Peranan Orang Tua Dalam Mengembangkan Emotional Intelligence (EI) Pada Anak Usia Sekolah Dasar Dalam Perspektif Pendidikan Islam
Irma Sari/02.14.1105 - Personal Name
Penelitian ini berjudul “Peranan Orang Tua Dalam Mengemangkan
Emotional Inteligence (EI) Pada Anak Usia Sekolah Dasar Dalam Perspektif
Pendidikan Islam)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk pengembangan
Emotioanal Intelligence pada anak usia sekolah dasar ditinjau dari perspektif Islam
dan untuk mengetahui kontribusi orang tua dalam pengembangan Emotioanal
Intelligence pada anak sekolah dasar.
Untuk memperoleh jawaban terhadap kedua pokok permasalahan tersebut,
penulis menggunakan metode library research dengan pendekatan teologis normatif,
pendekatan pedagogis dan pendekatan psikologis dalam melakukan pengelolaan data
penelitian.
Dengan demikian hal yang diperoleh dalam penelitian adalah dalam rangka
menstimulus kecerdasan emosional anak pada awalnya adalah dengan
mengoptimalkan peran anak dalam kehidupan sehari-hari. Langkah tersebut dapat
diawali dengan mengembangkan lima wilayah kecerdasan emosional, antara lain
kemampuan mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri,
mengenali emosi orang lain serta membina hubungan yang baik dengan orang lain.
Agar lima wilayah kecerdasan emosional yang dikenalkan pada anak bisa
tersampaikan dengan baik, perlu juga didukung dengan kemampuan kecerdasan
emosional orang tua maupun guru. Para orang tua dan guru adalah orang terdekat
anak-anak, oleh karena itu mereka perlu memberikan teladan terlebih dahulu agar
anak yang mempunyai potensi luar biasa bisa mempelajari keterampilan emosional
dari orang-orang dewasa terdekatnya secara lebih baik. Peran orang tua dalam
mendidik kecerdasan emosional anak usia sekolah meliputi melatih anak untuk
mengenali emosi diri, melatih anak untukmengelola emosi, melatih anak memotivasi
diri sendiri, melatih anak untuk mengenali emosi orang lain. Peran ini dapat
dikenalkan oleh orang tua melalui nilai-nilai yang dipraktekkan oleh diri orang tua
sendiri melaluikasih sayang afirmasif, mengajarkan tata krama, menumbuhkan
empati sertamengajarkan arti kejujuran dan berpikir realistik. Tujuan dari peran ini
akanlebih cepat tercapai jika orang tua menerapkan atau menggunakanpola/metode
asuh otoritatif. Orang tua otoritatif menghargai kemandirian anakdan menuntut
mereka untuk memenuhi standar tanggung jawab yang tinggikepada keluarga. Anak
dihargai keberadaan dan kemampuannya denganmemberikan peran dalam kehidupan
sehari-hari. Rasa kepercayaan inilah yang membuat anak diakui dan dihargai
keberadaannya.
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
dapat disimpulkan bahwa:
1. Bentuk pengembangan emotional intelligence pada anak usia sekolah dasar
ditinjau dari perspektif Islammengembangkan kecerdasan emosional, antara
lain kemampuan mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, motivasi dan
empati, mengenali emosi orang lain serta menjalin hubungan yang efektif agar
kecerdasan emosional yang dikenalkan pada anak bisa tersampaikan dengan
baik, perlu juga didukung dengan kemampuan kecerdasan emosional orang
tua maupun guru.
2. Kontribusi orang tua dalam pengembangan emotional intelligence pada anak
usia sekolah dasar meliputi melatih anak untuk mengenali emosi diri, melatih
anak untukmengelola emosi, melatih anak memotivasi diri sendiri, melatih
anak untuk mengenali emosi orang lain. Peran ini dapat dikenalkan oleh
orangtua melalui nilai-nilai yang dipraktekkan oleh diri orang tua sendiri
melaluikasih sayang afirmasif, mengajarkan tata krama, menumbuhkan
empati sertamengajarkan arti kejujuran dan berpikir realistik. Tujuan dari
peran ini akanlebih cepat tercapai jika orang tua menerapkan atau
menggunakanpola/metode asuh otoritatif.
B. Saran
1. Orang tua untuk senantiasa memberikan suri tauladan yang baik didalam
keluarga agar anak lebih mudah mendapatkan gambaran nyatatentang
kecerdasan emosional yang baik. Suri tauladan ini dimaksudkanpada ekspresiekspresi
emosi dari orang tua dalam berinteraksi danberkomunikasi dengan
anak.
2. Sama halnya dengan orang tua, guru diharapkan untuk senantiasa memberikan
suri tauladan yang baik di sekolah agar stimulus yangdiberikan oleh orang tua
di rumah dapat berlanjut di lingkungan sekolah.Teladan oleh guru ini
dimaksudkan pada ekspresi-ekspresi emosi dalamproses pembelajaran di kelas
dalam berinteraksi dan berkomunikasidengan anak.
Emotional Inteligence (EI) Pada Anak Usia Sekolah Dasar Dalam Perspektif
Pendidikan Islam)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk pengembangan
Emotioanal Intelligence pada anak usia sekolah dasar ditinjau dari perspektif Islam
dan untuk mengetahui kontribusi orang tua dalam pengembangan Emotioanal
Intelligence pada anak sekolah dasar.
Untuk memperoleh jawaban terhadap kedua pokok permasalahan tersebut,
penulis menggunakan metode library research dengan pendekatan teologis normatif,
pendekatan pedagogis dan pendekatan psikologis dalam melakukan pengelolaan data
penelitian.
Dengan demikian hal yang diperoleh dalam penelitian adalah dalam rangka
menstimulus kecerdasan emosional anak pada awalnya adalah dengan
mengoptimalkan peran anak dalam kehidupan sehari-hari. Langkah tersebut dapat
diawali dengan mengembangkan lima wilayah kecerdasan emosional, antara lain
kemampuan mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri,
mengenali emosi orang lain serta membina hubungan yang baik dengan orang lain.
Agar lima wilayah kecerdasan emosional yang dikenalkan pada anak bisa
tersampaikan dengan baik, perlu juga didukung dengan kemampuan kecerdasan
emosional orang tua maupun guru. Para orang tua dan guru adalah orang terdekat
anak-anak, oleh karena itu mereka perlu memberikan teladan terlebih dahulu agar
anak yang mempunyai potensi luar biasa bisa mempelajari keterampilan emosional
dari orang-orang dewasa terdekatnya secara lebih baik. Peran orang tua dalam
mendidik kecerdasan emosional anak usia sekolah meliputi melatih anak untuk
mengenali emosi diri, melatih anak untukmengelola emosi, melatih anak memotivasi
diri sendiri, melatih anak untuk mengenali emosi orang lain. Peran ini dapat
dikenalkan oleh orang tua melalui nilai-nilai yang dipraktekkan oleh diri orang tua
sendiri melaluikasih sayang afirmasif, mengajarkan tata krama, menumbuhkan
empati sertamengajarkan arti kejujuran dan berpikir realistik. Tujuan dari peran ini
akanlebih cepat tercapai jika orang tua menerapkan atau menggunakanpola/metode
asuh otoritatif. Orang tua otoritatif menghargai kemandirian anakdan menuntut
mereka untuk memenuhi standar tanggung jawab yang tinggikepada keluarga. Anak
dihargai keberadaan dan kemampuannya denganmemberikan peran dalam kehidupan
sehari-hari. Rasa kepercayaan inilah yang membuat anak diakui dan dihargai
keberadaannya.
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
dapat disimpulkan bahwa:
1. Bentuk pengembangan emotional intelligence pada anak usia sekolah dasar
ditinjau dari perspektif Islammengembangkan kecerdasan emosional, antara
lain kemampuan mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, motivasi dan
empati, mengenali emosi orang lain serta menjalin hubungan yang efektif agar
kecerdasan emosional yang dikenalkan pada anak bisa tersampaikan dengan
baik, perlu juga didukung dengan kemampuan kecerdasan emosional orang
tua maupun guru.
2. Kontribusi orang tua dalam pengembangan emotional intelligence pada anak
usia sekolah dasar meliputi melatih anak untuk mengenali emosi diri, melatih
anak untukmengelola emosi, melatih anak memotivasi diri sendiri, melatih
anak untuk mengenali emosi orang lain. Peran ini dapat dikenalkan oleh
orangtua melalui nilai-nilai yang dipraktekkan oleh diri orang tua sendiri
melaluikasih sayang afirmasif, mengajarkan tata krama, menumbuhkan
empati sertamengajarkan arti kejujuran dan berpikir realistik. Tujuan dari
peran ini akanlebih cepat tercapai jika orang tua menerapkan atau
menggunakanpola/metode asuh otoritatif.
B. Saran
1. Orang tua untuk senantiasa memberikan suri tauladan yang baik didalam
keluarga agar anak lebih mudah mendapatkan gambaran nyatatentang
kecerdasan emosional yang baik. Suri tauladan ini dimaksudkanpada ekspresiekspresi
emosi dari orang tua dalam berinteraksi danberkomunikasi dengan
anak.
2. Sama halnya dengan orang tua, guru diharapkan untuk senantiasa memberikan
suri tauladan yang baik di sekolah agar stimulus yangdiberikan oleh orang tua
di rumah dapat berlanjut di lingkungan sekolah.Teladan oleh guru ini
dimaksudkan pada ekspresi-ekspresi emosi dalamproses pembelajaran di kelas
dalam berinteraksi dan berkomunikasidengan anak.
Ketersediaan
| ST20180065 | 65/2018 | Perpustakaan Pusat | Tersedia |
Informasi Detil
Judul Seri
-
No. Panggil
65/2018
Penerbit
IAIN BONE : Watampone., 2018
Deskripsi Fisik
-
Bahasa
Indonesia
ISBN/ISSN
-
Klasifikasi
Skripsi Tarbiyah
Informasi Detil
Tipe Isi
-
Tipe Media
-
Tipe Pembawa
-
Edisi
-
Info Detil Spesifik
-
Pernyataan Tanggungjawab
-
Tidak tersedia versi lain
