Peran Selera dan Atribut Syariah pada Model TPB (Teori Planned Behavior) dalam Memengaruhi Pemilihan Kafe sebagai Ruang Publik di Kalangan Generasi Milenial di Kabupaten Bone
Fira Nurfitri/601022022007 - Personal Name
Penelitian ini mengeksplor hubungan antara Memilih Kafe (MK) dan Niat
Memilih Kafe (NM), serta faktor-faktor yang memengaruhinya. Dalam
melakukan penelitian ini, dibutuhkan sejumlah data yang dikumpulkan melalui
kuesioner, dokumen, literatur, wawancara dan juga penggunaan data sekunder.
Populasi penelitian mencakup generasi milenial di Kabupaten Bone yang
memiliki potensi untuk memilih kafe sebagai ruang publik, dengan sampel
sebanyak 271 responden. Sampel ditentukan dengan menggunakan skala klaster
dengan lima klaster berdasarkan wilayah geografis. Analisis data yang dilakukan
menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) dengan pendekatan PLS-Path
Modeling melalui perangkat statistik SmartPLS 4. Hasil analisis menunjukkan
bahwa Hubungan positif dan signifikan antara Memilih Kafe (MK) dan Niat
Memilih Kafe (NM) memverifikasi bahwa semakin tinggi niat konsumen untuk
memilih kafe, semakin kuat dalam memilih kafe sebagai ruang publik.
Selanjutnya faktor-faktor seperti Selera (Se), Atribut Syariah (As), Norma
Subjektif (Ns), Persepsi Kontrol Perilaku (Kp) dan Sikap (Si) juga ditemukan
memengaruhi MK secara positif. Selera, pertimbangan atribut syariah, norma
subjektif, persepsi kontrol perilaku, dan sikap positif berkontribusi pada
keputusan memilih kafe, dan seiring dengan itu, meningkatkan peran kafe sebagai
ruang publik yang dipilih oleh konsumen. Penelitian ini menekankan peran Selera
dan Atribut Syariah sebagai pemicu dinamika pemilihan kafe sebagai ruang
publik. Selera dan Atribut Syariah tidak hanya memengaruhi preferensi rasa dan
nilai-nilai Islam pelanggan, tetapi juga membentuk pandangan dan norma
subjektif yang memengaruhi cara pelanggan membuat keputusan terkait pemilihan
kafe dengan mencakup elemen-elemen seperti estetika, nilai-nilai spiritual, dan
faktor-faktor lain yang membentuk pengalaman konsumen secara menyeluruh
dalam memilih kafe sebagai ruang publik. Temuan ini memberikan wawasan
mendalam tentang kompleksitas pengaruh Selera dan Atribut Syariah dalam
dinamika pemilihan kafe sebagai ruang publik, serta implikasi strategi untuk
pengembangan dan pemasaran kafe. Kesimpulan dari penelitian ini memberikan
sumbangan signifikan terhadap pemahaman mengenai faktor-faktor yang
memengaruhi pemilihan kafe sebagai ruang publik, yang dapat menjadi dasar bagi
pengembangan strategi pemasaran yang lebih berfokus pada preferensi dan nilai-
nilai konsumen khususnya generasi milenial dalam pemilihan kafe.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan dua hal
pokok sebagai berikut:
1. Hubungan yang signifikan antara beberapa variabel kunci dalam konteks
Memilih Kafe (MK) dan Niat Memilih Kafe (NM), mengungkapkan beberapa
temuan penting, yaitu:
a. Ditemukan bahwa semakin tinggi niat konsumen untuk memilih kafe,
semakin kuat kemungkinan benar-benar memilih kafe tersebut. Oleh
karena itu, dapat tegaskan bahwa faktor niat memiliki pengaruh positif
terhadap keputusan konsumen dalam memilih kafe.
b. Norma Subjektif memiliki pengaruh positif terhadap keputusan memilih
kafe. Saat individu merasakan norma subjektif tertentu terkait pemilihan
kafe, kecenderungan untuk memilih kafe tersebut meningkat. Norma
subjektif berperan sebagai penguat, meningkatkan keyakinan individu
untuk memilih kafe dengan lebih yakin.
c. Peningkatan persepsi kontrol perilaku berkorelasi positif dengan intensitas
niat memilih kafe. Kesadaran dan keyakinan individu dalam mengelola
perilaku melibatkan proses pengendalian kognitif, yang signifikan dalam
memodulasi niat dan tindakan memilih kafe sesuai dengan preferensi yang
terinternalisasi dan terkontrol secara penuh.
d. Keberadaan preferensi atau selera khusus terhadap kafe, sejalan dengan
niat memilih kafe, memberikan kontribusi yang signifikan terhadap
peningkatan tingkat niat individu untuk memilih kafe tersebut. Hal ini
mengindikasikan pentingnya konsistensi antara selera dan niat dalam
membentuk motivasi yang kokoh untuk melakukan pemilihan kafe.
e. Konsumen yang menunjukkan preferensi terhadap atribut syariah
cenderung menunjukkan niat yang lebih kuat dalam pemilihan kafe. Hal
ini ditegaskan bahwa aspek syariah memiliki relevansi signifikan dalam
membentuk motivasi konsumen untuk memilih suatu kafe sebagai ruang
publik, dan dapat dianggap sebagai faktor yang memiliki pengaruh penting
dalam proses pengambilan keputusan konsumen terkait pemilihan tempat
konsumsi.
f. Peran sikap individu terhadap sebuah kafe bersifat positif, tingkat niat
individu untuk memilih kafe tersebut akan meningkat. Ini menunjukkan
bahwa evaluasi positif terhadap kafe memiliki peran signifikan dalam
membentuk keinginan konsumen untuk memilihnya.
g. Peningkatan kekuatan norma subjektif yang mendukung pemilihan kafe
secara positif berbanding lurus dengan peningkatan tingkat niat individu
untuk melaksanakan tindakan tersebut. Hal tersebut menegaskan pengaruh
signifikan norma subjektif dalam membentuk niat konsumen terkait
pemilihan kafe.
h. Peningkatan tingkat Selera memberikan kontribusi positif yang signifikan
pada pembentukan Niat Memilih Kafe , yang pada gilirannya memperkuat
korelasi positif dengan keputusan nyata untuk memilih kafe. Dalam hal
ini, semakin tinggi preferensi pribadi terhadap kafe, semakin kuat niat
individu untuk memilihnya, yang menciptakan hubungan positif yang
lebih tegas dengan keputusan akhir untuk memilih kafe.
i. Atribut Syariah memiliki dampak tidak langsung pada pemilihan kafe,
melalui pembentukan Niat Mmilih Kafe sebagai perantara. Artinya,
kesadaran terhadap atribut syariah memainkan peran krusial dalam
membentuk niat konsumen untuk memilih kafe, yang pada akhirnya
memengaruhi keputusan nyata untuk memilih kafe dengan karakteristik
syariah.
j. faktor sikap tidak berperan secara signifikan sebagai mediator dalam
pengaruhnya terhadap keputusan konsumen untuk memilih kafe. Hal ini
ditunjukkan oleh hasil analisis yang tidak mencapai tingkat signifikansi
yang diharapkan, menandakan bahwa dalam konteks ini, sikap tidak
memiliki pengaruh yang cukup kuat untuk memediasi secara efektif dalam
proses keputusan memilih kafe oleh konsumen.
k. Norma Subjektif memiliki pengaruh positif yang signifikan pada
pembentukan niat konsumen untuk memilih kafe. Secara lebih lanjut, niat
ini memperkuat hubungan positif dengan keputusan nyata untuk memilih
kafe. Hal ini menyoroti kompleksitas interaksi antara faktor psikologis
(niat) dan sosial (norma subjektif) dalam proses pengambilan keputusan
konsumen terkait pemilihan kafe.
Meskipun seluruh analisis menyoroti kompleksitas interaksi antara faktor-
faktor seperti Memilih Kafe, Niat Memilih Kafe, Norma Subjektif, Persepsi
kontrol Perilaku, Selera, Atribut Syariah, dan Sikap, akan tetapi temuan-temuan
ini dapat memberikan wawasan mendalam untuk pengembangan strategi
pemasaran yang lebih terarah dan efektif yang akan menjadi dasar untuk
merancang program-program yang lebih sesuai dengan preferensi dan nilai
konsumen, mengoptimalkan pengalaman dalam memilih kafe, serta meningkatkan
kepuasan pelanggan secara keseluruhan.
2. Selera dan Atribut Syariah dalam Model TPB (Teori Planned Behavior)
menciptakan pengalaman yang melebihi fungsi sekadar tempat makan. Sikap
konsumen terbentuk dengan memadukan preferensi rasa dan nilai-nilai Islam,
yang berpengaruh pada keputusan pembelian. Kafe yang memahami
kompleksitas ini membentuk norma subjektif pelanggan, yang menjadi
integral dalam identitas dan membimbing keputusan memilih kafe. Niat
memilih kafe menjadi suatu perjalanan yang melibatkan perkembangan selera
dan ketaatan pada nilai-nilai Islam yang kuat. Pelanggan merasakan kendali
penuh dalam memilih menu, layanan, dan atmosfer yang menciptakan
koneksi mendalam dengan kafe. Pemilihan kafe sebagai ruang publik
mencerminkan konvergensi antara estetika dan nilai spiritual, membentuk
paradigma pilihan kafe yang kompleks dan multifaktorial dalam literatur
konsumen.
B. Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat direkomendasikan hal-hal sebagai
berikut:
1. Program insentif untuk niat tinggi: melibatkan pemberian diskon eksklusif,
penawaran spesial, atau keanggotaan loyalitas kepada pelanggan yang
menunjukkan niat tinggi memilih kafe. Hal ini dirancang untuk memperkuat
hubungan, memberikan nilai tambah, dan mempertahankan pelanggan setia.
2. Pengaruh norma subjektif: Memperkuat norma subjektif dengan strategi
pemasaran yang menonjolkan dukungan dan preferensi pelanggan.
Melibatkan testimoni atau cerita sukses pelanggan dapat memperkuat norma
subjektif yang positif. Mengadakan kegiatan sosial atau acara yang
melibatkan partisipasi pelanggan juga dapat membangun dan memperkuat
norma subjektif yang mendukung keputusan memilih kafe.
3. Penguatan kontrol perilaku: Tingkatkan pemahaman pelanggan tentang
kontrol perilaku dengan menyediakan informasi yang jelas tentang menu dan
preferensi yang terinternalisasi. Selain itu, aktif memperkuat niat pelanggan
dalam memilih kafe melalui strategi pemasaran yang mengedepankan nilai
dan preferensi konsumen.
4. Mengakomodasi keberagaman selera: peningkatan tingkat niat memilih kafe
dapat dilakukan dengan mendalami pemahaman selera pelanggan dan
mengakomodasi keberagaman preferensi. Pentingnya konsistensi antara
selera dan niat diindikasikan sebagai faktor kunci dalam membentuk motivasi
yang kokoh untuk memilih kafe. Oleh karena itu, implementasi strategi
pemasaran yang mendalam dan segmentasi pasar berdasarkan preferensi
pelanggan menjadi krusial untuk memastikan peningkatan tingkat niat yang
signifikan dalam proses pemilihan kafe.
5. Pengembangan Pemahaman Atribut Syariah: Mengedepankan edukasi terkait
aspek syariah dalam kafe untuk meningkatkan pemahaman pelanggan,
memperkuat niat dalam memilih kafe sebagai ruang publik. Ini bertujuan
membangun persepsi positif terkait nilai-nilai syariah, menciptakan landasan
kuat untuk keputusan konsumen, dan meningkatkan citra kafe sebagai tempat
yang mendukung nilai-nilai keagamaan.
6. Peningkatan sikap positif: Pengalaman positif pelanggan sebagai kunci untuk
meningkatkan niat memilih kafe. Dengan memfokuskan pelatihan staf,
menciptakan atmosfer yang menyenangkan, dan memberikan pelayanan yang
ramah, kafe dapat membangun citra positif. Sikap positif pelanggan akan
memperkuat keinginan untuk memilih kafe, menciptakan hubungan yang
kokoh antara kepuasan pelanggan dan keberhasilan kafe dalam menarik
pengunjung serta meningkatkan loyalitas pelanggan.
7. Dinamika norma subjektif: Perkuat norma subjektif melalui kolaborasi
dengan tokoh atau influencer yang memiliki pengaruh positif dalam
pemilihan kafe. Libatkan komunitas lokal untuk mendukung pemilihan kafe,
menciptakan atmosfer positif di sekitar keputusan konsumen. Bangun
program penghargaan atau pengakuan bagi konsumen yang konsisten dalam
memilih kafe, mendorong norma subjektif yang kuat. Sosialisasikan cerita
sukses konsumen yang memilih kafe berdasarkan nilai positif, memperkuat
norma subjektif dalam komunitas.
8. Peran selera dan atribut syariah dalam model TPB: Peningkatan kesadaran
Syariah, program insentif, edukasi estetika, dan nilai spiritual, personalisasi
pengalaman, serta pengembangan identitas kafe, merupakan rekomendasi
untuk memperkaya pengalaman memilih kafe. Selera dan Atribut Syariah
berperan sentral dalam membentuk pengalaman ini, memengaruhi sikap,
keputusan pembelian, dan norma subjektif pelanggan. Niat memilih kafe
melibatkan perkembangan selera dan ketaatan pada nilai-nilai Islam,
memberikan pelanggan kendali dan menciptakan koneksi mendalam.
Keseluruhan, pemilihan kafe mencerminkan konvergensi estetika dan nilai
spiritual, membentuk paradigma yang kompleks.
C. Saran
Berdasarkan hasil rekomendasi di atas, dapat disarankan hal-hal sebagai
berikut:
1. Kafe perlu menggabungkan selera kuliner dengan nilai-nilai Islam dalam
menu dan layanan untuk menciptakan pengalaman yang holistik bagi
pelanggan .
2. Mendorong kafe untuk tidak hanya menyajikan makanan, tetapi juga
menciptakan atmosfer dan aktivitas yang membedakan diri, menghasilkan
pengalaman yang unik bagi pelanggan.
3. Kafe perlu membentuk norma subjektif yang mencakup selera dan kepatuhan
terhadap nilai-nilai Islam, menjadi bagian integral dari identitas pelanggan.
4. Pentingnya merancang harmonisasi antara estetika dan nilai-nilai spiritual, di
mana pemilihan kafe mencerminkan konvergensi kompleks antara preferensi
rasa, kepatuhan pada ajaran Islam, dan pengalaman keseluruhan.
Memilih Kafe (NM), serta faktor-faktor yang memengaruhinya. Dalam
melakukan penelitian ini, dibutuhkan sejumlah data yang dikumpulkan melalui
kuesioner, dokumen, literatur, wawancara dan juga penggunaan data sekunder.
Populasi penelitian mencakup generasi milenial di Kabupaten Bone yang
memiliki potensi untuk memilih kafe sebagai ruang publik, dengan sampel
sebanyak 271 responden. Sampel ditentukan dengan menggunakan skala klaster
dengan lima klaster berdasarkan wilayah geografis. Analisis data yang dilakukan
menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) dengan pendekatan PLS-Path
Modeling melalui perangkat statistik SmartPLS 4. Hasil analisis menunjukkan
bahwa Hubungan positif dan signifikan antara Memilih Kafe (MK) dan Niat
Memilih Kafe (NM) memverifikasi bahwa semakin tinggi niat konsumen untuk
memilih kafe, semakin kuat dalam memilih kafe sebagai ruang publik.
Selanjutnya faktor-faktor seperti Selera (Se), Atribut Syariah (As), Norma
Subjektif (Ns), Persepsi Kontrol Perilaku (Kp) dan Sikap (Si) juga ditemukan
memengaruhi MK secara positif. Selera, pertimbangan atribut syariah, norma
subjektif, persepsi kontrol perilaku, dan sikap positif berkontribusi pada
keputusan memilih kafe, dan seiring dengan itu, meningkatkan peran kafe sebagai
ruang publik yang dipilih oleh konsumen. Penelitian ini menekankan peran Selera
dan Atribut Syariah sebagai pemicu dinamika pemilihan kafe sebagai ruang
publik. Selera dan Atribut Syariah tidak hanya memengaruhi preferensi rasa dan
nilai-nilai Islam pelanggan, tetapi juga membentuk pandangan dan norma
subjektif yang memengaruhi cara pelanggan membuat keputusan terkait pemilihan
kafe dengan mencakup elemen-elemen seperti estetika, nilai-nilai spiritual, dan
faktor-faktor lain yang membentuk pengalaman konsumen secara menyeluruh
dalam memilih kafe sebagai ruang publik. Temuan ini memberikan wawasan
mendalam tentang kompleksitas pengaruh Selera dan Atribut Syariah dalam
dinamika pemilihan kafe sebagai ruang publik, serta implikasi strategi untuk
pengembangan dan pemasaran kafe. Kesimpulan dari penelitian ini memberikan
sumbangan signifikan terhadap pemahaman mengenai faktor-faktor yang
memengaruhi pemilihan kafe sebagai ruang publik, yang dapat menjadi dasar bagi
pengembangan strategi pemasaran yang lebih berfokus pada preferensi dan nilai-
nilai konsumen khususnya generasi milenial dalam pemilihan kafe.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan dua hal
pokok sebagai berikut:
1. Hubungan yang signifikan antara beberapa variabel kunci dalam konteks
Memilih Kafe (MK) dan Niat Memilih Kafe (NM), mengungkapkan beberapa
temuan penting, yaitu:
a. Ditemukan bahwa semakin tinggi niat konsumen untuk memilih kafe,
semakin kuat kemungkinan benar-benar memilih kafe tersebut. Oleh
karena itu, dapat tegaskan bahwa faktor niat memiliki pengaruh positif
terhadap keputusan konsumen dalam memilih kafe.
b. Norma Subjektif memiliki pengaruh positif terhadap keputusan memilih
kafe. Saat individu merasakan norma subjektif tertentu terkait pemilihan
kafe, kecenderungan untuk memilih kafe tersebut meningkat. Norma
subjektif berperan sebagai penguat, meningkatkan keyakinan individu
untuk memilih kafe dengan lebih yakin.
c. Peningkatan persepsi kontrol perilaku berkorelasi positif dengan intensitas
niat memilih kafe. Kesadaran dan keyakinan individu dalam mengelola
perilaku melibatkan proses pengendalian kognitif, yang signifikan dalam
memodulasi niat dan tindakan memilih kafe sesuai dengan preferensi yang
terinternalisasi dan terkontrol secara penuh.
d. Keberadaan preferensi atau selera khusus terhadap kafe, sejalan dengan
niat memilih kafe, memberikan kontribusi yang signifikan terhadap
peningkatan tingkat niat individu untuk memilih kafe tersebut. Hal ini
mengindikasikan pentingnya konsistensi antara selera dan niat dalam
membentuk motivasi yang kokoh untuk melakukan pemilihan kafe.
e. Konsumen yang menunjukkan preferensi terhadap atribut syariah
cenderung menunjukkan niat yang lebih kuat dalam pemilihan kafe. Hal
ini ditegaskan bahwa aspek syariah memiliki relevansi signifikan dalam
membentuk motivasi konsumen untuk memilih suatu kafe sebagai ruang
publik, dan dapat dianggap sebagai faktor yang memiliki pengaruh penting
dalam proses pengambilan keputusan konsumen terkait pemilihan tempat
konsumsi.
f. Peran sikap individu terhadap sebuah kafe bersifat positif, tingkat niat
individu untuk memilih kafe tersebut akan meningkat. Ini menunjukkan
bahwa evaluasi positif terhadap kafe memiliki peran signifikan dalam
membentuk keinginan konsumen untuk memilihnya.
g. Peningkatan kekuatan norma subjektif yang mendukung pemilihan kafe
secara positif berbanding lurus dengan peningkatan tingkat niat individu
untuk melaksanakan tindakan tersebut. Hal tersebut menegaskan pengaruh
signifikan norma subjektif dalam membentuk niat konsumen terkait
pemilihan kafe.
h. Peningkatan tingkat Selera memberikan kontribusi positif yang signifikan
pada pembentukan Niat Memilih Kafe , yang pada gilirannya memperkuat
korelasi positif dengan keputusan nyata untuk memilih kafe. Dalam hal
ini, semakin tinggi preferensi pribadi terhadap kafe, semakin kuat niat
individu untuk memilihnya, yang menciptakan hubungan positif yang
lebih tegas dengan keputusan akhir untuk memilih kafe.
i. Atribut Syariah memiliki dampak tidak langsung pada pemilihan kafe,
melalui pembentukan Niat Mmilih Kafe sebagai perantara. Artinya,
kesadaran terhadap atribut syariah memainkan peran krusial dalam
membentuk niat konsumen untuk memilih kafe, yang pada akhirnya
memengaruhi keputusan nyata untuk memilih kafe dengan karakteristik
syariah.
j. faktor sikap tidak berperan secara signifikan sebagai mediator dalam
pengaruhnya terhadap keputusan konsumen untuk memilih kafe. Hal ini
ditunjukkan oleh hasil analisis yang tidak mencapai tingkat signifikansi
yang diharapkan, menandakan bahwa dalam konteks ini, sikap tidak
memiliki pengaruh yang cukup kuat untuk memediasi secara efektif dalam
proses keputusan memilih kafe oleh konsumen.
k. Norma Subjektif memiliki pengaruh positif yang signifikan pada
pembentukan niat konsumen untuk memilih kafe. Secara lebih lanjut, niat
ini memperkuat hubungan positif dengan keputusan nyata untuk memilih
kafe. Hal ini menyoroti kompleksitas interaksi antara faktor psikologis
(niat) dan sosial (norma subjektif) dalam proses pengambilan keputusan
konsumen terkait pemilihan kafe.
Meskipun seluruh analisis menyoroti kompleksitas interaksi antara faktor-
faktor seperti Memilih Kafe, Niat Memilih Kafe, Norma Subjektif, Persepsi
kontrol Perilaku, Selera, Atribut Syariah, dan Sikap, akan tetapi temuan-temuan
ini dapat memberikan wawasan mendalam untuk pengembangan strategi
pemasaran yang lebih terarah dan efektif yang akan menjadi dasar untuk
merancang program-program yang lebih sesuai dengan preferensi dan nilai
konsumen, mengoptimalkan pengalaman dalam memilih kafe, serta meningkatkan
kepuasan pelanggan secara keseluruhan.
2. Selera dan Atribut Syariah dalam Model TPB (Teori Planned Behavior)
menciptakan pengalaman yang melebihi fungsi sekadar tempat makan. Sikap
konsumen terbentuk dengan memadukan preferensi rasa dan nilai-nilai Islam,
yang berpengaruh pada keputusan pembelian. Kafe yang memahami
kompleksitas ini membentuk norma subjektif pelanggan, yang menjadi
integral dalam identitas dan membimbing keputusan memilih kafe. Niat
memilih kafe menjadi suatu perjalanan yang melibatkan perkembangan selera
dan ketaatan pada nilai-nilai Islam yang kuat. Pelanggan merasakan kendali
penuh dalam memilih menu, layanan, dan atmosfer yang menciptakan
koneksi mendalam dengan kafe. Pemilihan kafe sebagai ruang publik
mencerminkan konvergensi antara estetika dan nilai spiritual, membentuk
paradigma pilihan kafe yang kompleks dan multifaktorial dalam literatur
konsumen.
B. Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat direkomendasikan hal-hal sebagai
berikut:
1. Program insentif untuk niat tinggi: melibatkan pemberian diskon eksklusif,
penawaran spesial, atau keanggotaan loyalitas kepada pelanggan yang
menunjukkan niat tinggi memilih kafe. Hal ini dirancang untuk memperkuat
hubungan, memberikan nilai tambah, dan mempertahankan pelanggan setia.
2. Pengaruh norma subjektif: Memperkuat norma subjektif dengan strategi
pemasaran yang menonjolkan dukungan dan preferensi pelanggan.
Melibatkan testimoni atau cerita sukses pelanggan dapat memperkuat norma
subjektif yang positif. Mengadakan kegiatan sosial atau acara yang
melibatkan partisipasi pelanggan juga dapat membangun dan memperkuat
norma subjektif yang mendukung keputusan memilih kafe.
3. Penguatan kontrol perilaku: Tingkatkan pemahaman pelanggan tentang
kontrol perilaku dengan menyediakan informasi yang jelas tentang menu dan
preferensi yang terinternalisasi. Selain itu, aktif memperkuat niat pelanggan
dalam memilih kafe melalui strategi pemasaran yang mengedepankan nilai
dan preferensi konsumen.
4. Mengakomodasi keberagaman selera: peningkatan tingkat niat memilih kafe
dapat dilakukan dengan mendalami pemahaman selera pelanggan dan
mengakomodasi keberagaman preferensi. Pentingnya konsistensi antara
selera dan niat diindikasikan sebagai faktor kunci dalam membentuk motivasi
yang kokoh untuk memilih kafe. Oleh karena itu, implementasi strategi
pemasaran yang mendalam dan segmentasi pasar berdasarkan preferensi
pelanggan menjadi krusial untuk memastikan peningkatan tingkat niat yang
signifikan dalam proses pemilihan kafe.
5. Pengembangan Pemahaman Atribut Syariah: Mengedepankan edukasi terkait
aspek syariah dalam kafe untuk meningkatkan pemahaman pelanggan,
memperkuat niat dalam memilih kafe sebagai ruang publik. Ini bertujuan
membangun persepsi positif terkait nilai-nilai syariah, menciptakan landasan
kuat untuk keputusan konsumen, dan meningkatkan citra kafe sebagai tempat
yang mendukung nilai-nilai keagamaan.
6. Peningkatan sikap positif: Pengalaman positif pelanggan sebagai kunci untuk
meningkatkan niat memilih kafe. Dengan memfokuskan pelatihan staf,
menciptakan atmosfer yang menyenangkan, dan memberikan pelayanan yang
ramah, kafe dapat membangun citra positif. Sikap positif pelanggan akan
memperkuat keinginan untuk memilih kafe, menciptakan hubungan yang
kokoh antara kepuasan pelanggan dan keberhasilan kafe dalam menarik
pengunjung serta meningkatkan loyalitas pelanggan.
7. Dinamika norma subjektif: Perkuat norma subjektif melalui kolaborasi
dengan tokoh atau influencer yang memiliki pengaruh positif dalam
pemilihan kafe. Libatkan komunitas lokal untuk mendukung pemilihan kafe,
menciptakan atmosfer positif di sekitar keputusan konsumen. Bangun
program penghargaan atau pengakuan bagi konsumen yang konsisten dalam
memilih kafe, mendorong norma subjektif yang kuat. Sosialisasikan cerita
sukses konsumen yang memilih kafe berdasarkan nilai positif, memperkuat
norma subjektif dalam komunitas.
8. Peran selera dan atribut syariah dalam model TPB: Peningkatan kesadaran
Syariah, program insentif, edukasi estetika, dan nilai spiritual, personalisasi
pengalaman, serta pengembangan identitas kafe, merupakan rekomendasi
untuk memperkaya pengalaman memilih kafe. Selera dan Atribut Syariah
berperan sentral dalam membentuk pengalaman ini, memengaruhi sikap,
keputusan pembelian, dan norma subjektif pelanggan. Niat memilih kafe
melibatkan perkembangan selera dan ketaatan pada nilai-nilai Islam,
memberikan pelanggan kendali dan menciptakan koneksi mendalam.
Keseluruhan, pemilihan kafe mencerminkan konvergensi estetika dan nilai
spiritual, membentuk paradigma yang kompleks.
C. Saran
Berdasarkan hasil rekomendasi di atas, dapat disarankan hal-hal sebagai
berikut:
1. Kafe perlu menggabungkan selera kuliner dengan nilai-nilai Islam dalam
menu dan layanan untuk menciptakan pengalaman yang holistik bagi
pelanggan .
2. Mendorong kafe untuk tidak hanya menyajikan makanan, tetapi juga
menciptakan atmosfer dan aktivitas yang membedakan diri, menghasilkan
pengalaman yang unik bagi pelanggan.
3. Kafe perlu membentuk norma subjektif yang mencakup selera dan kepatuhan
terhadap nilai-nilai Islam, menjadi bagian integral dari identitas pelanggan.
4. Pentingnya merancang harmonisasi antara estetika dan nilai-nilai spiritual, di
mana pemilihan kafe mencerminkan konvergensi kompleks antara preferensi
rasa, kepatuhan pada ajaran Islam, dan pengalaman keseluruhan.
Ketersediaan
| 601022022007 | 35/2023 | Perpustakaan Pusat | Tersedia |
Informasi Detil
Judul Seri
-
No. Panggil
35/2023
Penerbit
IAIN BONE : Watampone., 2023
Deskripsi Fisik
-
Bahasa
Indonesia
ISBN/ISSN
-
Klasifikasi
Tesis EKIS
Informasi Detil
Tipe Isi
-
Tipe Media
-
Tipe Pembawa
-
Edisi
-
Subyek
Info Detil Spesifik
-
Pernyataan Tanggungjawab
-
Tidak tersedia versi lain
