Analisis Fenomena Flexing Mario Dandy Satriyo Dalam Perspektif Etika Komunikasi Islam.
Magfirah Ramadanti/702332020012 - Personal Name
Penelitian ini membahas tentang fenomena flexing yang dilakukan oleh anak pejabat
Mario Dandy Satriyo berdasarkan perspektif etika komunikasi Islam. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pandangan etika komunikasi Islam melalui 6 (enam)
qawlan pada konten-konten flexing anak pejabat Mario Dandy Satriyo di media sosial.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan jenis
penelitian kualitatif, dengan teknik pengumpulan data pustaka yaitu observasi dan
dokumentasi, serta dianalisis dengan teknik analisis data kualitatif yang dikemukakan
oleh Miles dan Huberman.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa. Pertama, Fenomena flexing ‘Anak
pejabat’ yang dilakukan oleh Mario Dandy Satriyo yang memamerkan kendaraan-
kendaraan mewahnya pada platform media sosialnya dianggap sebagai fenomena
sosial yang kompleks yang terdiri dari penyimpangan dari nilai-nilai sosial, pencitraan
identitas dan status sosial, serta mendorong konsumsi yang berlebihan. flexing
kendaraan bukanlah sekadar tindakan yang sederhana, tetapi melibatkan dinamika
yang kompleks dan memiliki dampak yang signifikan dalam berbagai aspek kehidupan
sosial masyarakat. Kedua, Fenomena flexing Mario Dandy Satriyo yang memamerkan
kendaraan-kendaraan mewahnya pada platform media sosialnya bertentangan dengan
perspektif Etika Komunikasi Islam dalam 6 (enam) bentuk atau jenis gaya bicara
(qawlan). Terdiri dari qawlan sadidan (perkataan yang benar), qawlan baligha (efektif,
tepat sasaran), qawlan ma’rufan (perkataan yang pantas), qawlan karima (perkataan
yang mulia), qawlan layyina (perkataan lemah lembut), dan qawlan maysura
(perkataan yang mudah). Keenam qawlan tersebut diidentifikasi berbanding terbalik
dengan aksi flexing pamer kendaraan mewah yang dilakukan Mario Dandy Satriyo
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Fenomena Flexing ‘Anak Pejabat’ Dalam
Perspektif Etika Komunikasi Islam (Studi Kasus Mario Dandy Satriyo) sebagaimana
yang telah diuraikan, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Fenomena flexing ‘Anak pejabat’ yang dilakukan oleh Mario Dandy Satriyo
yang memamerkan kendaraan-kendaraan mewahnya pada platform media
sosialnya dianggap sebagai fenomena sosial yang kompleks terdiri dari
penyimpangan dari nilai-nilai sosial, pencitraan identitas dan status sosial, serta
mendorong konsumsi yang berlebihan.
2. Fenomena flexing Mario Dandy Satriyo yang memamerkan kendaraan-
kendaraan mewahnya pada platform media sosialnya bertentangan dengan
perspektif Etika Komunikasi Islam dalam 6 (enam) bentuk atau jenis gaya
bicara (qawlan). Keenam qawlan terdiri dari qawlan sadidan (perkataan yang
benar), qawlan baligha (efektif, tepat sasaran), qawlan ma’rufan (perkataan
yang pantas), qawlan karima (perkataan yang mulia), qawlan layyina
(perkataan lemah lembut), dan qawlan maysura (perkataan yang mudah).
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai
Fenomena flexing ‘Anak pejabat’ dalam perspektif etika komunikasi Islam (Studi
kasus Mario Dandy Satriyo), peneliti mengajukan saran sebagai berikut:
1. Dalam bermedia sosial hendaknya bijak dalam mengunggah atau memamerkan
kehidupan sosial, agar privasi tetap terjaga, mengedepankan kebaikan serta
menjaga kesopanan atau etika, meningkatkan kesadaran tentang dampak sosial
dari tindakan kita di platform digital.
2. Dampak ketika melakukan aksi flexing dapat mempengaruhi persepsi diri dan
citra sosial sehingga konsekuensi negatif akan bermunculan. Maka, fenomena
flexing yang saat ini banyak bermunculan dapat ditangani secara positif apabila
dilakukan dengan nilai-nilai kesederhanaan, mempromosikan kebijaksanaan
dalam penggunaan media sosial, atau meningkatkan kesadaran tentang dampak
sosial.
Mario Dandy Satriyo berdasarkan perspektif etika komunikasi Islam. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pandangan etika komunikasi Islam melalui 6 (enam)
qawlan pada konten-konten flexing anak pejabat Mario Dandy Satriyo di media sosial.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan jenis
penelitian kualitatif, dengan teknik pengumpulan data pustaka yaitu observasi dan
dokumentasi, serta dianalisis dengan teknik analisis data kualitatif yang dikemukakan
oleh Miles dan Huberman.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa. Pertama, Fenomena flexing ‘Anak
pejabat’ yang dilakukan oleh Mario Dandy Satriyo yang memamerkan kendaraan-
kendaraan mewahnya pada platform media sosialnya dianggap sebagai fenomena
sosial yang kompleks yang terdiri dari penyimpangan dari nilai-nilai sosial, pencitraan
identitas dan status sosial, serta mendorong konsumsi yang berlebihan. flexing
kendaraan bukanlah sekadar tindakan yang sederhana, tetapi melibatkan dinamika
yang kompleks dan memiliki dampak yang signifikan dalam berbagai aspek kehidupan
sosial masyarakat. Kedua, Fenomena flexing Mario Dandy Satriyo yang memamerkan
kendaraan-kendaraan mewahnya pada platform media sosialnya bertentangan dengan
perspektif Etika Komunikasi Islam dalam 6 (enam) bentuk atau jenis gaya bicara
(qawlan). Terdiri dari qawlan sadidan (perkataan yang benar), qawlan baligha (efektif,
tepat sasaran), qawlan ma’rufan (perkataan yang pantas), qawlan karima (perkataan
yang mulia), qawlan layyina (perkataan lemah lembut), dan qawlan maysura
(perkataan yang mudah). Keenam qawlan tersebut diidentifikasi berbanding terbalik
dengan aksi flexing pamer kendaraan mewah yang dilakukan Mario Dandy Satriyo
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Fenomena Flexing ‘Anak Pejabat’ Dalam
Perspektif Etika Komunikasi Islam (Studi Kasus Mario Dandy Satriyo) sebagaimana
yang telah diuraikan, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Fenomena flexing ‘Anak pejabat’ yang dilakukan oleh Mario Dandy Satriyo
yang memamerkan kendaraan-kendaraan mewahnya pada platform media
sosialnya dianggap sebagai fenomena sosial yang kompleks terdiri dari
penyimpangan dari nilai-nilai sosial, pencitraan identitas dan status sosial, serta
mendorong konsumsi yang berlebihan.
2. Fenomena flexing Mario Dandy Satriyo yang memamerkan kendaraan-
kendaraan mewahnya pada platform media sosialnya bertentangan dengan
perspektif Etika Komunikasi Islam dalam 6 (enam) bentuk atau jenis gaya
bicara (qawlan). Keenam qawlan terdiri dari qawlan sadidan (perkataan yang
benar), qawlan baligha (efektif, tepat sasaran), qawlan ma’rufan (perkataan
yang pantas), qawlan karima (perkataan yang mulia), qawlan layyina
(perkataan lemah lembut), dan qawlan maysura (perkataan yang mudah).
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai
Fenomena flexing ‘Anak pejabat’ dalam perspektif etika komunikasi Islam (Studi
kasus Mario Dandy Satriyo), peneliti mengajukan saran sebagai berikut:
1. Dalam bermedia sosial hendaknya bijak dalam mengunggah atau memamerkan
kehidupan sosial, agar privasi tetap terjaga, mengedepankan kebaikan serta
menjaga kesopanan atau etika, meningkatkan kesadaran tentang dampak sosial
dari tindakan kita di platform digital.
2. Dampak ketika melakukan aksi flexing dapat mempengaruhi persepsi diri dan
citra sosial sehingga konsekuensi negatif akan bermunculan. Maka, fenomena
flexing yang saat ini banyak bermunculan dapat ditangani secara positif apabila
dilakukan dengan nilai-nilai kesederhanaan, mempromosikan kebijaksanaan
dalam penggunaan media sosial, atau meningkatkan kesadaran tentang dampak
sosial.
Ketersediaan
| SFUD20240003 | 03/2024 | Perpustakaan Pusat | Tersedia |
Informasi Detil
Judul Seri
-
No. Panggil
03/2024
Penerbit
IAIN BONE : Watampone., 2024
Deskripsi Fisik
-
Bahasa
Indonesia
ISBN/ISSN
-
Klasifikasi
Skripsi FUD
Informasi Detil
Tipe Isi
-
Tipe Media
-
Tipe Pembawa
-
Edisi
-
Subyek
Info Detil Spesifik
-
Pernyataan Tanggungjawab
-
Tidak tersedia versi lain
