Rezeki Menurut Perspektif al-Qur’an (Kajian Terhadap Pandangan Ibnu Kat īr tentang Ayat 39 surah Saba)
Nirmalasari/03.15.1010 - Personal Name
Skripsi ini membahas tentang rezeki menurut perspektif al-Qur’an (Kajian
Terhadap Pandangan Ibnu Kat īr tentang ayat 39 Surah Saba), ditulis dengan
menggunakan metode tafsir maudhu’i (tematik).
Dengan menggunakan metode pendekatan Ilmu Tafsir, skripsi ini mengkaji objek
mengenai ayat-ayat al-Quran dan berfokus pada satu ayat dan mengkhususkan
penafsiran Ibnu Ka īr. Penelitian ini menggunakan penelitian library research,
yakni dengan mengumpulkan data dan menelaah bahan-bahan kepustakaan.
Sumber data yang digunakan yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.
Sumber data primer di antaranya, al- Qur’ān al-Karīm, Tafsir al-Misbah karya
M.Quraish Shihab dan Tafsir Ibnu Kat r. Sedangkan sumber data sekunder
menggunakan buku-buku dan artikel yang berkaitan dengan pembahasan tentang
rezeki.
Rezeki berasal dari tiga huruf قزر yang bermakna pemberian yang memiliki
waktu kemudian selanjutnya dibawa kepada yang tidak memiliki waktu. Maka
rezeki adalah pemberian dari Allah SWT. Sayyid Quthb mengatakan bahwa rezeki
adalah kesehatan, udara, keberadaan di bumi, dan segala sesuatu yang dapat
dimanfaatkan. Menurut M.Quraish Shihab rezeki adalah sesuatu yang dapat
dimanfaatkan baik dalam bentuk material maupun spiritual. Amalan pembuka
pintu rezeki antara lain: Istigfar, taqwa,tawakkal, beribadah sepenuhnya kepada
Allah, mengikuti haji dan umrah, silaturahim,berinfak di jalan Allah, memberi
nafkah kepada orang yang menuntut ilmu agama, berbuat baik kepada orang-
orang yang lemah, dan berhijrah di jalan Allah. Dan yang menghalangi datangnya
rezeki adalah ketika banyak melakukan maksiat.
Adapun hasil dari penafsiran Ibnu Kat īr tentang ayat 39 surah Saba adalah bahwa
rezeki akan semakin bertambah jika diinfakkan di jalan yang benar dan Allah
akan memberi pahala yang akan diterima di akhirat kelak serta diberikan
kedudukan tertinggi di surga-Nya, begitupun sebaliknya Allah akan
menyempitkan rezeki bagi orang yang enggan berinfak di jalan serta mendapat
ganjaran di hari pembalasan dan ditempatkan di dasar neraka yang terbawah.Ibnu
Kat īr juga berpendapat bahwa Allah tidak memiliki batasan dalam memberi
rezeki, karena rezeki itu Allah ciptakan untuk semua makhluknya. Rezeki orang-
orang yang berhijrah adalah lebih banyak, lebih luas dan lebih baik. Allah-lah
yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu. Allah membentangkan rezekinya
dan memberikan kemudahan. Dia menurunkan rezeki kepada setiap makhluknya
yang diberikan kemasalahatan, hingga benih-benih yang berbeda didalam tanah,
burung-burung dan ikan-ikan yang bereda di dalam air.
A. Simpulan
Rezeki berasal dari tiga huruf قسر yang bermakna pemberian yang memiliki
waktu kemudian selanjutnya dibawa kepada yang tidak memiliki waktu. Maka rezeki
adalah pemberian dari Allah SWT. Sayyid Quthb mengatakan bahwa rezeki adalah
kesehatan, udara, keberadaan di bumi, dan segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan.
Menurut M.Quraish Shihab rezeki adalah sesuatu yang dapat dimanfaatkan baik
dalam bentuk material maupun spiritual. Menurut ahlu-sunnah wa al-jama‟ah rezeki
adalah sesuatu yang diberikan oleh perbuatannya. Sedangkan menurut Mu‟tazilah
rezeki itu bukanlah sesuatu yang diambil manfaatnya melainkan sesuatu yang
dimiliki.
Rezeki terbagi ke dalam dua bagian yaitu: rezeki yang dijamin dan rezeki
melalui usaha, dan amalan pembuka pintu rezeki antara lain: Istigfar, taqwa,tawakkal,
beribadah sepenuhnya kepada Allah, mengikuti haji dan umrah, silaturahim,berinfak
di jalan Allah, memberi nafkah kepada orang yang menuntut ilmu agama, berbuat
baik kepada orang-orang yang lemah, dan berhijrah di jalan Allah. Dan yang
menghalangi datangnya rezeki adalah ketika banyak melakukan maksiat.
Adapun pengertian rezeki di dalam al-Qur‟an diantaranya: Pemberian,
makanan, hujan, buah-buahan, nafkah suami, rasa syukur, pahala dan surga. Menurut
Imam al-Ghazali, rezeki terbagi ke dalam dua bentuk, yaitu: Rezeki lahiriah, yaitu
berupa makanan atau semua pemeliharaan yang berkaitan dengan keberlangsungan
hidup seluruh makhluk dan rezeki batiniah, yaitu berupa hal-hal yang diketahui dan
hal-hal yang diwahyukan. Kemudian, sifat-sifat rezeki di dalam al-Qur‟an antara lain:
Rezeki yang halal dan baik, rezeki yang hasan, rezeki yang karim atau mulia, rezeki
dari arah yang tak disangka-sangka.
Menurut Ibnu Kaṡīr, Allah tidak memiliki batasan dalam memberi rezeki,
karena rezeki itu Allah ciptakan untuk semua makhlukNya. Rezeki orang-orang yang
berhijrah adalah lebih banyak, lebih luas dan lebih baik. Allah-lah yang memberi
rezeki kepadanya dan kepadamu. Allah membentangkan rezekiNya dan memberikan
kemudahan. Dia menurunkan rezeki kepada setiap makhlukNya yang diberikan
kemasalahatan, hingga benih-benih yang berada didalam tanah, burung-burung dan
ikan-ikan yang berada di dalam air. Ibnu Kaṡīr juga berpendapat bahwa rezeki akan
semakin bertambah jika diinfakkan di jalan yang benar dan begitupun sebaliknya,
Allah akan menyempitkan rezeki bagi orang yang enggan berinfak di jalan Allah.
B. Saran-saran
Setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan, begitu juga dengan
penelitian ini yang pasti jauh dari kesempurnaan. Penulis mengharapkan supaya
penelitian ini dapat dikembangkan dengan jenis penelitian atau pendekatan yang
berbeda, penulis mengharapkan supaya penelitian ini dilanjutkan dengan penelitian
lapangan (Field research). Dan yang terakhir penulis mengharapkan mudah-mudahan
hasil dari penulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri, khususnya bagi
Mahasiswa dan pembaca pada umumnya.
Terhadap Pandangan Ibnu Kat īr tentang ayat 39 Surah Saba), ditulis dengan
menggunakan metode tafsir maudhu’i (tematik).
Dengan menggunakan metode pendekatan Ilmu Tafsir, skripsi ini mengkaji objek
mengenai ayat-ayat al-Quran dan berfokus pada satu ayat dan mengkhususkan
penafsiran Ibnu Ka īr. Penelitian ini menggunakan penelitian library research,
yakni dengan mengumpulkan data dan menelaah bahan-bahan kepustakaan.
Sumber data yang digunakan yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.
Sumber data primer di antaranya, al- Qur’ān al-Karīm, Tafsir al-Misbah karya
M.Quraish Shihab dan Tafsir Ibnu Kat r. Sedangkan sumber data sekunder
menggunakan buku-buku dan artikel yang berkaitan dengan pembahasan tentang
rezeki.
Rezeki berasal dari tiga huruf قزر yang bermakna pemberian yang memiliki
waktu kemudian selanjutnya dibawa kepada yang tidak memiliki waktu. Maka
rezeki adalah pemberian dari Allah SWT. Sayyid Quthb mengatakan bahwa rezeki
adalah kesehatan, udara, keberadaan di bumi, dan segala sesuatu yang dapat
dimanfaatkan. Menurut M.Quraish Shihab rezeki adalah sesuatu yang dapat
dimanfaatkan baik dalam bentuk material maupun spiritual. Amalan pembuka
pintu rezeki antara lain: Istigfar, taqwa,tawakkal, beribadah sepenuhnya kepada
Allah, mengikuti haji dan umrah, silaturahim,berinfak di jalan Allah, memberi
nafkah kepada orang yang menuntut ilmu agama, berbuat baik kepada orang-
orang yang lemah, dan berhijrah di jalan Allah. Dan yang menghalangi datangnya
rezeki adalah ketika banyak melakukan maksiat.
Adapun hasil dari penafsiran Ibnu Kat īr tentang ayat 39 surah Saba adalah bahwa
rezeki akan semakin bertambah jika diinfakkan di jalan yang benar dan Allah
akan memberi pahala yang akan diterima di akhirat kelak serta diberikan
kedudukan tertinggi di surga-Nya, begitupun sebaliknya Allah akan
menyempitkan rezeki bagi orang yang enggan berinfak di jalan serta mendapat
ganjaran di hari pembalasan dan ditempatkan di dasar neraka yang terbawah.Ibnu
Kat īr juga berpendapat bahwa Allah tidak memiliki batasan dalam memberi
rezeki, karena rezeki itu Allah ciptakan untuk semua makhluknya. Rezeki orang-
orang yang berhijrah adalah lebih banyak, lebih luas dan lebih baik. Allah-lah
yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu. Allah membentangkan rezekinya
dan memberikan kemudahan. Dia menurunkan rezeki kepada setiap makhluknya
yang diberikan kemasalahatan, hingga benih-benih yang berbeda didalam tanah,
burung-burung dan ikan-ikan yang bereda di dalam air.
A. Simpulan
Rezeki berasal dari tiga huruf قسر yang bermakna pemberian yang memiliki
waktu kemudian selanjutnya dibawa kepada yang tidak memiliki waktu. Maka rezeki
adalah pemberian dari Allah SWT. Sayyid Quthb mengatakan bahwa rezeki adalah
kesehatan, udara, keberadaan di bumi, dan segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan.
Menurut M.Quraish Shihab rezeki adalah sesuatu yang dapat dimanfaatkan baik
dalam bentuk material maupun spiritual. Menurut ahlu-sunnah wa al-jama‟ah rezeki
adalah sesuatu yang diberikan oleh perbuatannya. Sedangkan menurut Mu‟tazilah
rezeki itu bukanlah sesuatu yang diambil manfaatnya melainkan sesuatu yang
dimiliki.
Rezeki terbagi ke dalam dua bagian yaitu: rezeki yang dijamin dan rezeki
melalui usaha, dan amalan pembuka pintu rezeki antara lain: Istigfar, taqwa,tawakkal,
beribadah sepenuhnya kepada Allah, mengikuti haji dan umrah, silaturahim,berinfak
di jalan Allah, memberi nafkah kepada orang yang menuntut ilmu agama, berbuat
baik kepada orang-orang yang lemah, dan berhijrah di jalan Allah. Dan yang
menghalangi datangnya rezeki adalah ketika banyak melakukan maksiat.
Adapun pengertian rezeki di dalam al-Qur‟an diantaranya: Pemberian,
makanan, hujan, buah-buahan, nafkah suami, rasa syukur, pahala dan surga. Menurut
Imam al-Ghazali, rezeki terbagi ke dalam dua bentuk, yaitu: Rezeki lahiriah, yaitu
berupa makanan atau semua pemeliharaan yang berkaitan dengan keberlangsungan
hidup seluruh makhluk dan rezeki batiniah, yaitu berupa hal-hal yang diketahui dan
hal-hal yang diwahyukan. Kemudian, sifat-sifat rezeki di dalam al-Qur‟an antara lain:
Rezeki yang halal dan baik, rezeki yang hasan, rezeki yang karim atau mulia, rezeki
dari arah yang tak disangka-sangka.
Menurut Ibnu Kaṡīr, Allah tidak memiliki batasan dalam memberi rezeki,
karena rezeki itu Allah ciptakan untuk semua makhlukNya. Rezeki orang-orang yang
berhijrah adalah lebih banyak, lebih luas dan lebih baik. Allah-lah yang memberi
rezeki kepadanya dan kepadamu. Allah membentangkan rezekiNya dan memberikan
kemudahan. Dia menurunkan rezeki kepada setiap makhlukNya yang diberikan
kemasalahatan, hingga benih-benih yang berada didalam tanah, burung-burung dan
ikan-ikan yang berada di dalam air. Ibnu Kaṡīr juga berpendapat bahwa rezeki akan
semakin bertambah jika diinfakkan di jalan yang benar dan begitupun sebaliknya,
Allah akan menyempitkan rezeki bagi orang yang enggan berinfak di jalan Allah.
B. Saran-saran
Setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan, begitu juga dengan
penelitian ini yang pasti jauh dari kesempurnaan. Penulis mengharapkan supaya
penelitian ini dapat dikembangkan dengan jenis penelitian atau pendekatan yang
berbeda, penulis mengharapkan supaya penelitian ini dilanjutkan dengan penelitian
lapangan (Field research). Dan yang terakhir penulis mengharapkan mudah-mudahan
hasil dari penulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri, khususnya bagi
Mahasiswa dan pembaca pada umumnya.
Ketersediaan
| SDKU20190016 | 16/2019 | Perpustakaan Pusat | Tersedia |
Informasi Detil
Judul Seri
-
No. Panggil
16/2019
Penerbit
Skripsi DKU : Watampone., 2019
Deskripsi Fisik
-
Bahasa
Indonesia
ISBN/ISSN
-
Klasifikasi
Skripsi DKU
Informasi Detil
Tipe Isi
-
Tipe Media
-
Tipe Pembawa
-
Edisi
-
Subyek
Info Detil Spesifik
-
Pernyataan Tanggungjawab
-
Tidak tersedia versi lain
