Analisis Perencanaan Laba Jangka Pendek Dalam Penetapan Target Penjualan Minimal Melalui Pendekatan Break Event Point (Studi Pada Pabrik Tahu Jl. Samballoge Watampone)
Andi Dewi Khautsari/01.14.3204 - Personal Name
Penelitian ini membahas tentang perencanaan laba jangka pendek dalam
menggunakan analisis break even point sebagai alat perencanaan laba jangka pendek
dengan menentukan harga jual serta volume penjualan sehingga dapat meramalkan
penjualan yang akan datang.
Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka jenis penelitian yang digunakan
adalah pendekatan kuantitatif dengan menggunakan data berupak angka, atau berupa
kata-kata atau kalimat yang dikonveksi menjadi data berupa antgka. Data tersebut
diolah dan dianalisis untuk mendapatkan suatu informasi ilmiah di balik angka-agka
tersebut.
Hasil akhir dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dalam produksi tahu
dan tempe pada pabrik tahu Jl.samballoge Watampone pada penjualan tahu mencapai
titik impas sebesar Rp 204.750.882.35. Titik impas pada produk tempe yaitu
Rp.155.294.117.65.Margin keamanan atau margin of safety pada produk tahu sebesar
11.7%. Margin keamanan atau margin of safety produk tempe yaitu sebesar 4.7% .
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analsis pada bab-bab sebelumnya, maka
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Dari hasil analisi yang dilakukan peneliti bahwa perencanaan laba
jangka pendek pada pabrik tahu Jl.Samballoge Watampone dengan
menggunakan analisis break even point sebagai alat perencanaan laba
jangka pendek dengan pengaplikasiannya menentukan harga serta
volume penjualan dan dijadikan sebagai peramalan penjualan yang akan
datang.
2. Melalui analisis Break Even Point dalam penjualan pada produk tahu
mencapai titik impas sebesar Rp.204.705.882.35 atau 18.992 unit. Pada
produk tempe tingkat titik impas mencapai Rp.155.294.117.65 atau
7.297 unit. Adapun target penjualan yang ditetapkan agar pihak pabrik
agar tidak mengalami kerugian maka pihak pabrik harus mencapai laba
sebesar Rp.3.064.235.294 pada produk tahu dan pada produk tempe
sebesar Rp.1.743.529.411.
B. Saran
Berdasarkan perhitungan analisis break even yang telah dilakukan,
penulis menemukan adanya kelebihan dan kelemahan. Dari temuan yang berupa
kelemahan tersebut penulis merekomendasikan beberapa hal, seperti di bawah
ini:
1. Untuk mencapai tingkat break even, maka pihak pabrik sebaiknya
mempertahankan keadaan yang telah berlangsung dan tetap berusaha
mengeluarkan biaya secara lebih efektif dan efisien.
2. Untuk mendapatkan laba yang lebih besar maka sebaiknya pihak pabrik
menaikkan harga produk agar dapat menghasilkan laba yang lebih besar.
3. Melakukan promosi untuk meningkatkan jumlah penjualan.
4. Agar dapat memperhitungkan perubahan-perubhan dari segi harga jual, biaya-
biaya yang dikeluarkan pada volume produksi ataupun penjualan pabrik.
menggunakan analisis break even point sebagai alat perencanaan laba jangka pendek
dengan menentukan harga jual serta volume penjualan sehingga dapat meramalkan
penjualan yang akan datang.
Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka jenis penelitian yang digunakan
adalah pendekatan kuantitatif dengan menggunakan data berupak angka, atau berupa
kata-kata atau kalimat yang dikonveksi menjadi data berupa antgka. Data tersebut
diolah dan dianalisis untuk mendapatkan suatu informasi ilmiah di balik angka-agka
tersebut.
Hasil akhir dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dalam produksi tahu
dan tempe pada pabrik tahu Jl.samballoge Watampone pada penjualan tahu mencapai
titik impas sebesar Rp 204.750.882.35. Titik impas pada produk tempe yaitu
Rp.155.294.117.65.Margin keamanan atau margin of safety pada produk tahu sebesar
11.7%. Margin keamanan atau margin of safety produk tempe yaitu sebesar 4.7% .
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analsis pada bab-bab sebelumnya, maka
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Dari hasil analisi yang dilakukan peneliti bahwa perencanaan laba
jangka pendek pada pabrik tahu Jl.Samballoge Watampone dengan
menggunakan analisis break even point sebagai alat perencanaan laba
jangka pendek dengan pengaplikasiannya menentukan harga serta
volume penjualan dan dijadikan sebagai peramalan penjualan yang akan
datang.
2. Melalui analisis Break Even Point dalam penjualan pada produk tahu
mencapai titik impas sebesar Rp.204.705.882.35 atau 18.992 unit. Pada
produk tempe tingkat titik impas mencapai Rp.155.294.117.65 atau
7.297 unit. Adapun target penjualan yang ditetapkan agar pihak pabrik
agar tidak mengalami kerugian maka pihak pabrik harus mencapai laba
sebesar Rp.3.064.235.294 pada produk tahu dan pada produk tempe
sebesar Rp.1.743.529.411.
B. Saran
Berdasarkan perhitungan analisis break even yang telah dilakukan,
penulis menemukan adanya kelebihan dan kelemahan. Dari temuan yang berupa
kelemahan tersebut penulis merekomendasikan beberapa hal, seperti di bawah
ini:
1. Untuk mencapai tingkat break even, maka pihak pabrik sebaiknya
mempertahankan keadaan yang telah berlangsung dan tetap berusaha
mengeluarkan biaya secara lebih efektif dan efisien.
2. Untuk mendapatkan laba yang lebih besar maka sebaiknya pihak pabrik
menaikkan harga produk agar dapat menghasilkan laba yang lebih besar.
3. Melakukan promosi untuk meningkatkan jumlah penjualan.
4. Agar dapat memperhitungkan perubahan-perubhan dari segi harga jual, biaya-
biaya yang dikeluarkan pada volume produksi ataupun penjualan pabrik.
Ketersediaan
| SFEBI20190188 | 188/2019 | Perpustakaan Pusat | Tersedia |
Informasi Detil
Judul Seri
-
No. Panggil
188/2019
Penerbit
IAIN BONE : Watampone., 2019
Deskripsi Fisik
-
Bahasa
Indonesia
ISBN/ISSN
-
Klasifikasi
Skripsi FEBI
Informasi Detil
Tipe Isi
-
Tipe Media
-
Tipe Pembawa
-
Edisi
-
Subyek
Info Detil Spesifik
-
Pernyataan Tanggungjawab
-
Tidak tersedia versi lain
