Pola Pengasuhan Orang Tua Tunggal (Ayah) Terhadap Anak Di Bawah Umur Pasca Perceraian Perspektif Hukum Islam (Studi Kasus Di Kec. Cina Kab. Bone)(S.HKI)
Jumaeni/01.16.1039 - Personal Name
Skripsi ini membahas tentang “Pola Pengasuhan Orang Tua Tunggal (Ayah)
Terhadap Anak Di Bawah Umur Pasca Perceraian Perspektif Hukum Islam (Studi
Kasus Di Kec. Cina Kab. Bone)”. Kajian dalam penelitian ini yakni bagaimana pola
pengasuhan orang tua tunggal (ayah) terhadap anak di bawah umur pasca perceraian
di kec. Cina dan bagaimana faktor pendukung dan penghambat pola pengasuhan
orang tua tunggal (ayah) terhadap anak di bawah umur di kecamatan Cina. Untuk
memudahkan pemecahan masalah tersebut maka digunakan metode penelitian
lapangan (Field Research) dengan menggunakan teknik observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode induktif
selanjutnya dianalisis dengan menggunakan teknik analisis kualitatif. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui pola pengasuhan orang tua tunggal (ayah)
terhadap anak di bawah umur pasca perceraian di kec. Cina dan faktor penghambat
serta pendukung pola pengasuhan orang tua tunggal (ayah) terhadap anak di bawah
umur di kecamatan Cina.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pola pengasuhan orang tua
tunggal (ayah) terhadap anak di bawah umur pasca perceraian di kecamatan Cina
menerapkan pola pengasuhan yang bersifat demokratis dan situasional yaitu pada
pola pengasuhan demokratis memberikan kebebasan dan kesempatan terhadap anak
untuk mandiri dan tidak selalu bergantung kepada orang tua. Sedangkan pada pola
pengasuhan situasional tidak berdasarkan dengan pola pengasuhan tertentu. Pola
pengasuhan situasional menerapkan pola pengasuhan yang menyesuaikan situasi dan
kodisi yang berlangsung pada saat itu. Adapun faktor pendukung pola pengasuhan
orang tua tunggal adalah adanya bantuan keluarga dekat yang dinilai sangat
membantu para orang tunggal dalam mengasuh anak yang masih di bawah umur.
Sedangkan faktor penghambat yang dialami oleh para orang tua tunggal adalah peran
ganda yang harus dijalankan dalam satu waktu sehingga kesulitan dalam membagai
waktu antara anak dan pekerjaan. Namun demikian para orang tua tunggal tetap
memprioritaskan anak.
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian diatas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa
ada dua yang menjadi kesimpulan dalam penelitian ini yaitu:
1. Pola pengasuhan orang tua tunggal (ayah) terhadap anak di bawah umur
pasca perceraian di Kec. Cina adalah menerapkan pola pengasuhan yang
bersifat demokratis dan situasional. Pada pola pengasuhan demokratis,
orang tua tunggal memberikan kebebasan dan kesempatan dengan batasan
tertentu terhadap anak untuk mandiri dan tidak selalu bergantung kepada
orang tua. Sedangkan pada pola pengasuhan situasional, orang tua tunggal
menerapkan pola pengasuhan yang menyesuaikan diri dengan situasi dan
kodisi yang berlangsung pada saat itu. Pola pengasuhan situasional tidak
berdasarkan dengan pola pengasuhan tertentu.
2. Faktor pendukung pola pengasuhan orang tua tunggal (ayah) adalah
adanya bantuan keluarga dekat yang dinilai sangat membantu para orang
tunggal dalam mengasuh anak yang masih di bawah umur. Sedangkan
faktor penghambat yang dialami oleh para orang tua tunggal adalah peran
ganda yang harus dijalankan dalam satu waktu sehingga kesulitan dalam
membagai waktu antara anak dan pekerjaan. Namun demikian para orang
tua tunggal tetap memprioritaskan anak.
B. Implikasi
Setelah menguraikan simpulan, maka selanjutnya penulis akan menguraikan
implikasi. Adapun implikasi yang penulis maksud dalam penelitian ini yaitu sebagai
berikut:
1. Diharapkan kepada para orang tua tunggal untuk memberikan perhatian dan
kasih sayang yang lebih kepada anak-anaknya terutama yang masih di bawah
umur. Dengan tanpa mengurangi disiplin dan rasa tanggung jawab terhadap
anaknya agar anak tidak menjadi korban salah pengasuhan keluarga yang
kemudian anak tersebut tumbuh dan memilih pergaulan yang bebas sehingga
menyebabkan kenakalan remaja.
2. Diharapkan agar orang tua bisa mengajarkan peran gender, tentang bagaimana
harus bertindak sebagai laki-laki, dan apa yang diharapkan oleh lingkungan
sosial terhadap laki-laki begitupun juga dengan anak perempuan. Selain itu
orang tua tunggal perlu untuk memahami fase-fase perkembangan anak dan
mengimbanginya karena fungsi dan peran orang tua dalam pengasuhan anak
akan berubah seiring pertumbuhan dan perkembangan anak.
3. Diharapkan kepada pemerintah setempat untuk memperhatikan kondisi
ekonomi masyarakat yang berstatus sebagai orang tua tunggal agar dapat
mencapai kesejahteraan dalam kehidupannya.
Terhadap Anak Di Bawah Umur Pasca Perceraian Perspektif Hukum Islam (Studi
Kasus Di Kec. Cina Kab. Bone)”. Kajian dalam penelitian ini yakni bagaimana pola
pengasuhan orang tua tunggal (ayah) terhadap anak di bawah umur pasca perceraian
di kec. Cina dan bagaimana faktor pendukung dan penghambat pola pengasuhan
orang tua tunggal (ayah) terhadap anak di bawah umur di kecamatan Cina. Untuk
memudahkan pemecahan masalah tersebut maka digunakan metode penelitian
lapangan (Field Research) dengan menggunakan teknik observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode induktif
selanjutnya dianalisis dengan menggunakan teknik analisis kualitatif. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui pola pengasuhan orang tua tunggal (ayah)
terhadap anak di bawah umur pasca perceraian di kec. Cina dan faktor penghambat
serta pendukung pola pengasuhan orang tua tunggal (ayah) terhadap anak di bawah
umur di kecamatan Cina.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pola pengasuhan orang tua
tunggal (ayah) terhadap anak di bawah umur pasca perceraian di kecamatan Cina
menerapkan pola pengasuhan yang bersifat demokratis dan situasional yaitu pada
pola pengasuhan demokratis memberikan kebebasan dan kesempatan terhadap anak
untuk mandiri dan tidak selalu bergantung kepada orang tua. Sedangkan pada pola
pengasuhan situasional tidak berdasarkan dengan pola pengasuhan tertentu. Pola
pengasuhan situasional menerapkan pola pengasuhan yang menyesuaikan situasi dan
kodisi yang berlangsung pada saat itu. Adapun faktor pendukung pola pengasuhan
orang tua tunggal adalah adanya bantuan keluarga dekat yang dinilai sangat
membantu para orang tunggal dalam mengasuh anak yang masih di bawah umur.
Sedangkan faktor penghambat yang dialami oleh para orang tua tunggal adalah peran
ganda yang harus dijalankan dalam satu waktu sehingga kesulitan dalam membagai
waktu antara anak dan pekerjaan. Namun demikian para orang tua tunggal tetap
memprioritaskan anak.
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian diatas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa
ada dua yang menjadi kesimpulan dalam penelitian ini yaitu:
1. Pola pengasuhan orang tua tunggal (ayah) terhadap anak di bawah umur
pasca perceraian di Kec. Cina adalah menerapkan pola pengasuhan yang
bersifat demokratis dan situasional. Pada pola pengasuhan demokratis,
orang tua tunggal memberikan kebebasan dan kesempatan dengan batasan
tertentu terhadap anak untuk mandiri dan tidak selalu bergantung kepada
orang tua. Sedangkan pada pola pengasuhan situasional, orang tua tunggal
menerapkan pola pengasuhan yang menyesuaikan diri dengan situasi dan
kodisi yang berlangsung pada saat itu. Pola pengasuhan situasional tidak
berdasarkan dengan pola pengasuhan tertentu.
2. Faktor pendukung pola pengasuhan orang tua tunggal (ayah) adalah
adanya bantuan keluarga dekat yang dinilai sangat membantu para orang
tunggal dalam mengasuh anak yang masih di bawah umur. Sedangkan
faktor penghambat yang dialami oleh para orang tua tunggal adalah peran
ganda yang harus dijalankan dalam satu waktu sehingga kesulitan dalam
membagai waktu antara anak dan pekerjaan. Namun demikian para orang
tua tunggal tetap memprioritaskan anak.
B. Implikasi
Setelah menguraikan simpulan, maka selanjutnya penulis akan menguraikan
implikasi. Adapun implikasi yang penulis maksud dalam penelitian ini yaitu sebagai
berikut:
1. Diharapkan kepada para orang tua tunggal untuk memberikan perhatian dan
kasih sayang yang lebih kepada anak-anaknya terutama yang masih di bawah
umur. Dengan tanpa mengurangi disiplin dan rasa tanggung jawab terhadap
anaknya agar anak tidak menjadi korban salah pengasuhan keluarga yang
kemudian anak tersebut tumbuh dan memilih pergaulan yang bebas sehingga
menyebabkan kenakalan remaja.
2. Diharapkan agar orang tua bisa mengajarkan peran gender, tentang bagaimana
harus bertindak sebagai laki-laki, dan apa yang diharapkan oleh lingkungan
sosial terhadap laki-laki begitupun juga dengan anak perempuan. Selain itu
orang tua tunggal perlu untuk memahami fase-fase perkembangan anak dan
mengimbanginya karena fungsi dan peran orang tua dalam pengasuhan anak
akan berubah seiring pertumbuhan dan perkembangan anak.
3. Diharapkan kepada pemerintah setempat untuk memperhatikan kondisi
ekonomi masyarakat yang berstatus sebagai orang tua tunggal agar dapat
mencapai kesejahteraan dalam kehidupannya.
Ketersediaan
| SSYAH20200004 | 04/2020 | Perpustakaan Pusat | Tersedia |
Informasi Detil
Judul Seri
-
No. Panggil
04/2020
Penerbit
IAIN BONE : Watampone., 2020
Deskripsi Fisik
-
Bahasa
Indonesia
ISBN/ISSN
-
Klasifikasi
Skripsi Syariah
Informasi Detil
Tipe Isi
-
Tipe Media
-
Tipe Pembawa
-
Edisi
-
Subyek
Info Detil Spesifik
-
Pernyataan Tanggungjawab
-
Tidak tersedia versi lain
