Nilai-Nilai Kearifan Lokal Dalam Kitab Tafsir Al- Muni>r r Karya A. G. H. Daud Ismail (Analisis Terhadap Penafsiran QS. al-Isra>>/17)
Mildanti/762312019030 - Personal Name
Skripsi ini membahas tentang “Nilai-Nilai Kearifan Lokal dalam Kitab Tafsir Al-
Muni>r Karya A. G. H. Daud Ismail (Analisis Terhadap Penafsiran QS. Al-Isra>/17)
ada dua hal penting yang dikaji dalam skripsi ini: pertama, latar belakang dan
metodologi penulisan tafsir al- Muni>r . Kedua, implikasi nilai-nilai kearifan lokal
dalam penafsiran QS. al-Isra>/17. Penelitian ini bertujuan untuk menggalih khazanah
penelitian intelektual tafsir berbahasa Bugis untuk meneguhkan pemahaman terhadap
al-Qur‟an dan nilai kearifan lokal dengan menganalisis kitab tafsir karya A. G. H.
Daud Ismail.
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research). Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif dengan
menggunakan pendekatan historis, pendekatan metodologi tafsir, dan pendekatan
kultur. Adapun data penelitian ini adalah segala informasi penafsiran QS. al-Isra>/17
yang berkaitan dengan nilai-nilai kearifan lokal yang bersumber dalam kitab tafsir al-
Muni>r . Metode pengumpulan data yang digunakan adalah teknik pengumpulan
dokumentasi. Selanjutnya teknik pegolahan data dilakukan dengan reduksi data. Data
yang diolah kemudian dianalisis dengan metode analisis deskriptif, dan penarikan
kesimpulan menggunakan metode induktif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: A. G. H. Daud Ismail salah satu ulama
kharismatik di Sulawesi Selatan, menulis berbagai macam karya keislaman salah satu
karya monumentalnya adalah kitab tafsir al- Muni>r . Tafsir ini menggunakan metode
tah}li>li , tergolong bi al-ra’yi, bercorak fikhi dan ada>bi ijtima > ’i. Dalam QS. al-Isra>/17
terdapat beberapa nilai kearifan lokal dalam penafsiran A. G. H. Daud Ismail yaitu:
Pada ayat 23-24 terdapat nilai siakkamase, pada ayat 26 terdapat nilai assitulu-
tulungeng, pada ayat 34 terdapat nilai getteng, pada ayat 35 terdapat nilai asitinajang,
dan terakhir pada ayat 36 terdapat nilai amaccang.
A. Simpulan
Dari pembahasan penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Tafsir al- Muni>r merupakan karya monumental A. G. H. Daud Ismail yang
penyusunannya dilatarbelakangi oleh: ketiadaan kitab tafsir Bugis lengkap
30 juz di daerah Bugis, masyarakat Bugis dapat mempelajari isi al-Qur’an
yang menggunakan bahasa Bugis, untuk memperkenalkan kepada para
pembaca tafsir baik skala lokal, nasional maupun internasional, menjadi
pedoman dan petunjuk bagi generasi Bugis dalam menerjemahkan bahasa
Arab ke dalam bahasa Bugis, serta agar bahasa Bugis tetap eksis di tengah
masyarakat. Tafsir al- Muni>r menggunakan metode tah}li>li , tergolong bi al-
ra‟yi, bercorak fikhi dan ada>bi ijtima > ‟i.
2. Tafsir al- Muni>r disinyalir merupakan tafsir pertama berbahasa Bugis
lengkap 30 juz yang menggunakan aksara lontara. Penggunaan bahasa
serta aksara dalam kitab tafsir ini sebenarnya sudah terlihat unsur
lokalitasnya. Setidaknya dalam aspek penampilan atau bahasa
penyampaiannya. Namun unsur lokalitas juga bisa dilihat dari apa yang
disampaikan atau isi tafsir itu sendiri. Dalam QS. al-Isra>/17 terdapat
beberapa nilai kearifan lokal dalam penafsiran A. G. H. Daud Ismail yaitu:
Pada ayat 23-24 terdapat nilai siakkamase (rasa saling mengasihi) yang
terjalin antara orang tua dan anak dalam lingkup keluarga, pada ayat 26
terdapat nilai assitulu-tulungeng (tolong menolong) terhadap sesama,
selanjutnya pada ayat 34 terdapat nilai getteng yakni keteguhan menepati
janji, pada ayat 35 terdapat nilai asitinajang (kepatutan) dalam kegiatan
jual beli, dan terakhir pada ayat 36 terdapat nilai amaccang yakni
kemampuan menggunakan penglihatan, pendengaran dan hati dalam
memahami sesuatu.
B. Saran
Setelah peneliti menguraikan kesimpulan di atas, maka peneliti akan
menguraikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Tafsir lokal Bugis merupakan salah satu peninggalan agama sekaligus
budaya bagi suku Bugis yang ditulis oleh cendekiawan Muslim yang
tinggal di tanah Bugis. Sebagai akademisi tafsir, mempelajari tafsir lokal
daerah masing-masing merupakan sebuah keharusan dalam rangka
meluaskan pengetahuan dan tradisi akan eksistensi kitab-kitab tafsir lokal
Bugis.
2. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat serta menambah
khazanah keilmuwan khususnya bagi diri penulis, maupun bagi civitas
akademik umumnya. Penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan
maupun kekurangan baik dalam penulisan maupun pemahaman. Oleh
karena itu penulis memohon saran yang bersifat membangun.
Muni>r Karya A. G. H. Daud Ismail (Analisis Terhadap Penafsiran QS. Al-Isra>/17)
ada dua hal penting yang dikaji dalam skripsi ini: pertama, latar belakang dan
metodologi penulisan tafsir al- Muni>r . Kedua, implikasi nilai-nilai kearifan lokal
dalam penafsiran QS. al-Isra>/17. Penelitian ini bertujuan untuk menggalih khazanah
penelitian intelektual tafsir berbahasa Bugis untuk meneguhkan pemahaman terhadap
al-Qur‟an dan nilai kearifan lokal dengan menganalisis kitab tafsir karya A. G. H.
Daud Ismail.
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research). Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif dengan
menggunakan pendekatan historis, pendekatan metodologi tafsir, dan pendekatan
kultur. Adapun data penelitian ini adalah segala informasi penafsiran QS. al-Isra>/17
yang berkaitan dengan nilai-nilai kearifan lokal yang bersumber dalam kitab tafsir al-
Muni>r . Metode pengumpulan data yang digunakan adalah teknik pengumpulan
dokumentasi. Selanjutnya teknik pegolahan data dilakukan dengan reduksi data. Data
yang diolah kemudian dianalisis dengan metode analisis deskriptif, dan penarikan
kesimpulan menggunakan metode induktif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: A. G. H. Daud Ismail salah satu ulama
kharismatik di Sulawesi Selatan, menulis berbagai macam karya keislaman salah satu
karya monumentalnya adalah kitab tafsir al- Muni>r . Tafsir ini menggunakan metode
tah}li>li , tergolong bi al-ra’yi, bercorak fikhi dan ada>bi ijtima > ’i. Dalam QS. al-Isra>/17
terdapat beberapa nilai kearifan lokal dalam penafsiran A. G. H. Daud Ismail yaitu:
Pada ayat 23-24 terdapat nilai siakkamase, pada ayat 26 terdapat nilai assitulu-
tulungeng, pada ayat 34 terdapat nilai getteng, pada ayat 35 terdapat nilai asitinajang,
dan terakhir pada ayat 36 terdapat nilai amaccang.
A. Simpulan
Dari pembahasan penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Tafsir al- Muni>r merupakan karya monumental A. G. H. Daud Ismail yang
penyusunannya dilatarbelakangi oleh: ketiadaan kitab tafsir Bugis lengkap
30 juz di daerah Bugis, masyarakat Bugis dapat mempelajari isi al-Qur’an
yang menggunakan bahasa Bugis, untuk memperkenalkan kepada para
pembaca tafsir baik skala lokal, nasional maupun internasional, menjadi
pedoman dan petunjuk bagi generasi Bugis dalam menerjemahkan bahasa
Arab ke dalam bahasa Bugis, serta agar bahasa Bugis tetap eksis di tengah
masyarakat. Tafsir al- Muni>r menggunakan metode tah}li>li , tergolong bi al-
ra‟yi, bercorak fikhi dan ada>bi ijtima > ‟i.
2. Tafsir al- Muni>r disinyalir merupakan tafsir pertama berbahasa Bugis
lengkap 30 juz yang menggunakan aksara lontara. Penggunaan bahasa
serta aksara dalam kitab tafsir ini sebenarnya sudah terlihat unsur
lokalitasnya. Setidaknya dalam aspek penampilan atau bahasa
penyampaiannya. Namun unsur lokalitas juga bisa dilihat dari apa yang
disampaikan atau isi tafsir itu sendiri. Dalam QS. al-Isra>/17 terdapat
beberapa nilai kearifan lokal dalam penafsiran A. G. H. Daud Ismail yaitu:
Pada ayat 23-24 terdapat nilai siakkamase (rasa saling mengasihi) yang
terjalin antara orang tua dan anak dalam lingkup keluarga, pada ayat 26
terdapat nilai assitulu-tulungeng (tolong menolong) terhadap sesama,
selanjutnya pada ayat 34 terdapat nilai getteng yakni keteguhan menepati
janji, pada ayat 35 terdapat nilai asitinajang (kepatutan) dalam kegiatan
jual beli, dan terakhir pada ayat 36 terdapat nilai amaccang yakni
kemampuan menggunakan penglihatan, pendengaran dan hati dalam
memahami sesuatu.
B. Saran
Setelah peneliti menguraikan kesimpulan di atas, maka peneliti akan
menguraikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Tafsir lokal Bugis merupakan salah satu peninggalan agama sekaligus
budaya bagi suku Bugis yang ditulis oleh cendekiawan Muslim yang
tinggal di tanah Bugis. Sebagai akademisi tafsir, mempelajari tafsir lokal
daerah masing-masing merupakan sebuah keharusan dalam rangka
meluaskan pengetahuan dan tradisi akan eksistensi kitab-kitab tafsir lokal
Bugis.
2. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat serta menambah
khazanah keilmuwan khususnya bagi diri penulis, maupun bagi civitas
akademik umumnya. Penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan
maupun kekurangan baik dalam penulisan maupun pemahaman. Oleh
karena itu penulis memohon saran yang bersifat membangun.
Ketersediaan
| SFUD20230001 | 01/2023 | Perpustakaan Pusat | Tersedia |
Informasi Detil
Judul Seri
-
No. Panggil
01/2023
Penerbit
IAIN BONE : Watampone., 2023
Deskripsi Fisik
-
Bahasa
Indonesia
ISBN/ISSN
-
Klasifikasi
Skripsi FUD
Informasi Detil
Tipe Isi
-
Tipe Media
-
Tipe Pembawa
-
Edisi
-
Subyek
Info Detil Spesifik
-
Pernyataan Tanggungjawab
-
Tidak tersedia versi lain
