Pemikiran Agus Mustofa Tentang Kekekalan Surga dan Neraka (Analisis Qs Hūd Ayat 106-108)
Dzulihin/03.15.1008 - Personal Name
Skripsi ini membahas mengenai“Pemikiran Agus Mustofa Tentang Kekekalan Surga dan Neraka (Analisis Qs Hūd Ayat 106-108”. Hal yang penting dikaji dalam skripsi ini yakni untuk mengetahui bagaimana analisis tekstual dan kontektual QS Hūd Ayat 106-108 dan bagaimana analisis terhadap pemikiran Agus Mustofa tentang kekekalan Akhirat.
Untuk memudahkan pemecahan masalah, penulis menggunakan metode kualitatif. Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan library research (penelitian kepustakaan), yang berhubungan dengan masalah penyusunan skripsi ini dengan cara kutipan langsung dan kutipan tidak langsung. Data penelitian yang terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan metode pendekatan linguistik, historis dan pendekatan filosofis.
Berdasarkan hasil kajian dapat diketahui bahwa pertama, analisis tekstual dan kontektual QS Hūd Ayat 106-108 bahwa secara tekstual mengkaji makna kekal yang dipakai al-Qur„an. Kata yang paling sering dipakai untuk menunjukkan kekekalan surga adalah (khulūd). Kata (khulūd) berarti kekal, abadi. Akar katanya (khalada), yang menunjukkan arti tetap dan kekal. Kekekalan yang ditunjukka (khalada) dapat berarti kekal sementara dan kekekalan di dalam arti sesungguhnya, abadi terus menerus tanpa akhir, tetapi mempunyai awal. Al-Qur„an menggunakan kata-kata tersebut dengan makna (kekekalan sementara), dan (kekekalan dalam arti sesungguhnya), yaitu tidak mengalami kerusakan dan perubahan sedangkan secara kontekstual mengenai kekekalan surga dan neraka muncul tiga pendapat besar: Pendapat pertama, surga dan neraka fana, tidak abadi. Karena kedua fenomena itu sekunder, maka keduanya pun fana. Pendapat kedua, surga dan neraka kekal abadi dan takkan fana. Pendapat ketiga, surga itu abadi, sedangkan neraka itu fana. kedua, analisis terhadap pemikiran Agus Mustofa tentang kekekalan Akhirat bahwa Agus Mostofa memahami QS Hūd ayat 106-108 kekal yang dimaksud bukan kekal yang tidak terbatas. Akhirat adalah makhluk karena itu ia pasti memiliki awal dan memiliki akhir. Maka, inilah yang dipahami Agus Mustofa terkait QS Hūd/11: 106-108 bahwa akhirat tidak kekal karena selalunya mengandalkan logika berfikir dirinya sendiri tanpa melihat berdasarkan pada metode-metode tafsir. ketika kita berbicara tentang pemahaman akhirat. Sistematika dan metode yang digunakan Agus Mustofa dalam memahami tema pada ayat-ayat al-Qur‟an serupa dengan penafsiran al-Qur‟an dengan al-Qur‟an karena yang dikedepankan adalah kombinasi antar ayat-ayat al-Qur‟an yang sesuai dengan tema. Tema-tema yang ditawarkan Agus Mustofa dalam karyanya kurang sesuai dengan produk tafsir tematik lainnya, sehingga pembahasan yang dijelaskan hanya berpatokan pada ayat-ayat yang kurang menyeluruh dan juga logika berfikir dirinya sendiri tanpa melihat rujukan lain.
A. Simpulan
Dari penjelasan yang sudah dipaparkan pada bab sebelumnya, penulis menyimpulkan bahwa :
1. Dalam melakukan penafsiran tidak dituntut menafsirkan ayat dengan tekstual saja, melainkan perlu juga menafsirkan secara kontekstual agar dapat memperoleh pemahaman secara mendalam. Dalam menanggapi permasalahan-permasahan yang mencakup tentang kekekalan surga dan neraka, harus merujuk kepada metode al-Qur„an itu sendiri dengan didasarkan pada penafsiran.
a. Secara tekstual, kata yang paling sering dipakai untuk menunjukkan kekekalan surga adalah (khulūd). Kata (khulūd) berarti kekal, abadi. Akar katanya (khalada) yang menunjukan arti tetap dan kekal. Kekekalan yang ditunjukka (khalada) dapat berarti kekal sementara dan kekekalan di dalam arti sesungguhnya, abadi terus menerus tanpa akhir, tetapi mempunyai awal. al-Qur„an menggunakan kata-kata tersebut dengan makna (kekekalan sementara), dan (kekekalan dalam arti sesungguhnya), yaitu tidak mengalami kerusakan dan perubahan.
b. Secara kontekstual, Mengenai kekekalan surga dan neraka muncul tiga pendapat: Pendapat pertama, surga dan neraka fana, tidak abadi. Karena kedua fenomena itu sekunder, maka keduanya pun fana. Pendapat kedua, surga dan neraka kekal abadi dan takkan fana. Pendapat ketiga, surga itu abadi, sedangkan neraka itu fana.
2. Pemikiran Agus Mostofa memahami bahwa QS Hūd ayat 106-108 kekal yang dimaksud bukan kekal yang tidak terbatas. Akhirat adalah makhluk karena itu ia pasti memiliki awal dan memiliki akhir. Maka, inilah yang dipahami Agus Mustofa terkait QS Hūd/11: 106-108 bahwa akhirat tidak kekal karena selalunya mengandalkan logika berfikir dirinya sendiri tanpa melihat berdasarkan pada metode-metode tafsir. ketika kita berbicara tentang pemahaman akhirat. Sistematika dan metode yang digunakan Agus Mustofa dalam memahami tema pada ayat-ayat al-Qur‟an serupa dengan penafsiran al-Qur‟an dengan al-Qur‟an karena yang dikedepankan adalah kombinasi antar ayat-ayat al-Qur‟an yang sesuai dengan tema. Tema-tema yang ditawarkan Agus Mustofa dalam karyanya kurang sesuai dengan produk tafsir tematik lainnya, sehingga pembahasan yang dijelaskan hanya berpatokan pada ayat-ayat yang kurang menyeluruh dan juga logika berfikir dirinya sendiri tanpa melihat rujukan lain.
B. Saran-Saran
Berdasarkan pengalaman yang penulis lalui dalam penelitian ini, maka penulis mengajukan saran-saran yang kiranya bisa diambil pelajaran untuk semua, diantaranya :
Dalam mempelajari al-Qur‟an hendaknya memperhatikan dasar-dasar yang sudah dijelaskan diantaranya adalah cabang-cabang ilmu yang dipelajari untuk memahami al-Qur‟an.
Tafsir tematik diharapkan mampu memberikan jawaban kepada masyarakat sehingga dampak yang dirasakan langsung mengena pada seluruh kalangan masyarakat.
Untuk memudahkan pemecahan masalah, penulis menggunakan metode kualitatif. Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan library research (penelitian kepustakaan), yang berhubungan dengan masalah penyusunan skripsi ini dengan cara kutipan langsung dan kutipan tidak langsung. Data penelitian yang terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan metode pendekatan linguistik, historis dan pendekatan filosofis.
Berdasarkan hasil kajian dapat diketahui bahwa pertama, analisis tekstual dan kontektual QS Hūd Ayat 106-108 bahwa secara tekstual mengkaji makna kekal yang dipakai al-Qur„an. Kata yang paling sering dipakai untuk menunjukkan kekekalan surga adalah (khulūd). Kata (khulūd) berarti kekal, abadi. Akar katanya (khalada), yang menunjukkan arti tetap dan kekal. Kekekalan yang ditunjukka (khalada) dapat berarti kekal sementara dan kekekalan di dalam arti sesungguhnya, abadi terus menerus tanpa akhir, tetapi mempunyai awal. Al-Qur„an menggunakan kata-kata tersebut dengan makna (kekekalan sementara), dan (kekekalan dalam arti sesungguhnya), yaitu tidak mengalami kerusakan dan perubahan sedangkan secara kontekstual mengenai kekekalan surga dan neraka muncul tiga pendapat besar: Pendapat pertama, surga dan neraka fana, tidak abadi. Karena kedua fenomena itu sekunder, maka keduanya pun fana. Pendapat kedua, surga dan neraka kekal abadi dan takkan fana. Pendapat ketiga, surga itu abadi, sedangkan neraka itu fana. kedua, analisis terhadap pemikiran Agus Mustofa tentang kekekalan Akhirat bahwa Agus Mostofa memahami QS Hūd ayat 106-108 kekal yang dimaksud bukan kekal yang tidak terbatas. Akhirat adalah makhluk karena itu ia pasti memiliki awal dan memiliki akhir. Maka, inilah yang dipahami Agus Mustofa terkait QS Hūd/11: 106-108 bahwa akhirat tidak kekal karena selalunya mengandalkan logika berfikir dirinya sendiri tanpa melihat berdasarkan pada metode-metode tafsir. ketika kita berbicara tentang pemahaman akhirat. Sistematika dan metode yang digunakan Agus Mustofa dalam memahami tema pada ayat-ayat al-Qur‟an serupa dengan penafsiran al-Qur‟an dengan al-Qur‟an karena yang dikedepankan adalah kombinasi antar ayat-ayat al-Qur‟an yang sesuai dengan tema. Tema-tema yang ditawarkan Agus Mustofa dalam karyanya kurang sesuai dengan produk tafsir tematik lainnya, sehingga pembahasan yang dijelaskan hanya berpatokan pada ayat-ayat yang kurang menyeluruh dan juga logika berfikir dirinya sendiri tanpa melihat rujukan lain.
A. Simpulan
Dari penjelasan yang sudah dipaparkan pada bab sebelumnya, penulis menyimpulkan bahwa :
1. Dalam melakukan penafsiran tidak dituntut menafsirkan ayat dengan tekstual saja, melainkan perlu juga menafsirkan secara kontekstual agar dapat memperoleh pemahaman secara mendalam. Dalam menanggapi permasalahan-permasahan yang mencakup tentang kekekalan surga dan neraka, harus merujuk kepada metode al-Qur„an itu sendiri dengan didasarkan pada penafsiran.
a. Secara tekstual, kata yang paling sering dipakai untuk menunjukkan kekekalan surga adalah (khulūd). Kata (khulūd) berarti kekal, abadi. Akar katanya (khalada) yang menunjukan arti tetap dan kekal. Kekekalan yang ditunjukka (khalada) dapat berarti kekal sementara dan kekekalan di dalam arti sesungguhnya, abadi terus menerus tanpa akhir, tetapi mempunyai awal. al-Qur„an menggunakan kata-kata tersebut dengan makna (kekekalan sementara), dan (kekekalan dalam arti sesungguhnya), yaitu tidak mengalami kerusakan dan perubahan.
b. Secara kontekstual, Mengenai kekekalan surga dan neraka muncul tiga pendapat: Pendapat pertama, surga dan neraka fana, tidak abadi. Karena kedua fenomena itu sekunder, maka keduanya pun fana. Pendapat kedua, surga dan neraka kekal abadi dan takkan fana. Pendapat ketiga, surga itu abadi, sedangkan neraka itu fana.
2. Pemikiran Agus Mostofa memahami bahwa QS Hūd ayat 106-108 kekal yang dimaksud bukan kekal yang tidak terbatas. Akhirat adalah makhluk karena itu ia pasti memiliki awal dan memiliki akhir. Maka, inilah yang dipahami Agus Mustofa terkait QS Hūd/11: 106-108 bahwa akhirat tidak kekal karena selalunya mengandalkan logika berfikir dirinya sendiri tanpa melihat berdasarkan pada metode-metode tafsir. ketika kita berbicara tentang pemahaman akhirat. Sistematika dan metode yang digunakan Agus Mustofa dalam memahami tema pada ayat-ayat al-Qur‟an serupa dengan penafsiran al-Qur‟an dengan al-Qur‟an karena yang dikedepankan adalah kombinasi antar ayat-ayat al-Qur‟an yang sesuai dengan tema. Tema-tema yang ditawarkan Agus Mustofa dalam karyanya kurang sesuai dengan produk tafsir tematik lainnya, sehingga pembahasan yang dijelaskan hanya berpatokan pada ayat-ayat yang kurang menyeluruh dan juga logika berfikir dirinya sendiri tanpa melihat rujukan lain.
B. Saran-Saran
Berdasarkan pengalaman yang penulis lalui dalam penelitian ini, maka penulis mengajukan saran-saran yang kiranya bisa diambil pelajaran untuk semua, diantaranya :
Dalam mempelajari al-Qur‟an hendaknya memperhatikan dasar-dasar yang sudah dijelaskan diantaranya adalah cabang-cabang ilmu yang dipelajari untuk memahami al-Qur‟an.
Tafsir tematik diharapkan mampu memberikan jawaban kepada masyarakat sehingga dampak yang dirasakan langsung mengena pada seluruh kalangan masyarakat.
Ketersediaan
| SD20190001 | 01/2019 | Perpustakaan Pusat | Tersedia |
Informasi Detil
Judul Seri
-
No. Panggil
01/2019
Penerbit
IAIN BONE : Watampone., 2019
Deskripsi Fisik
-
Bahasa
Indonesia
ISBN/ISSN
-
Klasifikasi
Skripsi DKU
Informasi Detil
Tipe Isi
-
Tipe Media
-
Tipe Pembawa
-
Edisi
-
Info Detil Spesifik
-
Pernyataan Tanggungjawab
-
Tidak tersedia versi lain
