dan
mengoptimalkan alokasi sumber daya. Hal ini juga dapat meningkatkan
efisiensi operasional, mengurangi biaya yang tidak perlu, dan mendorong
keputusan manajemen yang lebih baik dalam jangka panjang.
2. Implikasi bagi Peneliti Selanjutnya
Studi ini membuka peluang bagi peneliti selanjutnya untuk
mengeksplorasi metode penghitungan biaya lainnya dalam konteks pertanian.
Hasil penelitian juga dapat digunakan sebagai dasar pengembangan strategi
manajemen biaya yang lebih komprehensif, khususnya bagi sektor agribisnis
kecil hingga menengah, sehingga dapat berkontribusi pada peningkatan daya
saing industri pertanian secara keseluruhan.
Ketersediaan
| SFEBI20240191 | 191/2024 | Perpustakaan Pusat | Tersedia |
Informasi Detil
Judul Seri
-
No. Panggil
191/2024
Penerbit
IAIN BONE : Watampone., 2024
Deskripsi Fisik
-
Bahasa
Indonesia
ISBN/ISSN
-
Klasifikasi
Skripsi FEBI
Informasi Detil
Tipe Isi
-
Tipe Media
-
Tipe Pembawa
-
Edisi
-
Subyek
Info Detil Spesifik
-
Pernyataan Tanggungjawab
-
Tidak tersedia versi lain
