Syirik Dalam Al-Qur’an (Studi Pada Tafsir Al-Nur, Karya M. Hasbi Ash-Shiddieqy)
Karliana/762312020022 - Personal Name
Penelitian ini membahas tentang “Syirik dalam al-Qur’an (Studi Pada
Tafsir al-Nur, Kaya M. Hasbi Ash-Shiddieqy)”. Adapun pokok permasalahan
dalam penelitian ini, peneliti kembangkan dalam tiga sub masalah, meliputi
hakikat syirik dalam al-Qur’an, menurut M. Hasbi Ash-Shiddieqy, serta wujud
syirik dalam al-Qur’an, menurut M. Hasbi Ash-Shiddieqy, dan hikmah syirik
dalam al-Qur’an, menurut M. Hasbi Ash-Shiddieqy. Jenis penelitian ini adalah
penelitian pustaka, serta menggunakan pendekatan tafsir, pendekatan teologis, dan
pendekatan historis, penelitian ini tergolong library reseach (kepustakaan).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hakikat perumpaan orang syirik
adalah manusia haruslah beribadah kepada Allah swt, bukan menyembah yang
lain, karena dosa syirik sangatlah besar. Wujud syirik dalam tafsir al-Nur, maka
kewajiban para ulama adalah menjelaskan kepada umat manusia tentang apa yang
telah diturunkan Tuhan, tidak menyembunyikan seayat pun. Hikmah syirik dalam
tafsir al-Nur, yaitu hendaklah kita menyadari bahwa Allah tidak memihak kepada
seseorang. Ingatlah, Nabi kita sendiri telah mengalami beberapa kepahitan dalam
peperangan uhud, karena kesalahan tentaranya (tentara muslim). Mengaku diri
suci dan terpedaya oleh agama dan kesukuan (kebangsaan) adalah hal-hal yang
dapat menghambat kita untuk beramal.
Implikasi penelitian ini yaitu untuk menambah wawasan dan memberikan
sumbangsih khazanah ilmu pengetahun dalam bidang ilmu al-Qur’an dan tafsir,
dan para mufassir untuk meneliti lebih jauh terkait tentang syirik dalam al-Qur’an
Serta memacu masyarakat, khususnya umat Islam untuk mendalami syirik yang
terdapat dalam al-Qur’an menggunakan tafsir al-Nur.
A. Kesimpulan
Setelah diuraikan dalam pembahasan sebelumnya, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. M. Hasbi Ash-Shiddieqy, menjelaskan dalam kitab tafsir al-Nur, mengenai
hakikat syirik, bahwa syirik adalah semua perilaku kufur yang meyakini bahwa
selain Allah, dapat melakukan kehendaknya terhadap alam, dapat menolak
kemudaratan atau mendatangkan kebajikan. Menetapkan hukum haram dan
hukum halal dalam masalah agama tanpa berdasar kitab Allah yang diturunkan,
sebagaimana telah dilakukan oleh golongan Yahudi dan Nasrani. Orang syirik
menganggap batu, benda yang beku ataupun seseorang manusia, mempunyai
pengaruh dalam alam dan menyembah mereka untuk mendekatkan diri kepada
Allah. Allah tidak mengampuni dosa syirik untuk membedakan dosa syirik dan
dosa atas kemaksiatan-kemaksiatan yang lain.
2. Wujud Syirik dalam tafsir al-Nur, maka kewajiban para ulama adalah
menjelaskan kepada umat manusia tentang apa yang telah diturunkan Tuhan, tidak
menyembunyikan seayat pun. Seperti yang dilakukan oleh sebagian ahlul kitab
pada masa lalu. Mereka itu menambahi wahyu dengan Tuhan dengan beberapa
hukum yang dibuatnya sendiri. Di antara manusia ada yang menjadikan beberapa
sekutu dan tandingan bagi Tuhan Yang Maha Esa. Sekutu-sekutu itu adalah para
pemimpin mereka yang diikuti perintahnya dengan sepenuh hati. Mereka
mencintai pemimpin-pemimpin mereka itu seperti mencintai Allah. Mereka
menyamakan pemimpin-pemimpin mereka dengan Allah, baik dalam ketaatan
atau penghormatan. Mereka mendekatkan diri kepada Allah. Mereka tidak
memohon segala sesuatu langsung kepada Allah, melainkan menjadikan para
pemimpin itu sebagai perantara.
3. Dalam tafsir al-Nur menjelaskan mengenai hikmah syirik yaitu hendaklah
kita menyadari bahwa Allah tidak memihak kepada seseorang. Ingatlah, Nabi kita
sendiri telah mengalami beberapa kepahitan dalam peperangan uhud, karena
kesalahan tentaranya (tentara muslim). Mengaku diri suci dan terpedaya oleh
agama dan kesukuan (kebangsaan) adalah hal-hal yang dapat menghambat kita
untuk beramal. Bahkan hal tersebut juga bisa mebuat seseorang melakukan suatu
dosa. Sesungguhnya Allah tidak memperlakukan suatu bangsa, suku, etnis,
dengan cara mengistimewakan yang satu atas yang lain. Allah tidak membedabedakan dalam mempelakukan mereka, semua adalah sama. Perbuatan syirik
sangat dibenci oleh Allah swt.Tuhan mengampuni dosa syirik pada siapa yang
dikehendaki dari hamba-Nya yang berdosa. Kehendak Allah tentulah sesuai
dengan hikmah-hikmah-Nya dan menurut sunnah-Nya dalam menjadikan alam.
Menurut sunnah-Nya yang telah berlalu, Allah tidak mengampuni dosa-dosa yang
tidak disertai tobat dan tidak diiringi dengan amal-amal kebajikan yang
menghilangkan pengaruh-pengaruh kejahatan (dosa kecil).
B. Saran
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan
skripsi ini, baik dalam hal penulisan maupun terkait pembahasan di dalamnya.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya penelitian lebih lanjut yang
tentunya lebih kritis lagi dan lebih informatif terkhusus untuk kajian terkait Syirik
dalam al-Qur’an, menggunakan tafsir aL-Nur, agar kekurangan-kekurangan yang
ada dalam penulisan ini dapat tertutupi.
Tafsir al-Nur, Kaya M. Hasbi Ash-Shiddieqy)”. Adapun pokok permasalahan
dalam penelitian ini, peneliti kembangkan dalam tiga sub masalah, meliputi
hakikat syirik dalam al-Qur’an, menurut M. Hasbi Ash-Shiddieqy, serta wujud
syirik dalam al-Qur’an, menurut M. Hasbi Ash-Shiddieqy, dan hikmah syirik
dalam al-Qur’an, menurut M. Hasbi Ash-Shiddieqy. Jenis penelitian ini adalah
penelitian pustaka, serta menggunakan pendekatan tafsir, pendekatan teologis, dan
pendekatan historis, penelitian ini tergolong library reseach (kepustakaan).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hakikat perumpaan orang syirik
adalah manusia haruslah beribadah kepada Allah swt, bukan menyembah yang
lain, karena dosa syirik sangatlah besar. Wujud syirik dalam tafsir al-Nur, maka
kewajiban para ulama adalah menjelaskan kepada umat manusia tentang apa yang
telah diturunkan Tuhan, tidak menyembunyikan seayat pun. Hikmah syirik dalam
tafsir al-Nur, yaitu hendaklah kita menyadari bahwa Allah tidak memihak kepada
seseorang. Ingatlah, Nabi kita sendiri telah mengalami beberapa kepahitan dalam
peperangan uhud, karena kesalahan tentaranya (tentara muslim). Mengaku diri
suci dan terpedaya oleh agama dan kesukuan (kebangsaan) adalah hal-hal yang
dapat menghambat kita untuk beramal.
Implikasi penelitian ini yaitu untuk menambah wawasan dan memberikan
sumbangsih khazanah ilmu pengetahun dalam bidang ilmu al-Qur’an dan tafsir,
dan para mufassir untuk meneliti lebih jauh terkait tentang syirik dalam al-Qur’an
Serta memacu masyarakat, khususnya umat Islam untuk mendalami syirik yang
terdapat dalam al-Qur’an menggunakan tafsir al-Nur.
A. Kesimpulan
Setelah diuraikan dalam pembahasan sebelumnya, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. M. Hasbi Ash-Shiddieqy, menjelaskan dalam kitab tafsir al-Nur, mengenai
hakikat syirik, bahwa syirik adalah semua perilaku kufur yang meyakini bahwa
selain Allah, dapat melakukan kehendaknya terhadap alam, dapat menolak
kemudaratan atau mendatangkan kebajikan. Menetapkan hukum haram dan
hukum halal dalam masalah agama tanpa berdasar kitab Allah yang diturunkan,
sebagaimana telah dilakukan oleh golongan Yahudi dan Nasrani. Orang syirik
menganggap batu, benda yang beku ataupun seseorang manusia, mempunyai
pengaruh dalam alam dan menyembah mereka untuk mendekatkan diri kepada
Allah. Allah tidak mengampuni dosa syirik untuk membedakan dosa syirik dan
dosa atas kemaksiatan-kemaksiatan yang lain.
2. Wujud Syirik dalam tafsir al-Nur, maka kewajiban para ulama adalah
menjelaskan kepada umat manusia tentang apa yang telah diturunkan Tuhan, tidak
menyembunyikan seayat pun. Seperti yang dilakukan oleh sebagian ahlul kitab
pada masa lalu. Mereka itu menambahi wahyu dengan Tuhan dengan beberapa
hukum yang dibuatnya sendiri. Di antara manusia ada yang menjadikan beberapa
sekutu dan tandingan bagi Tuhan Yang Maha Esa. Sekutu-sekutu itu adalah para
pemimpin mereka yang diikuti perintahnya dengan sepenuh hati. Mereka
mencintai pemimpin-pemimpin mereka itu seperti mencintai Allah. Mereka
menyamakan pemimpin-pemimpin mereka dengan Allah, baik dalam ketaatan
atau penghormatan. Mereka mendekatkan diri kepada Allah. Mereka tidak
memohon segala sesuatu langsung kepada Allah, melainkan menjadikan para
pemimpin itu sebagai perantara.
3. Dalam tafsir al-Nur menjelaskan mengenai hikmah syirik yaitu hendaklah
kita menyadari bahwa Allah tidak memihak kepada seseorang. Ingatlah, Nabi kita
sendiri telah mengalami beberapa kepahitan dalam peperangan uhud, karena
kesalahan tentaranya (tentara muslim). Mengaku diri suci dan terpedaya oleh
agama dan kesukuan (kebangsaan) adalah hal-hal yang dapat menghambat kita
untuk beramal. Bahkan hal tersebut juga bisa mebuat seseorang melakukan suatu
dosa. Sesungguhnya Allah tidak memperlakukan suatu bangsa, suku, etnis,
dengan cara mengistimewakan yang satu atas yang lain. Allah tidak membedabedakan dalam mempelakukan mereka, semua adalah sama. Perbuatan syirik
sangat dibenci oleh Allah swt.Tuhan mengampuni dosa syirik pada siapa yang
dikehendaki dari hamba-Nya yang berdosa. Kehendak Allah tentulah sesuai
dengan hikmah-hikmah-Nya dan menurut sunnah-Nya dalam menjadikan alam.
Menurut sunnah-Nya yang telah berlalu, Allah tidak mengampuni dosa-dosa yang
tidak disertai tobat dan tidak diiringi dengan amal-amal kebajikan yang
menghilangkan pengaruh-pengaruh kejahatan (dosa kecil).
B. Saran
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan
skripsi ini, baik dalam hal penulisan maupun terkait pembahasan di dalamnya.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya penelitian lebih lanjut yang
tentunya lebih kritis lagi dan lebih informatif terkhusus untuk kajian terkait Syirik
dalam al-Qur’an, menggunakan tafsir aL-Nur, agar kekurangan-kekurangan yang
ada dalam penulisan ini dapat tertutupi.
Ketersediaan
| SFUD20240021 | 21/2024 | Perpustakaan Pusat | Tersedia |
Informasi Detil
Judul Seri
-
No. Panggil
21/2024
Penerbit
IAIN BONE : Watampone., 2024
Deskripsi Fisik
-
Bahasa
Indonesia
ISBN/ISSN
-
Klasifikasi
Skripsi FUD
Informasi Detil
Tipe Isi
-
Tipe Media
-
Tipe Pembawa
-
Edisi
-
Subyek
Info Detil Spesifik
-
Pernyataan Tanggungjawab
-
Tidak tersedia versi lain
