Implementasi Strategi Dakwah Persuasif Dalam Pembinaan Mental Narapidana Di Lembaga Permasyarakatan Kelas Ii Watampone
Nafarti/03.17.2126 - Personal Name
Penelitian ini membahas tentang implementasi strategi dakwah persuasif dalam
pembinaan mental narapidana di Lembaga Permasyarakatan Kelas II Watampone.
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui strategi dakwah, pelaksanaan dakwah
persuasif dalam pembinaan mental narapidana serta faktor penghambat dalam
pembinaan mental narapidana melalui dakwah persuasif di lembaga pemasyarakatan
kelas II A Watampone.
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif deskriftif (qualitative research)
dengan pendekatan budaya, pendekatan pendidikan dan pendekatan psikologis. Data
kualitatif merupakan data yang menunjukkan kualitas atau mutu sesuatu yang ada,
baik keadaan, proses, peristiwa atau kejadian dan lainnya yang dinyatakan dalam
bentuk pernyataan atau berupa kata-kata. Teknik pengumpulan data dalam penelitian
ini menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi.
Hasil penelitian menegaskan bahwa 1) Strategi dakwah persuasif di Lembaga
Pemasyarakatan Kelas II A Watampone diantaranya pertama menerapkan serta
memusatkan dakwa pada emosional dan kognitif narapidana untuk menciptakan
keakraban juga berbeda-beda karena setiap orang mempunyai watak yang berbeda-
beda. Kedua menggunakan komunikasi dua arah. Komunikasi ini dibuat agar
narapidana dapat berhubungan dengan pegawai jika ada hal-hal tertentu yang
mungkin kurang jelas atau ada hal-hal yang ingin dipertanyakan sehingga kemudian
terjalin hubungan kekeluargaan dalam proses pembinaan. 2) Pembinaan Mental
Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A di Watampone yang dilakukan
adalah pembinaan keperibadian dan pembinaan kemandirian. Pembinaan mental
meliputi pembinaan keagamaan, pendidikan, berbangsa dan bernegara, ini ditujukan
untuk membuat mental mereka lebih baik artinya untuk merubah sistem dan pola
pikir narapidana. Seadangkan pembinaan kemandirian meliputi pengembangan
keterampilan yang dimiliki oleh narapidana. 3) Faktor penghambat dalam pembinaan
mental narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Watampone diantranya
waktu pelaksanaan program kadang berbenturan sehingga pembimbing tidak dapat
hadir, kasus dan permasalahan warga binaan yang relatif berbeda dan pemahaman
warga binaan tentang ilmu agama yang rendah. Oleh karena itu perlu memberikan
kesempatan kepada warga binaan lain untuk menjadi pembimbing yang menguasai.
Selain itu perlu adanya bimbing dalam memahami agama, serta perlu sebuah
penyampaian pesan dakwah yang berbeda dari yang hanya menggunakan ceramah,
tetapi perlu dimodifikasi dengan aksi dan tindakan.
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik beberapa kesimpulan
diantaranya:
1. Strategi dakwah persuasif di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A
Watampone diantaranya pertama menerapkan serta memusatkan dakwa pada
emosional dan kognitif narapidana untuk menciptakan keakraban juga
berbeda-beda karena setiap orang mempunyai watak yang berbeda-beda.
Kedua menggunakan komunikasi dua arah. Komunikasi ini dibuat agar
narapidana dapat berhubungan dengan pegawai jika ada hal-hal tertentu yang
mungkin kurang jelas atau ada hal-hal yang ingin dipertanyakan sehingga
kemudian terjalin hubungan kekeluargaan dalam proses pembinaan.
2. Pembinaan Mental Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A di
Watampone yang dilakukan adalah pembinaan keperibadian dan pembinaan
kemandirian. Pembinaan mental meliputi pembinaan keagamaan, pendidikan,
berbangsa dan bernegara, ini ditujukan untuk membuat mental mereka lebih
baik artinya untuk merubah sistem dan pola pikir narapidana. Seadangkan
pembinaan kemandirian meliputi pengembangan keterampilan yang dimiliki
oleh narapidana.
3. Faktor penghambat dalam pembinaan mental narapidana di Lembaga
Pemasyarakatan Kelas II A Watampone diantranya waktu pelaksanaan
program kadang berbenturan sehingga pembimbing tidak dapat hadir, kasus
dan permasalahan warga binaan yang relatif berbeda dan pemahaman warga
binaan tentang ilmu agama yang rendah. Oleh karena itu perlu memberikan
kesempatan kepada warga binaan lain untuk menjadi pembimbing yang
menguasai. Selain itu perlu adanya bimbing dalam memahami agama, serta
perlu sebuah penyampaian pesan dakwah yang berbeda dari yang hanya
menggunakan ceramah, tetapi perlu dimodifikasi dengan aksi dan tindakan.
B. Implikasi
Adapun implikasi yang diberikan peneliti berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Diharapkan penelitian ini menjadi bahan masukan bagi Petugas dalam
menggunakan strategi komunikasi persuasif dalam melakukan pembinaan
untuk mempengaruhi Narapidana supaya sasaran persuasif yang dilakukan.
2. Peneliti mengharapkan seluruh Petugas Lembaga agar lebih meningkatkan
Pembinaan yang diberikan kepada narapidana dengan baik dan tidak
melakukan pembinaan dengan cara kekerasan.
3. Peneliti sangat mengharapkan agar pemerintah/Instansi yang terkait lebih
memperhatikan Sumber Daya Manusia yang Masih sangat minim serta
mencukupi fasilitas sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh Lembaga
Permasyarakatan dan segera memenuhi sarana-dan prasarana serta fasilitas
yang dibutuhkan agar proses pembinaan yang dilakukan dapat berjalan
dengan sangat baik.
pembinaan mental narapidana di Lembaga Permasyarakatan Kelas II Watampone.
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui strategi dakwah, pelaksanaan dakwah
persuasif dalam pembinaan mental narapidana serta faktor penghambat dalam
pembinaan mental narapidana melalui dakwah persuasif di lembaga pemasyarakatan
kelas II A Watampone.
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif deskriftif (qualitative research)
dengan pendekatan budaya, pendekatan pendidikan dan pendekatan psikologis. Data
kualitatif merupakan data yang menunjukkan kualitas atau mutu sesuatu yang ada,
baik keadaan, proses, peristiwa atau kejadian dan lainnya yang dinyatakan dalam
bentuk pernyataan atau berupa kata-kata. Teknik pengumpulan data dalam penelitian
ini menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi.
Hasil penelitian menegaskan bahwa 1) Strategi dakwah persuasif di Lembaga
Pemasyarakatan Kelas II A Watampone diantaranya pertama menerapkan serta
memusatkan dakwa pada emosional dan kognitif narapidana untuk menciptakan
keakraban juga berbeda-beda karena setiap orang mempunyai watak yang berbeda-
beda. Kedua menggunakan komunikasi dua arah. Komunikasi ini dibuat agar
narapidana dapat berhubungan dengan pegawai jika ada hal-hal tertentu yang
mungkin kurang jelas atau ada hal-hal yang ingin dipertanyakan sehingga kemudian
terjalin hubungan kekeluargaan dalam proses pembinaan. 2) Pembinaan Mental
Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A di Watampone yang dilakukan
adalah pembinaan keperibadian dan pembinaan kemandirian. Pembinaan mental
meliputi pembinaan keagamaan, pendidikan, berbangsa dan bernegara, ini ditujukan
untuk membuat mental mereka lebih baik artinya untuk merubah sistem dan pola
pikir narapidana. Seadangkan pembinaan kemandirian meliputi pengembangan
keterampilan yang dimiliki oleh narapidana. 3) Faktor penghambat dalam pembinaan
mental narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Watampone diantranya
waktu pelaksanaan program kadang berbenturan sehingga pembimbing tidak dapat
hadir, kasus dan permasalahan warga binaan yang relatif berbeda dan pemahaman
warga binaan tentang ilmu agama yang rendah. Oleh karena itu perlu memberikan
kesempatan kepada warga binaan lain untuk menjadi pembimbing yang menguasai.
Selain itu perlu adanya bimbing dalam memahami agama, serta perlu sebuah
penyampaian pesan dakwah yang berbeda dari yang hanya menggunakan ceramah,
tetapi perlu dimodifikasi dengan aksi dan tindakan.
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik beberapa kesimpulan
diantaranya:
1. Strategi dakwah persuasif di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A
Watampone diantaranya pertama menerapkan serta memusatkan dakwa pada
emosional dan kognitif narapidana untuk menciptakan keakraban juga
berbeda-beda karena setiap orang mempunyai watak yang berbeda-beda.
Kedua menggunakan komunikasi dua arah. Komunikasi ini dibuat agar
narapidana dapat berhubungan dengan pegawai jika ada hal-hal tertentu yang
mungkin kurang jelas atau ada hal-hal yang ingin dipertanyakan sehingga
kemudian terjalin hubungan kekeluargaan dalam proses pembinaan.
2. Pembinaan Mental Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A di
Watampone yang dilakukan adalah pembinaan keperibadian dan pembinaan
kemandirian. Pembinaan mental meliputi pembinaan keagamaan, pendidikan,
berbangsa dan bernegara, ini ditujukan untuk membuat mental mereka lebih
baik artinya untuk merubah sistem dan pola pikir narapidana. Seadangkan
pembinaan kemandirian meliputi pengembangan keterampilan yang dimiliki
oleh narapidana.
3. Faktor penghambat dalam pembinaan mental narapidana di Lembaga
Pemasyarakatan Kelas II A Watampone diantranya waktu pelaksanaan
program kadang berbenturan sehingga pembimbing tidak dapat hadir, kasus
dan permasalahan warga binaan yang relatif berbeda dan pemahaman warga
binaan tentang ilmu agama yang rendah. Oleh karena itu perlu memberikan
kesempatan kepada warga binaan lain untuk menjadi pembimbing yang
menguasai. Selain itu perlu adanya bimbing dalam memahami agama, serta
perlu sebuah penyampaian pesan dakwah yang berbeda dari yang hanya
menggunakan ceramah, tetapi perlu dimodifikasi dengan aksi dan tindakan.
B. Implikasi
Adapun implikasi yang diberikan peneliti berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Diharapkan penelitian ini menjadi bahan masukan bagi Petugas dalam
menggunakan strategi komunikasi persuasif dalam melakukan pembinaan
untuk mempengaruhi Narapidana supaya sasaran persuasif yang dilakukan.
2. Peneliti mengharapkan seluruh Petugas Lembaga agar lebih meningkatkan
Pembinaan yang diberikan kepada narapidana dengan baik dan tidak
melakukan pembinaan dengan cara kekerasan.
3. Peneliti sangat mengharapkan agar pemerintah/Instansi yang terkait lebih
memperhatikan Sumber Daya Manusia yang Masih sangat minim serta
mencukupi fasilitas sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh Lembaga
Permasyarakatan dan segera memenuhi sarana-dan prasarana serta fasilitas
yang dibutuhkan agar proses pembinaan yang dilakukan dapat berjalan
dengan sangat baik.
Ketersediaan
| SFUD20210075 | 75/2021 | Perpustakaan Pusat | Tersedia |
Informasi Detil
Judul Seri
-
No. Panggil
75/2021
Penerbit
IAIN BONE : Watampone., 2021
Deskripsi Fisik
-
Bahasa
Indonesia
ISBN/ISSN
-
Klasifikasi
Skripsi FUD
Informasi Detil
Tipe Isi
-
Tipe Media
-
Tipe Pembawa
-
Edisi
-
Subyek
Info Detil Spesifik
-
Pernyataan Tanggungjawab
-
Tidak tersedia versi lain
