Komunikasi Nonverbal dalam Pembentukan Identitas Sosial (Studi Kasus dalam Penampilan Perempuan di Watampone)
Israni Miranti/03.17.2105 - Personal Name
Skripsi ini membahas tentang komunikasi nonverbal dalam pembentukan
identitas sosial (studi kasus dalam penampilan perempuan di Watampone). Pokok
permasalahnnya adalah bagaimana bentuk atau model pakaian yang digunakan
oleh kaum perempuan di Watampone, dan bagaimana makna simbolik pakaian
dalam pembentukan identitas sosial yang digunakan oleh kaum perempuan di
Watampone. Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah kualitatif dengan
menggunakan pendekatan fenomenologi dan antropologi. Teknik pengumpulan
data dengan melakukan observasi, wawancara, dan dokumentasi serta teknik
analisis data dengan mereduksi data, menyajikan data, dan memverifikasi atau
menarik kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk atau model
pakaian yang digunakan oleh kaum perempuan di Watampone menyesuaikan
dengan acara/ kegiatan apa yang akan dihadirinya, untuk bekerja mereka
menggunakan model pakaian formal seperti baju dinas atau seragam kerja mereka,
sedangkan untuk model pakaian nonformal mereka gunakan untuk acara kumpul
bersama keluarga dan teman, atau hanya di rumah mereka menggunakan baju
santai yang nyaman digunakan serta saat menghadiri pesta pernikahan mereka
menggunakan baju gamis syar‟i ataupun baju adat Bugis yakni baju bodo. Model
pakaian memiliki makna simbolik dan dapat membentuk identitas sosial. Hal ini
menggambarkan bahwa seseorang akan mendefinisikan dirinya berdasarkan
keanggotaan. Seseorang akan mendefinisikan dirinya berdasarkan keanggotaan
dalam suatu kelompok sosial atau atribut yang dimiliki bersama oleh anggota
kelompok. Hal tersebut diterapkan oleh kaum perempuan di Watampone yakni
model pakaian yang digunakannya sebagai bentuk identitas sosial mereka baik
dari segi agama, budaya, sosial, maupun organisasi. Ketika menggunakan seragam
kerja atau pakaian dinas mereka dapat menunjukkan bahwa mereka bagian dari
organisasi tersebut, tanpa harus menjelaskannya orang yang melihatnya
menggunakan model pakaian tersebut
A. Kesimpulan
1. Bentuk atau model pakaian yang digunakan oleh kaum perempuan di
Watampone menyesuaikan dengan acara/kegiatan apa yang akan
dihadirinya. Misalnya untuk bekerja mereka menggunakan model pakaian
formal seperti baju dinas atau seragam kerja mereka, sedangkan untuk
model pakaian non formal mereka gunakan untuk acara kumpul bersama
keluarga dant eman, atau hanya di Rumah mereka menggunakan baju santai
yang nyaman digunakan serta saat menghadiri pesta pernikahan mereka
menggunakan baju gamis syar’I atau pun baju adat bugis yakni baju bodo.
Model pakaian harus disesuaikan dengan acara/kegiatan yang akan dihadiri
karena jika salah memilih model pakaian akan menurunkan kepercayaan
diri dan menjadikannya pusat perhatian sehingga membuatnya menjadi
tidak nyaman . Adapun bentuk atau model pakaian yang digunakan oleh
kaum perempuan di Watampone menyesuaikan dengan acara/ kegiatan apa
yang akan dihadirinya.
2. Model pakaian memiliki makna simbolik dan dapat membentuk identitas
sosial. Hal ini menggambarkan bahwa seseorang akan mendefinisikan
dirinya berdasarkan keanggotaan dalam suatu kelompok sosial atau atribut
yang dimilikibersama oleh anggota kelompok. Hal tersebut diterapkan oleh
kaum perempuan di Watamponeyakni model pakaian yang digunakannya
sebagai bentuk identitas sosial mereka baik dari segi agama, budaya, sosial,
dan organisasi. Ketika menggunakan seragam kerja atau pakaian dinas
mereka dapa tmenunjukkan bahwa mereka bagian dari organisas itersebut,
tanpa harus menjelaskannya orang yang melihatnya menggunakan model
pakaian tersebut.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti
mengenai komunikasi nonverbal dalam pembentukan identitas sosial (studi kasus
dalam penampilan perempuan di Watampone). Maka tanpa mengurangi rasa
hormat kami sebagai peneliti memberikan saran sebagai berikut:
1. Model pakaian sebagai salah satu identitas sosial tetap menunjukkan ciri
khas Negara Indonesia yang berbudi luhur agar tidak mengikuti trend
model pakaian yang kebarat-baratan.
2. Model pakaian yang menunjukkan identitas budaya agar tetap dilestarikan
sebagai warisan budaya dan ciri khas suatu daerah/kebudayaan
identitas sosial (studi kasus dalam penampilan perempuan di Watampone). Pokok
permasalahnnya adalah bagaimana bentuk atau model pakaian yang digunakan
oleh kaum perempuan di Watampone, dan bagaimana makna simbolik pakaian
dalam pembentukan identitas sosial yang digunakan oleh kaum perempuan di
Watampone. Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah kualitatif dengan
menggunakan pendekatan fenomenologi dan antropologi. Teknik pengumpulan
data dengan melakukan observasi, wawancara, dan dokumentasi serta teknik
analisis data dengan mereduksi data, menyajikan data, dan memverifikasi atau
menarik kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk atau model
pakaian yang digunakan oleh kaum perempuan di Watampone menyesuaikan
dengan acara/ kegiatan apa yang akan dihadirinya, untuk bekerja mereka
menggunakan model pakaian formal seperti baju dinas atau seragam kerja mereka,
sedangkan untuk model pakaian nonformal mereka gunakan untuk acara kumpul
bersama keluarga dan teman, atau hanya di rumah mereka menggunakan baju
santai yang nyaman digunakan serta saat menghadiri pesta pernikahan mereka
menggunakan baju gamis syar‟i ataupun baju adat Bugis yakni baju bodo. Model
pakaian memiliki makna simbolik dan dapat membentuk identitas sosial. Hal ini
menggambarkan bahwa seseorang akan mendefinisikan dirinya berdasarkan
keanggotaan. Seseorang akan mendefinisikan dirinya berdasarkan keanggotaan
dalam suatu kelompok sosial atau atribut yang dimiliki bersama oleh anggota
kelompok. Hal tersebut diterapkan oleh kaum perempuan di Watampone yakni
model pakaian yang digunakannya sebagai bentuk identitas sosial mereka baik
dari segi agama, budaya, sosial, maupun organisasi. Ketika menggunakan seragam
kerja atau pakaian dinas mereka dapat menunjukkan bahwa mereka bagian dari
organisasi tersebut, tanpa harus menjelaskannya orang yang melihatnya
menggunakan model pakaian tersebut
A. Kesimpulan
1. Bentuk atau model pakaian yang digunakan oleh kaum perempuan di
Watampone menyesuaikan dengan acara/kegiatan apa yang akan
dihadirinya. Misalnya untuk bekerja mereka menggunakan model pakaian
formal seperti baju dinas atau seragam kerja mereka, sedangkan untuk
model pakaian non formal mereka gunakan untuk acara kumpul bersama
keluarga dant eman, atau hanya di Rumah mereka menggunakan baju santai
yang nyaman digunakan serta saat menghadiri pesta pernikahan mereka
menggunakan baju gamis syar’I atau pun baju adat bugis yakni baju bodo.
Model pakaian harus disesuaikan dengan acara/kegiatan yang akan dihadiri
karena jika salah memilih model pakaian akan menurunkan kepercayaan
diri dan menjadikannya pusat perhatian sehingga membuatnya menjadi
tidak nyaman . Adapun bentuk atau model pakaian yang digunakan oleh
kaum perempuan di Watampone menyesuaikan dengan acara/ kegiatan apa
yang akan dihadirinya.
2. Model pakaian memiliki makna simbolik dan dapat membentuk identitas
sosial. Hal ini menggambarkan bahwa seseorang akan mendefinisikan
dirinya berdasarkan keanggotaan dalam suatu kelompok sosial atau atribut
yang dimilikibersama oleh anggota kelompok. Hal tersebut diterapkan oleh
kaum perempuan di Watamponeyakni model pakaian yang digunakannya
sebagai bentuk identitas sosial mereka baik dari segi agama, budaya, sosial,
dan organisasi. Ketika menggunakan seragam kerja atau pakaian dinas
mereka dapa tmenunjukkan bahwa mereka bagian dari organisas itersebut,
tanpa harus menjelaskannya orang yang melihatnya menggunakan model
pakaian tersebut.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti
mengenai komunikasi nonverbal dalam pembentukan identitas sosial (studi kasus
dalam penampilan perempuan di Watampone). Maka tanpa mengurangi rasa
hormat kami sebagai peneliti memberikan saran sebagai berikut:
1. Model pakaian sebagai salah satu identitas sosial tetap menunjukkan ciri
khas Negara Indonesia yang berbudi luhur agar tidak mengikuti trend
model pakaian yang kebarat-baratan.
2. Model pakaian yang menunjukkan identitas budaya agar tetap dilestarikan
sebagai warisan budaya dan ciri khas suatu daerah/kebudayaan
Ketersediaan
| SFUD20220082 | 82/2022 | Perpustakaan Pusat | Tersedia |
Informasi Detil
Judul Seri
-
No. Panggil
82/2022
Penerbit
IAIN BONE : Watampone., 2022
Deskripsi Fisik
-
Bahasa
Indonesia
ISBN/ISSN
-
Klasifikasi
Skripsi FUD
Informasi Detil
Tipe Isi
-
Tipe Media
-
Tipe Pembawa
-
Edisi
-
Subyek
Info Detil Spesifik
-
Pernyataan Tanggungjawab
-
Tidak tersedia versi lain
