Kreativitas Guru Dalam Menerapkan Metode Tikrar Pada Pelajaran Tahfidz Al-Quran Pada Kelas X Di MA Yapit Taretta
Husnul Khaatimah/862082020084 - Personal Name
Skripsi ini membahasa tentang “Kreativitas guru dalam menerapkan metode
tikrar pada pelajaran tahfidz al-Quran pada kelas X Di MA Yapit
Taretta”.Penelitian ini bertujuan: 1) Untuk mengetahui bagaimana penerapan
metode tikrar pada mata pelajaran tahfidz Al-Quran kelas X di MA Yapit
Taretta. 2) Untuk mengetahui kreativitas guru dalam menerapkan metode
tikrar pada pelajaran tahfidz kelas X di MA Yapit Taretta. 3) Untuk
mengetahui apa saja hambatan yang di hadapi guru dalam menerapkan metode
tikrar pada pelajaran tahfidz al-Quran kelas X Di MA Yapit Taretta. Jenis
penelitian yang akan digunakan penulis pada penelitian ini adalah adalah
penelitian deskriptif kualitatif dengan sumber data yaitu data primer dan data
skunder. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan
dokumentasi dengan menggunakan analisis kualitatif deskriptif yaitu melalui
reduksi data, penyajian data, penyimpulan dan verifikasi, dan penarikan
kesimpulan atau kesimpulan akhir. Kemudian hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa metode tikrar dalam menghafal al-Quran dilakukan dengan cara
mengulang hafalan yang sudah dihafalkan kepada ustadz. Metode ini dimaksud
agar hafalan yang pernah dihafal oleh para santri bisa tetap terjaga dengan
baik, selain mengulang hafalannya dengan ustadz, santri juga menghafalnya
sendiri dengan maksud untuk melancarkan hafalannya sehingga tidak mudah
lupa. Kreativitas guru dalam metode tikrar menggunakan tahapan penerapan
dan tahap persiapan. Pada tahap persiapan santri sebelum menyetorkan
hafalannya kepada guru mereka terlebih dahulu melakukan persiapan yaitu
mentakrir (mengulang ulang) hafalan sampai benar benar lancar dan baik.
Persiapan tersebut dalam upaya membuat hafalan yang disetorkan kepada guru
lebih baik. Selanjutnya tahap penerapan, dilakukan dengan menyetorkan
hafalannya kepada guru dan mudarosah secara berkelompok.
A. Kesimpulan
1. Penerapan metode tikrar sudah diterapkan di MA Yapit Taretta, penerpan
metode tikrar di MA Yapit Taretta juga bervariasi, sebagaimana peneliti
melihat langsung serta diperkuat oleh narasumber penelitian. Adapun
pelaksanaannya, santri berpartisipasi untuk hadir dan mengulang hafalannya
minimal 20-40 kali, serta ada juga yang mengulang dalam kurug waktu 15-
30 menit dan ada juga mengulang secara berkelompok dan ada juga yang
mengulang bersama temannya, setelah itu mereka menyetorkan hafalannya
kepada guru.
2. Kreativitas guru tahfidz al-Quran di MA Yapit Taretta meliputi 4 jenis yaitu
Kreativitas dalam perencanaan kegiatan belajar mengajar yang terdiri dari 2
indikator yaitu RPP tahfidz, jurnal tahfidz, buku kontrol tahfidz. Kreativitas
dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang terdiri dari 3 indikator
yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Hal yang menarik
dari kegiatan awal adalah do'a dipimpin oleh peserta didik dan do'a awal
belajar dilakukan setiap pembelajaran dimulai. Kegiatan inti yang terdiri
dari metode-metode yang digunakan dalam pembelajaran tahfiz yang
disesuaikan dengan kemampuan peserta didik. Metode tersebut antara lain
metode talaqqi, metode wahdah. metode kitabah, metode sima 'i, metode
bercerita dan bermain, dan metode tikrar. Sementara sekarang lebih di
fokuskan ke metode tikrar saja. Kegiatan penutup yang menarik adalah
pemberian motivasi yang selalu dilakukan guru hingga di akhir
pembelajaran. Kreativitas dalam evaluasi pembelajaran yang terdiri dari
penilaian sikap dan penilaian praktek, penilaian mentikrar. Selain itu adanya
kerja sama dengan orang tua wali dalam pengontrolan peserta didik di
rumah. Terakhir kreativitas dalam penguasaan materi yang terdiri dari
penguasaan ilmu tajwid dan muroja'ah.
3. Adapun faktor pendukung dan faktor penghambat dalam penerapan
menghafal al-Quran di MA Yapit Taretta yaitu niat, motivasi dari orang tua,
guru, dan teman sebaya, suasana hati yang baik, serta tempat dalam
menghafal. Sedangkan faktor penghambat dalam penerapan metode tikrar
yaitu suasana hati yang kurang baik, guru pembimbing yang kurang,
kurangnya motivasi dari orang tua, malas dalam menghafal, kurang padai
dalam membagi waktu, dan ayat terlalu panjang. Adapun solusi dalam
mengatasi hambatan tersebut yaitu menghindari hal hal yang kurang
penting, istiqomah dalam menghafal, sering mentikrar hafalan, dan
memotivasi diri.
B. Saran
1. Kepala sekolah MA Yapit Taretta
Pembelajaran tahfidz al-Qur‟an sudah melahirkan kader kader penghafal
Al-Qur‟an sudah sangat baik, saran saya lebi ditingkatkan kembali agar lebih
baik, adapun hal tersebut yakni dibuatnya golongan kelas tahfidz dan pilihan
target hafalan, maka santri akan lebih termotivasi lagi, dan menambah
pembimbing (guru) tahfidz.
2. Pembimbing tahfidz
Guru pembimbing tahfidz hendaknya sering sering mengingatkan santri
untuk mengulang hafalannya. Dan dimintakkan catatan berapa kali dia sudah
mengulang hafalanny. Agar lebih efektif penerapan metode tikrar tersebut, jika
hanya ditanya saja itu tidak cukup, dengan adanya catatan hal tersebut bisa jadi
bahan evaluasi.
3. Siswa
Memiliki banyak hafalan memang bagus, tetapi amanah kita sebagai
penghafal al-Quran yakni menjaga hafalan. Maka dari itu perbanyaklah
mengulang hafalan. Metode tikrar sudah sangat baik dalam menambah ingatan
hafalan dan mengulang hafalan, menambah haafalan memang mudah yang sulit
itu mempertahankan hafalan jadi siswa harus memperbanyak mengulang
hafalan.
tikrar pada pelajaran tahfidz al-Quran pada kelas X Di MA Yapit
Taretta”.Penelitian ini bertujuan: 1) Untuk mengetahui bagaimana penerapan
metode tikrar pada mata pelajaran tahfidz Al-Quran kelas X di MA Yapit
Taretta. 2) Untuk mengetahui kreativitas guru dalam menerapkan metode
tikrar pada pelajaran tahfidz kelas X di MA Yapit Taretta. 3) Untuk
mengetahui apa saja hambatan yang di hadapi guru dalam menerapkan metode
tikrar pada pelajaran tahfidz al-Quran kelas X Di MA Yapit Taretta. Jenis
penelitian yang akan digunakan penulis pada penelitian ini adalah adalah
penelitian deskriptif kualitatif dengan sumber data yaitu data primer dan data
skunder. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan
dokumentasi dengan menggunakan analisis kualitatif deskriptif yaitu melalui
reduksi data, penyajian data, penyimpulan dan verifikasi, dan penarikan
kesimpulan atau kesimpulan akhir. Kemudian hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa metode tikrar dalam menghafal al-Quran dilakukan dengan cara
mengulang hafalan yang sudah dihafalkan kepada ustadz. Metode ini dimaksud
agar hafalan yang pernah dihafal oleh para santri bisa tetap terjaga dengan
baik, selain mengulang hafalannya dengan ustadz, santri juga menghafalnya
sendiri dengan maksud untuk melancarkan hafalannya sehingga tidak mudah
lupa. Kreativitas guru dalam metode tikrar menggunakan tahapan penerapan
dan tahap persiapan. Pada tahap persiapan santri sebelum menyetorkan
hafalannya kepada guru mereka terlebih dahulu melakukan persiapan yaitu
mentakrir (mengulang ulang) hafalan sampai benar benar lancar dan baik.
Persiapan tersebut dalam upaya membuat hafalan yang disetorkan kepada guru
lebih baik. Selanjutnya tahap penerapan, dilakukan dengan menyetorkan
hafalannya kepada guru dan mudarosah secara berkelompok.
A. Kesimpulan
1. Penerapan metode tikrar sudah diterapkan di MA Yapit Taretta, penerpan
metode tikrar di MA Yapit Taretta juga bervariasi, sebagaimana peneliti
melihat langsung serta diperkuat oleh narasumber penelitian. Adapun
pelaksanaannya, santri berpartisipasi untuk hadir dan mengulang hafalannya
minimal 20-40 kali, serta ada juga yang mengulang dalam kurug waktu 15-
30 menit dan ada juga mengulang secara berkelompok dan ada juga yang
mengulang bersama temannya, setelah itu mereka menyetorkan hafalannya
kepada guru.
2. Kreativitas guru tahfidz al-Quran di MA Yapit Taretta meliputi 4 jenis yaitu
Kreativitas dalam perencanaan kegiatan belajar mengajar yang terdiri dari 2
indikator yaitu RPP tahfidz, jurnal tahfidz, buku kontrol tahfidz. Kreativitas
dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang terdiri dari 3 indikator
yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Hal yang menarik
dari kegiatan awal adalah do'a dipimpin oleh peserta didik dan do'a awal
belajar dilakukan setiap pembelajaran dimulai. Kegiatan inti yang terdiri
dari metode-metode yang digunakan dalam pembelajaran tahfiz yang
disesuaikan dengan kemampuan peserta didik. Metode tersebut antara lain
metode talaqqi, metode wahdah. metode kitabah, metode sima 'i, metode
bercerita dan bermain, dan metode tikrar. Sementara sekarang lebih di
fokuskan ke metode tikrar saja. Kegiatan penutup yang menarik adalah
pemberian motivasi yang selalu dilakukan guru hingga di akhir
pembelajaran. Kreativitas dalam evaluasi pembelajaran yang terdiri dari
penilaian sikap dan penilaian praktek, penilaian mentikrar. Selain itu adanya
kerja sama dengan orang tua wali dalam pengontrolan peserta didik di
rumah. Terakhir kreativitas dalam penguasaan materi yang terdiri dari
penguasaan ilmu tajwid dan muroja'ah.
3. Adapun faktor pendukung dan faktor penghambat dalam penerapan
menghafal al-Quran di MA Yapit Taretta yaitu niat, motivasi dari orang tua,
guru, dan teman sebaya, suasana hati yang baik, serta tempat dalam
menghafal. Sedangkan faktor penghambat dalam penerapan metode tikrar
yaitu suasana hati yang kurang baik, guru pembimbing yang kurang,
kurangnya motivasi dari orang tua, malas dalam menghafal, kurang padai
dalam membagi waktu, dan ayat terlalu panjang. Adapun solusi dalam
mengatasi hambatan tersebut yaitu menghindari hal hal yang kurang
penting, istiqomah dalam menghafal, sering mentikrar hafalan, dan
memotivasi diri.
B. Saran
1. Kepala sekolah MA Yapit Taretta
Pembelajaran tahfidz al-Qur‟an sudah melahirkan kader kader penghafal
Al-Qur‟an sudah sangat baik, saran saya lebi ditingkatkan kembali agar lebih
baik, adapun hal tersebut yakni dibuatnya golongan kelas tahfidz dan pilihan
target hafalan, maka santri akan lebih termotivasi lagi, dan menambah
pembimbing (guru) tahfidz.
2. Pembimbing tahfidz
Guru pembimbing tahfidz hendaknya sering sering mengingatkan santri
untuk mengulang hafalannya. Dan dimintakkan catatan berapa kali dia sudah
mengulang hafalanny. Agar lebih efektif penerapan metode tikrar tersebut, jika
hanya ditanya saja itu tidak cukup, dengan adanya catatan hal tersebut bisa jadi
bahan evaluasi.
3. Siswa
Memiliki banyak hafalan memang bagus, tetapi amanah kita sebagai
penghafal al-Quran yakni menjaga hafalan. Maka dari itu perbanyaklah
mengulang hafalan. Metode tikrar sudah sangat baik dalam menambah ingatan
hafalan dan mengulang hafalan, menambah haafalan memang mudah yang sulit
itu mempertahankan hafalan jadi siswa harus memperbanyak mengulang
hafalan.
Ketersediaan
| STAR20240341 | 341/2024 | Perpustakaan Pusat | Tersedia |
Informasi Detil
Judul Seri
-
No. Panggil
341/2024
Penerbit
IAIN BONE : Watampone., 2024
Deskripsi Fisik
-
Bahasa
Indonesia
ISBN/ISSN
-
Klasifikasi
Skripsi Tarbiyah
Informasi Detil
Tipe Isi
-
Tipe Media
-
Tipe Pembawa
-
Edisi
-
Info Detil Spesifik
-
Pernyataan Tanggungjawab
-
Tidak tersedia versi lain
