Peran Sarana dan Prasarana Perpustakaan Dalam Meningkatkan Minat Belajat Siswa di SMP Negeri 1 Awangpone
Nur Syafira Samsul/862312020087 - Personal Name
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Peran Sarana dan Prasarana Perpustakaan
Terhadap Minat Baca Siswa di SMP Negeri 1 Awangpone. Perpustakaan sekolah
berfungsi sebagai jantung pendidikan yang esensial dalam menumbuhkan minat baca.
Berdasarkan observasi awal, terindikasi rendahnya minat baca siswa di SMP Negeri 1
Awangpone, yang diperkuat oleh minimnya frekuensi pemanfaatan perpustakaan.
Kondisi ini diduga disebabkan oleh sarana dan prasarana yang belum optimal, seperti
keterbatasan rak dan ruangan yang sempit, kurangnya meja dan kursi yang nyaman,
pencahayaan yang kurang memadai, tidak tersedianya fasilitas pendukung modern
(seperti Wi-Fi dan komputer), serta koleksi buku yang kurang bervariasi dan sebagian
besar sudah usang. Masalah pokok penelitian ini adalah Bagaimana Peran Sarana dan
Prasarana Perpustakaan Terhadap Minat Baca Siswa di SMP Negeri 1 Awangpone?.
Sub-masalahnya mencakup deskripsi kondisi sarana dan prasarana perpustakaan,
tingkat minat baca siswa, dan penjelasan mengenai peran sarana dan prasarana
tersebut terhadap minat baca siswa. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian
lapangan (field research) dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Pendekatan ini
dipilih untuk mendeskripsikan fenomena sosial dan peristiwa yang terjadi di lokasi
penelitian. Data dikumpulkan melalui teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Pendekatan analisis yang digunakan adalah pendekatan Manajemen dan Sosiologi
untuk mengkaji peran sarana dan prasarana dalam konteks interaksi sosial di sekolah.
Hasil penelitian kualitatif ini menyimpulkan tiga temuan utama: Pertama, kondisi
Sarana dan Prasarana Perpustakaan secara keseluruhan ditemukan belum optimal atau
kurang memadai. Kedua, tingkat Minat Baca Siswa dikategorikan rendah, dilihat dari
minimnya keterlibatan siswa dalam memanfaatkan perpustakaan. Ketiga, pembahasan
menunjukkan bahwa Peran Sarana dan Prasarana adalah sangat signifikan ; di mana
ketidakcukupan, ketidaknyamanan, dan ketidakvariasian koleksi berperan langsung
sebagai faktor penghambat eksternal yang melemahkan motivasi, perhatian, dan
ketertarikan siswa untuk berkunjung serta melakukan kegiatan membaca di
perpustakaan. Dengan demikian, pembenahan dan optimalisasi sarana dan prasarana
merupakan kunci untuk meningkatkan minat baca siswa.
A. Kesimpulan
BAB V
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan mengenai
sarana dan prasarana perpustakaan serta minat baca siswa di SMP Negeri 1
Awangpone, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1) Sarana dan Prasarana Perpustakaan di SMP Negeri 1 Awangpone
Secara umum, perpustakaan SMP Negeri 1 Awangpone memiliki kelengkapan
sarana dan prasarana yang memadai dan terorganisir dengan baik untuk mendukung
kegiatan literasi dan pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dengan keberadaan ruang
perpustakaan yang luas, penataan rak-rak buku yang rapi, meja dan kursi yang
fungsional, serta pencahayaan yang memadai dari sumber alami maupun buatan.
Inventarisasi buku terlihat beragam dan tertata pada rak terbuka, memudahkan akses
pengguna. Adanya televisi merek Samsung juga mengindikasikan upaya integrasi
teknologi untuk media pembelajaran visual. Fasilitas penyimpanan arsip dan
katalogisasi manual (kartu katalog dengan label "Kartu, Peminjam", "Katalog
Utama", “Katalog Subyek”, “Katalog Judul”, dan "VII A”) serta dokumentasi
administrasi manual (buku "Daftar Peminjam Buku Perpustakaan SMP Negeri 1
Awangpone" dan "Daftar Pengunjung Perpustakaan SMP Negeri 1 Awangpone")
terpelihara dengan baik dan menunjukkan sistem yang terstruktur. Lokasi
perpustakaan yang strategis di tengah kelas juga mudah dijangkau siswa. Meskipun
demikian, terdapat kekurangan signifikan pada koleksi buku yang belum mencakup
kebutuhan pembelajaran dan pengayaan siswa secara menyeluruh, sistem katalogisasi
yang masih manual dan belum elektronik 8, serta ketiadaan media audio visual untuk
pembelajaran9.
2) Minat Baca Siswa di SMP Negeri 1 Awangpone
Minat baca siswa di SMP Negeri 1 Awangpone berada pada tingkat sedang dan
menunjukkan arah yang positif, dengan budaya literasi yang mulai tumbuh dan
berkembang secara bertahap. Perpustakaan menjadi ruang yang cukup aktif
dikunjungi, terutama saat jam istirahat dan setelah kegiatan belajar-mengajar, dengan
peningkatan jumlah kunjungan dalam dua tahun terakhir, bahkan mencapai lebih dari
60 siswa pada "Hari Kunjung Perpustakaan". Minat baca siswa didorong oleh tugas
guru (resume buku/ulasan bacaan) dan ketertarikan pribadi terhadap buku fiksi atau
motivasi. Kenyamanan fasilitas fisik perpustakaan (meja baca, kursi, pencahayaan)
juga mendukung minat baca siswa. Namun, sebagian siswa masih jarang membaca
secara mandiri tanpa arahan guru, terutama karena keterbatasan akses buku sesuai
minat dan belum terbiasanya membaca sebagai aktivitas rekreasi. Siswa juga
mengalami hambatan dalam akses informasi karena katalog buku yang kurang
membantu dan penataan buku yang tercampur. Pola kunjungan siswa cenderung
insidental (saat jam kosong atau membutuhkan buku), dan ketiadaan media audio
visual membatasi variasi sumber belajar. Meskipun demikian, kegiatan literasi rutin
sekolah (lomba bercerita, review bacaan, pameran karya tulis) serta peran pegiat
literasi dan pustakawan yang aktif mendampingi siswa turut berperan penting dalam
membentuk minat baca tersebut.
3) Peran Sarana dan Prasarana Perpustakaan dalam Meningkatkan Minat Baca
Siswa di SMP Negeri 1 Awangpone
Sarana dan prasarana perpustakaan di SMP Negeri 1 Awangpone memiliki peran
signifikan dan fungsional dalam membentuk serta meningkatkan minat baca siswa.
Ruang perpustakaan yang luas, bersih, rapi, nyaman, terang, dan memiliki ventilasi
yang baik secara langsung memotivasi siswa untuk betah membaca. Ketersediaan
meja dan kursi yang cukup, serta rak-rak buku terbuka, memudahkan akses dan
meningkatkan kemandirian siswa dalam memilih buku. Pengorganisasian koleksi
buku yang sistematis dengan katalog manual (utama, subjek, judul) mendukung
pencarian mandiri dan mendidik siswa tentang pencarian informasi. Fasilitas
administrasi seperti buku daftar kunjungan dan peminjaman secara tidak langsung
menumbuhkan disiplin dan apresiasi terhadap perilaku membaca. Pemanfaatan
teknologi seperti televisi untuk video edukatif menunjukkan potensi literasi
multimodal. Keterlibatan petugas dalam membimbing siswa memilih buku juga
menjadikan perpustakaan sebagai ruang interaktif. Namun, keterbatasan koleksi yang
belum menyeluruh, ketiadaan katalog elektronik, dan kurangnya media audio visual
menjadi tantangan yang membatasi peran optimal perpustakaan dalam mendorong
minat baca yang lebih luas dan berkelanjutan sesuai dengan standar Peraturan
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2024.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan di atas, penelitian ini memiliki beberapa implikasi
penting, baik secara teoretis maupun praktis:
1) Implikasi Teoretis:
Hasil penelitian ini memperkuat teori-teori tentang peran sarana dan prasarana
perpustakaan dalam ekologi informasi dan aksesibilitas informasi. Kondisi fisik
perpustakaan yang nyaman dan tertata sesuai dengan pandangan Wiji Suwarno
(2010) yang menyatakan bahwa lingkungan fisik kondusif menarik minat
pengunjung. Namun, temuan ini juga menunjukkan bahwa meskipun aspek fisik
terpenuhi, keterbatasan pada aspek teknologi informasi (katalog elektronik) dan
kelengkapan koleksi dapat menjadi penghalang aksesibilitas informasi yang cepat dan
akurat, sejalan dengan teori Saracevic (1975) tentang pentingnya kemudahan akses
untuk penggunaan informasi. Selain itu, adanya perbedaan persepsi antara pihak
manajemen dan pelaksana mengenai ketersediaan koleksi menyoroti kompleksitas
dalam evaluasi sarana, seperti yang dijelaskan Sugiyono (2018). Implikasi lain adalah
bahwa minat baca siswa tidak hanya dipengaruhi oleh adanya buku, tetapi juga oleh
kemudahan pencarian, relevansi buku dengan minat pribadi, serta variasi format
media, menegaskan kembali pentingnya konsep belajar multimodal (Mayer, 2001)
dan keberadaan "magnet" koleksi (Rohman, 2014).
2) Implikasi Praktis:
a. Pengembangan Koleksi: Sekolah perlu memprioritaskan penambahan koleksi
buku yang lebih beragam dan mutakhir, tidak hanya berdasarkan rasio 1:1, tetapi
juga mempertimbangkan kebutuhan pembelajaran kurikulum dan minat spesifik
siswa yang lebih luas. Pengajuan anggaran BOS harus diarahkan untuk
memenuhi kekurangan ini secara lebih komprehensif.
b. Modernisasi Sistem Katalogisasi: Segera mengimplementasikan sistem katalog
elektronik untuk menggantikan sistem manual. Hal ini krusial untuk
meningkatkan efisiensi pencarian buku oleh pustakawan dan siswa, mengurangi
kesulitan siswa dalam menemukan buku yang sejenis atau yang tercampur.
Penyediaan perangkat pendukung seperti komputer dan jaringan internet menjadi
keharusan.
c. Optimalisasi Media Audio Visual: Memenuhi kebutuhan media audio visual di
perpustakaan, seperti proyektor, smartboard, atau perangkat lain yang dapat
digunakan untuk pembelajaran interaktif dan penayangan materi edukatif. Hal ini
akan memperkaya pengalaman belajar siswa dan menarik minat mereka yang
memiliki gaya belajar visual atau audio.
d. Peningkatan Peran Pustakawan: Mengingat peran ganda pustakawan yang vital,
perlu adanya dukungan lebih lanjut seperti pelatihan rutin untuk meningkatkan
kapasitas dalam pengelolaan koleksi, pemanfaatan teknologi, dan pengembangan
program literasi inovatif.
e. Strategi Peningkatan Minat Baca Berkelanjutan: Meskipun program literasi
sudah ada, sekolah perlu merancang strategi yang lebih proaktif untuk
menjadikan membaca sebagai kebiasaan mandiri siswa, bukan hanya karena
tugas atau pengisi jam kosong. Hal ini bisa dilakukan melalui program tantangan
membaca, klub buku berbasis minat, atau integrasi kegiatan membaca lintas mata
pelajaran.
f. Pemanfaatan Maksimal Sarana yang Ada: Terus menjaga dan mengoptimalkan
kenyamanan fisik perpustakaan serta pemanfaatan rak terbuka dan area komunal.
Selain itu, data dari buku daftar kunjungan dan peminjaman dapat dianalisis lebih
lanjut untuk mengidentifikasi tren minat baca dan menyusun program yang lebih
tepat sasaran.
Terhadap Minat Baca Siswa di SMP Negeri 1 Awangpone. Perpustakaan sekolah
berfungsi sebagai jantung pendidikan yang esensial dalam menumbuhkan minat baca.
Berdasarkan observasi awal, terindikasi rendahnya minat baca siswa di SMP Negeri 1
Awangpone, yang diperkuat oleh minimnya frekuensi pemanfaatan perpustakaan.
Kondisi ini diduga disebabkan oleh sarana dan prasarana yang belum optimal, seperti
keterbatasan rak dan ruangan yang sempit, kurangnya meja dan kursi yang nyaman,
pencahayaan yang kurang memadai, tidak tersedianya fasilitas pendukung modern
(seperti Wi-Fi dan komputer), serta koleksi buku yang kurang bervariasi dan sebagian
besar sudah usang. Masalah pokok penelitian ini adalah Bagaimana Peran Sarana dan
Prasarana Perpustakaan Terhadap Minat Baca Siswa di SMP Negeri 1 Awangpone?.
Sub-masalahnya mencakup deskripsi kondisi sarana dan prasarana perpustakaan,
tingkat minat baca siswa, dan penjelasan mengenai peran sarana dan prasarana
tersebut terhadap minat baca siswa. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian
lapangan (field research) dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Pendekatan ini
dipilih untuk mendeskripsikan fenomena sosial dan peristiwa yang terjadi di lokasi
penelitian. Data dikumpulkan melalui teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Pendekatan analisis yang digunakan adalah pendekatan Manajemen dan Sosiologi
untuk mengkaji peran sarana dan prasarana dalam konteks interaksi sosial di sekolah.
Hasil penelitian kualitatif ini menyimpulkan tiga temuan utama: Pertama, kondisi
Sarana dan Prasarana Perpustakaan secara keseluruhan ditemukan belum optimal atau
kurang memadai. Kedua, tingkat Minat Baca Siswa dikategorikan rendah, dilihat dari
minimnya keterlibatan siswa dalam memanfaatkan perpustakaan. Ketiga, pembahasan
menunjukkan bahwa Peran Sarana dan Prasarana adalah sangat signifikan ; di mana
ketidakcukupan, ketidaknyamanan, dan ketidakvariasian koleksi berperan langsung
sebagai faktor penghambat eksternal yang melemahkan motivasi, perhatian, dan
ketertarikan siswa untuk berkunjung serta melakukan kegiatan membaca di
perpustakaan. Dengan demikian, pembenahan dan optimalisasi sarana dan prasarana
merupakan kunci untuk meningkatkan minat baca siswa.
A. Kesimpulan
BAB V
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan mengenai
sarana dan prasarana perpustakaan serta minat baca siswa di SMP Negeri 1
Awangpone, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1) Sarana dan Prasarana Perpustakaan di SMP Negeri 1 Awangpone
Secara umum, perpustakaan SMP Negeri 1 Awangpone memiliki kelengkapan
sarana dan prasarana yang memadai dan terorganisir dengan baik untuk mendukung
kegiatan literasi dan pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dengan keberadaan ruang
perpustakaan yang luas, penataan rak-rak buku yang rapi, meja dan kursi yang
fungsional, serta pencahayaan yang memadai dari sumber alami maupun buatan.
Inventarisasi buku terlihat beragam dan tertata pada rak terbuka, memudahkan akses
pengguna. Adanya televisi merek Samsung juga mengindikasikan upaya integrasi
teknologi untuk media pembelajaran visual. Fasilitas penyimpanan arsip dan
katalogisasi manual (kartu katalog dengan label "Kartu, Peminjam", "Katalog
Utama", “Katalog Subyek”, “Katalog Judul”, dan "VII A”) serta dokumentasi
administrasi manual (buku "Daftar Peminjam Buku Perpustakaan SMP Negeri 1
Awangpone" dan "Daftar Pengunjung Perpustakaan SMP Negeri 1 Awangpone")
terpelihara dengan baik dan menunjukkan sistem yang terstruktur. Lokasi
perpustakaan yang strategis di tengah kelas juga mudah dijangkau siswa. Meskipun
demikian, terdapat kekurangan signifikan pada koleksi buku yang belum mencakup
kebutuhan pembelajaran dan pengayaan siswa secara menyeluruh, sistem katalogisasi
yang masih manual dan belum elektronik 8, serta ketiadaan media audio visual untuk
pembelajaran9.
2) Minat Baca Siswa di SMP Negeri 1 Awangpone
Minat baca siswa di SMP Negeri 1 Awangpone berada pada tingkat sedang dan
menunjukkan arah yang positif, dengan budaya literasi yang mulai tumbuh dan
berkembang secara bertahap. Perpustakaan menjadi ruang yang cukup aktif
dikunjungi, terutama saat jam istirahat dan setelah kegiatan belajar-mengajar, dengan
peningkatan jumlah kunjungan dalam dua tahun terakhir, bahkan mencapai lebih dari
60 siswa pada "Hari Kunjung Perpustakaan". Minat baca siswa didorong oleh tugas
guru (resume buku/ulasan bacaan) dan ketertarikan pribadi terhadap buku fiksi atau
motivasi. Kenyamanan fasilitas fisik perpustakaan (meja baca, kursi, pencahayaan)
juga mendukung minat baca siswa. Namun, sebagian siswa masih jarang membaca
secara mandiri tanpa arahan guru, terutama karena keterbatasan akses buku sesuai
minat dan belum terbiasanya membaca sebagai aktivitas rekreasi. Siswa juga
mengalami hambatan dalam akses informasi karena katalog buku yang kurang
membantu dan penataan buku yang tercampur. Pola kunjungan siswa cenderung
insidental (saat jam kosong atau membutuhkan buku), dan ketiadaan media audio
visual membatasi variasi sumber belajar. Meskipun demikian, kegiatan literasi rutin
sekolah (lomba bercerita, review bacaan, pameran karya tulis) serta peran pegiat
literasi dan pustakawan yang aktif mendampingi siswa turut berperan penting dalam
membentuk minat baca tersebut.
3) Peran Sarana dan Prasarana Perpustakaan dalam Meningkatkan Minat Baca
Siswa di SMP Negeri 1 Awangpone
Sarana dan prasarana perpustakaan di SMP Negeri 1 Awangpone memiliki peran
signifikan dan fungsional dalam membentuk serta meningkatkan minat baca siswa.
Ruang perpustakaan yang luas, bersih, rapi, nyaman, terang, dan memiliki ventilasi
yang baik secara langsung memotivasi siswa untuk betah membaca. Ketersediaan
meja dan kursi yang cukup, serta rak-rak buku terbuka, memudahkan akses dan
meningkatkan kemandirian siswa dalam memilih buku. Pengorganisasian koleksi
buku yang sistematis dengan katalog manual (utama, subjek, judul) mendukung
pencarian mandiri dan mendidik siswa tentang pencarian informasi. Fasilitas
administrasi seperti buku daftar kunjungan dan peminjaman secara tidak langsung
menumbuhkan disiplin dan apresiasi terhadap perilaku membaca. Pemanfaatan
teknologi seperti televisi untuk video edukatif menunjukkan potensi literasi
multimodal. Keterlibatan petugas dalam membimbing siswa memilih buku juga
menjadikan perpustakaan sebagai ruang interaktif. Namun, keterbatasan koleksi yang
belum menyeluruh, ketiadaan katalog elektronik, dan kurangnya media audio visual
menjadi tantangan yang membatasi peran optimal perpustakaan dalam mendorong
minat baca yang lebih luas dan berkelanjutan sesuai dengan standar Peraturan
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2024.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan di atas, penelitian ini memiliki beberapa implikasi
penting, baik secara teoretis maupun praktis:
1) Implikasi Teoretis:
Hasil penelitian ini memperkuat teori-teori tentang peran sarana dan prasarana
perpustakaan dalam ekologi informasi dan aksesibilitas informasi. Kondisi fisik
perpustakaan yang nyaman dan tertata sesuai dengan pandangan Wiji Suwarno
(2010) yang menyatakan bahwa lingkungan fisik kondusif menarik minat
pengunjung. Namun, temuan ini juga menunjukkan bahwa meskipun aspek fisik
terpenuhi, keterbatasan pada aspek teknologi informasi (katalog elektronik) dan
kelengkapan koleksi dapat menjadi penghalang aksesibilitas informasi yang cepat dan
akurat, sejalan dengan teori Saracevic (1975) tentang pentingnya kemudahan akses
untuk penggunaan informasi. Selain itu, adanya perbedaan persepsi antara pihak
manajemen dan pelaksana mengenai ketersediaan koleksi menyoroti kompleksitas
dalam evaluasi sarana, seperti yang dijelaskan Sugiyono (2018). Implikasi lain adalah
bahwa minat baca siswa tidak hanya dipengaruhi oleh adanya buku, tetapi juga oleh
kemudahan pencarian, relevansi buku dengan minat pribadi, serta variasi format
media, menegaskan kembali pentingnya konsep belajar multimodal (Mayer, 2001)
dan keberadaan "magnet" koleksi (Rohman, 2014).
2) Implikasi Praktis:
a. Pengembangan Koleksi: Sekolah perlu memprioritaskan penambahan koleksi
buku yang lebih beragam dan mutakhir, tidak hanya berdasarkan rasio 1:1, tetapi
juga mempertimbangkan kebutuhan pembelajaran kurikulum dan minat spesifik
siswa yang lebih luas. Pengajuan anggaran BOS harus diarahkan untuk
memenuhi kekurangan ini secara lebih komprehensif.
b. Modernisasi Sistem Katalogisasi: Segera mengimplementasikan sistem katalog
elektronik untuk menggantikan sistem manual. Hal ini krusial untuk
meningkatkan efisiensi pencarian buku oleh pustakawan dan siswa, mengurangi
kesulitan siswa dalam menemukan buku yang sejenis atau yang tercampur.
Penyediaan perangkat pendukung seperti komputer dan jaringan internet menjadi
keharusan.
c. Optimalisasi Media Audio Visual: Memenuhi kebutuhan media audio visual di
perpustakaan, seperti proyektor, smartboard, atau perangkat lain yang dapat
digunakan untuk pembelajaran interaktif dan penayangan materi edukatif. Hal ini
akan memperkaya pengalaman belajar siswa dan menarik minat mereka yang
memiliki gaya belajar visual atau audio.
d. Peningkatan Peran Pustakawan: Mengingat peran ganda pustakawan yang vital,
perlu adanya dukungan lebih lanjut seperti pelatihan rutin untuk meningkatkan
kapasitas dalam pengelolaan koleksi, pemanfaatan teknologi, dan pengembangan
program literasi inovatif.
e. Strategi Peningkatan Minat Baca Berkelanjutan: Meskipun program literasi
sudah ada, sekolah perlu merancang strategi yang lebih proaktif untuk
menjadikan membaca sebagai kebiasaan mandiri siswa, bukan hanya karena
tugas atau pengisi jam kosong. Hal ini bisa dilakukan melalui program tantangan
membaca, klub buku berbasis minat, atau integrasi kegiatan membaca lintas mata
pelajaran.
f. Pemanfaatan Maksimal Sarana yang Ada: Terus menjaga dan mengoptimalkan
kenyamanan fisik perpustakaan serta pemanfaatan rak terbuka dan area komunal.
Selain itu, data dari buku daftar kunjungan dan peminjaman dapat dianalisis lebih
lanjut untuk mengidentifikasi tren minat baca dan menyusun program yang lebih
tepat sasaran.
Ketersediaan
| STAR20260001 | 01/2026 | Perpustakaan Pusat | Tersedia |
Informasi Detil
Judul Seri
-
No. Panggil
01/2026
Penerbit
IAIN BONE : Watampone., 2026
Deskripsi Fisik
-
Bahasa
Indonesia
ISBN/ISSN
-
Klasifikasi
Skripsi Tarbiyah
Informasi Detil
Tipe Isi
-
Tipe Media
-
Tipe Pembawa
-
Edisi
-
Info Detil Spesifik
-
Pernyataan Tanggungjawab
-
Tidak tersedia versi lain
