Strategi Komunikasi Dalam Tradisi Mappetuada (Studi Kasus Kelurahan Macege Kecamatan Tanete Riattang Barat Kabupaten Bone)
Ega Setyawan/03.15.2025 - Personal Name
Skripsi ini membahas tentang Strategi Komunikasi Dalam Tradisi Mappetuada (Studi Kasus Kelurahan Macege Kecamatan Tanete Riattang Barat Kabupaten Bone) Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran objektif mengenai strategi komunikasi yang digunakan dalam pelaksanaan mappetuada, karena mappetuada merupakan hal yang sangat penting untuk dilalui dalam pernikahan adat Bugis Bone. Penelitian ini menggunakan metode riset lapangan (field research) yaitu metode yang digunakan dengan jalan melakukan penelitian terhadap objek yang diteliti dengan metode wawancara, oberservasi dan dokumentasi. Adapun sumber data dalam penilitian ini yaitu pabbicara, budayawan, dan juga pemuka agama. Data yang sudah terkumpul dari hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, 1) Ada tiga strategi yang digunakan dalam tradisi mappetuada dengan menggunakan pendekatan agama, pendekatan budaya, dan pendekatan seni yang bersifat isidentil atau situasional. Bentuk pendekatan agama yaitu dengan memberikan pencerahan mengenai asbabul nikah, pencerahan mengenai pernikahan yang disyariatkan dalam agama, dan juga memberikan ayat-ayat yang berkaitan dengan pernikahan sesuai dengan syariat. Selanjutnya, pendekatan budaya diwujudkan dalam bentuk penyampaian falsafah orang tua, ada-ada mappangaja, asal-muasal perkawinan itu seperti apa dan bagaimana cara memberikan uang naik dan juga mahar, serta adaptasi terhadap situasi atau kondisi terhadap lingkungan yang sedang dilaksanakan mappetu ada ini. Sedangkan pendekatan seni yang bersifat isidentil atau situasional ini diwujudkan dalam bentuk nyanyian, pantun lelucon, dan lain sebagainya. 2) Perbedaan pendapat antara kedua belah pihak dalam mappetuada ini sangat jarang ditemui karena sebelumnya pabbicara telah diberi pembekalan mengenai segala hal yang akan dibahas nantinya utamanya dikelurahan Macege. Sekalipun ada biasanya karena faktor kurang proaktifnya pabbicara terhadap objek yang Ia wakili dan juga adanya campur tangan dari pihak ketiga. Sebagai solusi dapat dilakukan mediasi berupa pencocokan data kembali oleh pabbicara dan memanggil kedua belah pihak keluarga unutuk ikut berembuk dalam menyelesaikan permasalahan seperti ini.
A. Simpulan 1. Strategi komunikasi yang digunakan pabbicara dalam tradisi mappetuada dalam menjalankan tugasnya yaitu dengan menggunakan pendekatan agama, pendekatan budaya, dan pendekatan seni yang bersifat isidentil atau situasional. Bentuk pendekatan agama yaitu dengan memberikan pencerahan mengenai asbabul nikah, pencerahan mengenai pernikahan yang disyariatkan dalam agama, dan juga memberikan ayat-ayat yang berkaitan dengan pernikahan sesuai dengan syariat. Selanjutnya, pendekatan budaya diwujudkan dalam bentuk penyampaian falsafah orang tua, ada-ada mappangaja, asal-muasal perkawinan itu seperti apa dan bagaimana cara memberikan uang naik dan juga mahar, serta adaptasi terhadap situasi atau kondisi terhadap lingkungan yang sedang dilaksanakan mappetu ada ini. Sedangkan pendekatan seni yang bersifat isidentil atau situasional ini diwujudkan dalam bentuk nyanyian, pantun lelucon, dan lain sebagainya. 2. Perbedaan pendapat antara kedua belah pihak dalam mappetuada ini sangat jarang ditemui karena sebelumnya pabbicara telah diberi pembekalan mengenai segala hal yang akan dibahas nantinya utamanya dikelurahan Macege. Sekalipun ada biasanya karena faktor kurang proaktifnya pabbicara terhadap objek yang Ia wakili dan juga adanya campur tangan dari pihak ketiga. Sebagai solusi dapat dilakukan mediasi berupa pencocokan data
kembali oleh pabbicara dan memanggil kedua belah pihak keluarga unutuk ikut berembuk dalam menyelesaikan permasalahan seperti ini. B. Implikasi 1. Diharapkan kepada seluruh pabbicara utamanya di Kelurahan Macege untuk lebih proaktif dan tidak menghiraukan perkataan orang lain yang tidak memiliki wewenang dalam pelaksanaan pernikahan adat Bugis Bone agar dapat meminimalisir terjadinya perbedaan pendapat. 2. Diharapkan kepada seluruh pabbicara utamanya di Kelurahan Macege untuk mengaplikasikan, mempertahankan dan juga mengembangkan strategi komunikasinya baik dari segi pendekatan agama, budaya, dan juga seni, agar dapat mewujudkan pernikahan yang sesuai dengan harapan karena pernikahan merupakan suatu hal yang harus disambut dengan penuh kegembiraan.
A. Simpulan 1. Strategi komunikasi yang digunakan pabbicara dalam tradisi mappetuada dalam menjalankan tugasnya yaitu dengan menggunakan pendekatan agama, pendekatan budaya, dan pendekatan seni yang bersifat isidentil atau situasional. Bentuk pendekatan agama yaitu dengan memberikan pencerahan mengenai asbabul nikah, pencerahan mengenai pernikahan yang disyariatkan dalam agama, dan juga memberikan ayat-ayat yang berkaitan dengan pernikahan sesuai dengan syariat. Selanjutnya, pendekatan budaya diwujudkan dalam bentuk penyampaian falsafah orang tua, ada-ada mappangaja, asal-muasal perkawinan itu seperti apa dan bagaimana cara memberikan uang naik dan juga mahar, serta adaptasi terhadap situasi atau kondisi terhadap lingkungan yang sedang dilaksanakan mappetu ada ini. Sedangkan pendekatan seni yang bersifat isidentil atau situasional ini diwujudkan dalam bentuk nyanyian, pantun lelucon, dan lain sebagainya. 2. Perbedaan pendapat antara kedua belah pihak dalam mappetuada ini sangat jarang ditemui karena sebelumnya pabbicara telah diberi pembekalan mengenai segala hal yang akan dibahas nantinya utamanya dikelurahan Macege. Sekalipun ada biasanya karena faktor kurang proaktifnya pabbicara terhadap objek yang Ia wakili dan juga adanya campur tangan dari pihak ketiga. Sebagai solusi dapat dilakukan mediasi berupa pencocokan data
kembali oleh pabbicara dan memanggil kedua belah pihak keluarga unutuk ikut berembuk dalam menyelesaikan permasalahan seperti ini. B. Implikasi 1. Diharapkan kepada seluruh pabbicara utamanya di Kelurahan Macege untuk lebih proaktif dan tidak menghiraukan perkataan orang lain yang tidak memiliki wewenang dalam pelaksanaan pernikahan adat Bugis Bone agar dapat meminimalisir terjadinya perbedaan pendapat. 2. Diharapkan kepada seluruh pabbicara utamanya di Kelurahan Macege untuk mengaplikasikan, mempertahankan dan juga mengembangkan strategi komunikasinya baik dari segi pendekatan agama, budaya, dan juga seni, agar dapat mewujudkan pernikahan yang sesuai dengan harapan karena pernikahan merupakan suatu hal yang harus disambut dengan penuh kegembiraan.
Ketersediaan
| SDU20190012 | 12/2019 | Perpustakaan Pusat | Tersedia |
Informasi Detil
Judul Seri
-
No. Panggil
12/2019
Penerbit
IAIN BONE : Watampone., 2019
Deskripsi Fisik
-
Bahasa
Indonesia
ISBN/ISSN
-
Klasifikasi
Skripsi DKU
Informasi Detil
Tipe Isi
-
Tipe Media
-
Tipe Pembawa
-
Edisi
-
Subyek
Info Detil Spesifik
-
Pernyataan Tanggungjawab
-
Tidak tersedia versi lain
