Konsep maḥabbah dalam al-Qur’an
Ratmi Rosanti/03.16.1008 - Personal Name
Skripsi ini
membahas mengenai
Konsep
maḥabbah
dalam al-Qur’an.
mencintai secara mendalam, kecintaan, atau cinta yang mendalam. Maḥabbah adalah
cinta yang luhur, suci, dan tanpa syarat kepada Allah swt. cinta kepada Allah adalah
suatu sikap yang mulia, yang dikaruniakan Allah kepada hamba-Nya yang
dikehendaki-Nya. Allah memberitahukan bahwa Dia mencintai hamba-Nya dan
hamba-Nya pun harus mencintai-Nya.
Penelitian ini dilatar belakangi sebab kebanyakan dari manusia, hanya
mengatakan bahwa mereka cinta kepada Allah swt. dan Rasulullah saw. tanpa adanya
bukti cinta yang dilakukan, untuk menjadikan mereka benar-benar mencintai Allah
dan Rasulullah. kebanyakan manusia memandang, menilai dan mengartikan cinta
dengan ucapan atau ungkapan semata, tanpa adanya amalan-amalan serta ibadah-
ibadah yang dilaksanakan. Ingin mendapatkan cinta Allah serta manusia, namun
hanya sedikit yang melakukan, mereka mengira bahwa cinta hanya sebatas ucapan.
Penelitian ini tergolong sebagai penelitian pustaka (library research) yang
pengumpulan datanya dilakukan dengan membaca, memahami, dan mengkritisi
berbagai macam literatur yang berkaitan dengan topik penelitian yang bersifat
kualitatif (qualitative research) yaitu dengan
pengumpulan datanya secara
trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif,metode teknik analisis data
yang digunakan oleh penulis adalah deskriptif kualitatif dan analisis isi (conten
analysis) yaitu diawali dengan mengungkapkan fenomena yang bersifat umum, yakni
Term maḥabbah dalam al-Qur’an, kemudian ditarik kesimpulan dengan
menggunakan baik ayat-ayat al-Qur’an maupun hadiṣ yang bersifat khusus.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsep maḥabbah dalam al-Qur’an
ialah manusia mampu membuktikan cinta dengan hati yang benar-benar rela untuk
menggapai cinta atau riḍo Ilahi dengan sungguh-sungguh melaksanakan segala yang
diperintahkan Allah dan menjauhi segala larangan-Nya serta iman di dalam hatinya.
Karena iman dalam arti yang terdalam yaitu tak lain adalah cinta. Kecintaan manusia
kepada Allah swt. benar-benar kekal, serta menjadikan manusia meninggalkan nafsu
syahwat, yang membuatnya lebih dekat dengan Allah swt. menjadikan Allah swt.
pertama dihatinya dan Rasulullah saw. sebagai teladan untuk kehidupan dunia.
Implikasi hasil penelitian ini adalah untuk mengubah mindset orang-orang yang
hanya sekedar mengucapkan cinta kepada Allah namun tidak melaksanakan yang
menjadi amanah-amanah dan melakukan hal-hal yang dapat meraih cinta Allah swt.
A. Kesimpulan
Cinta atau yang dikenal dalam bahasa Arab maḥabbah berasal dari kata
Aḥabba-Yuḥibbu-maḥabbatan, yang secara bahasa berarti mencintai secara
mendalam, kecintaan, atau cinta yang mendalam. Maḥabbah adalah cinta yang luhur,
suci, dan tanpa syarat kepada Allah. Pencapaian cinta ini mengubah murîd dari
“orang yang menginginkan Allah” menjadi murâd, “orang yang diinginkan Allah”.
Tak ada sesuatu yang lebih besar dari ini. Kemabukan spiritual oleh anggur
maḥabbah berasal dari hanya memikirkan sang kekasih. Kebenaran maḥabbah adalah
bahwa setiap atom dalam diri sang pecinta (muḥibb) memberi kesaksian atas kadar
cintanya kepada Allah. Dari maḥabbah inilah berkembang ‘isyq, yakni kerinduan
penuh gelora dan terus-menerus kepada Allah swt.
Cinta merupakan kewajiban yang paling mulia dan fondasi keimanan yang
paling kuat. Setiap perbuatan sesungguhya digerakkan oleh cinta, baik itu perbuatan
yang positif maupun perbuatan yang negatif. Rabi”ah Al Adawiah terkenal sebagai
perintis al-ḥubb ilahi. Rabi”ah berusaha mewujudkan ide, berupa al-ḥubbalilahi
(maḥabbah) dan berusaha mengajarkan ke generasi muslim sesudahnya, sehingga
mereka mampu mengangkat derajat mereka dari nafsu rendah. Sebagaimana
diketahui kondisi masyarakat Basrah pada saat itu terlena dalam kehidupan duniawi,
berpaling dari Allah dan menjauhi orang-orang yang mencintai Allah serta menjauhi
segala sesuatu yang dapat mendekatkan diri dari Allah Swt. dengan terangkat
jiwanya, mereka mendapat kedudukan tinggi, sebab Rabiah mendidik manusia
dengan akhlak yang mulia. Ia mengajarkan pada manusia arti cinta Ilahi, bahkan
sering menyenandungkan lagu-lagu yang merdu untuk membangkitkan minat mereka
kepada cinta Ilahi. Rabi‟ah al Adawiah mencintai Allah Swt. dengan dua macam
cinta. Pertama cinta irasional, yaitu dorongan asmara yang biasanya diwujudkan
dalam lamunan, hayal, atau dalam impian. Kedua cinta rasional, yaitu cinta yang lahir
karena melihat dengan perasaan kagum terhadap sifatnya sehingga dengan jenis ini
Rabi”ah patuh dan taat kepada perintah dan larangan-Nya.
MaḤabbah merupakan anugerah yang telah diciptakan oleh sang pemilik
maḥabbah kepada manusia yang berakal agar fitrahnya terjaga dan terpelihara. Secara
umum maḥabbah adalah mengikuti segala perintah Allah dan menjauhi segala
larangan, serta mengikuti ajaran yang di bawah Rasūlullah dengan hati yang ikhlas
dan dengan akhlak orang yang mencintai Allah swt.
B. Saran
Setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan, begitu juga dengan
penelitian ini yang pasti jauh dari kesempurnaan. Penulis mengharapkan supaya
penelitian ini dapat dikembangkan dengan jenis penelitian atau pendekatan yang
berbeda. Dan yang terakhir penulis mengharapkan mudah-mudahan hasil dari
penulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri, khususnya bagi Mahasiswa dan
pembaca pada umumnya.
membahas mengenai
Konsep
maḥabbah
dalam al-Qur’an.
mencintai secara mendalam, kecintaan, atau cinta yang mendalam. Maḥabbah adalah
cinta yang luhur, suci, dan tanpa syarat kepada Allah swt. cinta kepada Allah adalah
suatu sikap yang mulia, yang dikaruniakan Allah kepada hamba-Nya yang
dikehendaki-Nya. Allah memberitahukan bahwa Dia mencintai hamba-Nya dan
hamba-Nya pun harus mencintai-Nya.
Penelitian ini dilatar belakangi sebab kebanyakan dari manusia, hanya
mengatakan bahwa mereka cinta kepada Allah swt. dan Rasulullah saw. tanpa adanya
bukti cinta yang dilakukan, untuk menjadikan mereka benar-benar mencintai Allah
dan Rasulullah. kebanyakan manusia memandang, menilai dan mengartikan cinta
dengan ucapan atau ungkapan semata, tanpa adanya amalan-amalan serta ibadah-
ibadah yang dilaksanakan. Ingin mendapatkan cinta Allah serta manusia, namun
hanya sedikit yang melakukan, mereka mengira bahwa cinta hanya sebatas ucapan.
Penelitian ini tergolong sebagai penelitian pustaka (library research) yang
pengumpulan datanya dilakukan dengan membaca, memahami, dan mengkritisi
berbagai macam literatur yang berkaitan dengan topik penelitian yang bersifat
kualitatif (qualitative research) yaitu dengan
pengumpulan datanya secara
trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif,metode teknik analisis data
yang digunakan oleh penulis adalah deskriptif kualitatif dan analisis isi (conten
analysis) yaitu diawali dengan mengungkapkan fenomena yang bersifat umum, yakni
Term maḥabbah dalam al-Qur’an, kemudian ditarik kesimpulan dengan
menggunakan baik ayat-ayat al-Qur’an maupun hadiṣ yang bersifat khusus.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsep maḥabbah dalam al-Qur’an
ialah manusia mampu membuktikan cinta dengan hati yang benar-benar rela untuk
menggapai cinta atau riḍo Ilahi dengan sungguh-sungguh melaksanakan segala yang
diperintahkan Allah dan menjauhi segala larangan-Nya serta iman di dalam hatinya.
Karena iman dalam arti yang terdalam yaitu tak lain adalah cinta. Kecintaan manusia
kepada Allah swt. benar-benar kekal, serta menjadikan manusia meninggalkan nafsu
syahwat, yang membuatnya lebih dekat dengan Allah swt. menjadikan Allah swt.
pertama dihatinya dan Rasulullah saw. sebagai teladan untuk kehidupan dunia.
Implikasi hasil penelitian ini adalah untuk mengubah mindset orang-orang yang
hanya sekedar mengucapkan cinta kepada Allah namun tidak melaksanakan yang
menjadi amanah-amanah dan melakukan hal-hal yang dapat meraih cinta Allah swt.
A. Kesimpulan
Cinta atau yang dikenal dalam bahasa Arab maḥabbah berasal dari kata
Aḥabba-Yuḥibbu-maḥabbatan, yang secara bahasa berarti mencintai secara
mendalam, kecintaan, atau cinta yang mendalam. Maḥabbah adalah cinta yang luhur,
suci, dan tanpa syarat kepada Allah. Pencapaian cinta ini mengubah murîd dari
“orang yang menginginkan Allah” menjadi murâd, “orang yang diinginkan Allah”.
Tak ada sesuatu yang lebih besar dari ini. Kemabukan spiritual oleh anggur
maḥabbah berasal dari hanya memikirkan sang kekasih. Kebenaran maḥabbah adalah
bahwa setiap atom dalam diri sang pecinta (muḥibb) memberi kesaksian atas kadar
cintanya kepada Allah. Dari maḥabbah inilah berkembang ‘isyq, yakni kerinduan
penuh gelora dan terus-menerus kepada Allah swt.
Cinta merupakan kewajiban yang paling mulia dan fondasi keimanan yang
paling kuat. Setiap perbuatan sesungguhya digerakkan oleh cinta, baik itu perbuatan
yang positif maupun perbuatan yang negatif. Rabi”ah Al Adawiah terkenal sebagai
perintis al-ḥubb ilahi. Rabi”ah berusaha mewujudkan ide, berupa al-ḥubbalilahi
(maḥabbah) dan berusaha mengajarkan ke generasi muslim sesudahnya, sehingga
mereka mampu mengangkat derajat mereka dari nafsu rendah. Sebagaimana
diketahui kondisi masyarakat Basrah pada saat itu terlena dalam kehidupan duniawi,
berpaling dari Allah dan menjauhi orang-orang yang mencintai Allah serta menjauhi
segala sesuatu yang dapat mendekatkan diri dari Allah Swt. dengan terangkat
jiwanya, mereka mendapat kedudukan tinggi, sebab Rabiah mendidik manusia
dengan akhlak yang mulia. Ia mengajarkan pada manusia arti cinta Ilahi, bahkan
sering menyenandungkan lagu-lagu yang merdu untuk membangkitkan minat mereka
kepada cinta Ilahi. Rabi‟ah al Adawiah mencintai Allah Swt. dengan dua macam
cinta. Pertama cinta irasional, yaitu dorongan asmara yang biasanya diwujudkan
dalam lamunan, hayal, atau dalam impian. Kedua cinta rasional, yaitu cinta yang lahir
karena melihat dengan perasaan kagum terhadap sifatnya sehingga dengan jenis ini
Rabi”ah patuh dan taat kepada perintah dan larangan-Nya.
MaḤabbah merupakan anugerah yang telah diciptakan oleh sang pemilik
maḥabbah kepada manusia yang berakal agar fitrahnya terjaga dan terpelihara. Secara
umum maḥabbah adalah mengikuti segala perintah Allah dan menjauhi segala
larangan, serta mengikuti ajaran yang di bawah Rasūlullah dengan hati yang ikhlas
dan dengan akhlak orang yang mencintai Allah swt.
B. Saran
Setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan, begitu juga dengan
penelitian ini yang pasti jauh dari kesempurnaan. Penulis mengharapkan supaya
penelitian ini dapat dikembangkan dengan jenis penelitian atau pendekatan yang
berbeda. Dan yang terakhir penulis mengharapkan mudah-mudahan hasil dari
penulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri, khususnya bagi Mahasiswa dan
pembaca pada umumnya.
Ketersediaan
| SDKU20200023 | 23/2020 | Perpustakaan Pusat | Tersedia |
Informasi Detil
Judul Seri
-
No. Panggil
23/2020
Penerbit
IAIN BONE : Watampone., 2020
Deskripsi Fisik
-
Bahasa
Indonesia
ISBN/ISSN
-
Klasifikasi
Skripsi DKU
Informasi Detil
Tipe Isi
-
Tipe Media
-
Tipe Pembawa
-
Edisi
-
Subyek
Info Detil Spesifik
-
Pernyataan Tanggungjawab
-
Tidak tersedia versi lain
