Pendekatan Pemberdayaan UMKM pada Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Bone Dalam Perspektif Ekonomi Islam
Andi Erick/01.12.3178 - Personal Name
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pendekatan Dinas Koperasi
dan UMKM dalam memberdayakan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
Hal ini dilatarbelakangi oleh munculnya pasar-pasar modern yang merambah ke
pelosok-pelosok daerah, sehingga secara tidak langsung mematikan pasar-pasar
tradisional. Sehingga hal ini berdampak pada pelaku UMKM yang menghasilkan
produk dengan kualitas rendah tidak dapat bersaing dengan produk di pasar modern.
Dalam hal ini mekanisme pemasaran yang menjadi salah satu tolak ukur dalam
pengembangan UMKM. Selain itu pemberdayaan yang dilakukan oleh Dinas
Koperasi dan UMKM harus dimaksimalkan guna meningkatkan kapasitas sumber
daya manusia agar dapat menghasilkan produk yang inovatif. Dalam memberdayakan
usaha mikro, kecil dan menengah diperlukan tiga fase yaitu fase inisial, fase
partisiptoris, dan fase emansipatoris.
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif yaitu
memberikan gambaran atau penjelasan yang tepat secara objektif terkait keadaan
yang sebenarnya dari obyek yang diteliti. Instrumen pengumpulan data adalah
wawancara dan observasi pada lokasi dan juga berdasarkan dokumen/catatan/laporan
dan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
Fokus penelitian ini berdasarkan dari fase inisial, fase partisipatoris, fase
emansipatoris.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pendekatan pemberdayaan Dinas
Koperasi dan UMKM dalam memberdayakan Usaha Kecil, Mikro, dan Menengah
tidak berjalan optimal. Pemberdayaan yang dilakukan oleh pemerintah pada fase
inisial cukup berperan dengan memberikan pelatihan dan penyuluhan. Selanjutnya
pada fase partisipatoris masyarakat dan pemerintah sudah berkolaborasi dalam
mengembangkan UMKM. Sementara pada fase emansipatoris pemerintah masih
terkendala pada penyediaan sarana dan prasarana dalam pengembangan UMKM.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan, maka secara taktis penulis
dapat menarik sebuah kesimpulan bahwa pendekatan pemberdayaan usaha mikro,
kecil, dan menengah oleh Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Bone tidak
berjalan optimal. Pendekatan yang telah dirumuskan bahkan sudah
diimplementasikan sebagaimana yang diharapkan. Akan tetapi, pemberdayaan
UMKM tersebut masih dihadapkan pada berbagai persoalan yang menghambat
terlaksananya pengembangan usaha tersebut. Terutama paradigma masyarakat
sebagai pelaku usaha yang cenderung masih pragmatis dalam memandangan
pendekatan pemberdayaan yang dirumuskan oleh Dinas Koperasi dan UMKM
Kabupaten Bone. Sehingga secara garis besar pemberdayaan UMKM di Kabupaten
Bone dapat dikatakan belum berjalan optimal.
Adapun hasil penelitian fase inisial menunjukkan bahwa secara keseluruhan
Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Bone telah menyusun formulasi strategi
dalam memberdayakan sekaligus mengembangkan UMKM melalui pelatihan,
penyuluhan, dan kebijakan. Sedangkan pada fase partisipatoris menunjukkan tingkat
partisipasi masyarakat dalam program ataupun kegiatan yang dilaksanakan oleh
Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Bone cukup tinggi. Ini ditandai dengan minat
dan keikutsertaan pelaku-pelaku UMKM yang besar pada tiap pelatihan/penyuluhan
yang diadakan. Sementara fase emansipatoris menunjukkan bahwa perkembangan
UMKM di Kabupaten Bone pada fase ini sudah semakin berkembang dengan jumlah
asset, volume, dan sisa hasil usaha yang cukup besar .
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini maka penulis memberikan saran kepada
seluruh pihak yang bertanggungjawab terhadap pengembangan dan pemberdayaan
UMKM di Kabupaten Bone. Adapun saran yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Dinas Koperasi dan UMKM sebagai penanggungjawab dalam pengembangan
dan pemberdayaan UMKM di Kabupaten Bone seharusnya menyediakan
sarana dan prasarana yang memadai, sehingga pelaksanaan pelatihan ataupun
penyuluhan dapat berjalan optimal dan menghasilkan output yang sesuai
dengan harapan.
2. Masyarakat sebagai pelaku UMKM seharusnya membuka pemikiran untuk
tidak bersikap pragmatis dalam menerima pemberdayaan yang diberikan
pemerintah. Dengan adanya pelatihan maupun penyuluhan sebaiknya
digunakan sebagai kesempatan dalam memperoleh ilmu dan pengetahuan
terkait pengembangan produk usaha yang lebih inovatif dan berdaya saing.
dan UMKM dalam memberdayakan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
Hal ini dilatarbelakangi oleh munculnya pasar-pasar modern yang merambah ke
pelosok-pelosok daerah, sehingga secara tidak langsung mematikan pasar-pasar
tradisional. Sehingga hal ini berdampak pada pelaku UMKM yang menghasilkan
produk dengan kualitas rendah tidak dapat bersaing dengan produk di pasar modern.
Dalam hal ini mekanisme pemasaran yang menjadi salah satu tolak ukur dalam
pengembangan UMKM. Selain itu pemberdayaan yang dilakukan oleh Dinas
Koperasi dan UMKM harus dimaksimalkan guna meningkatkan kapasitas sumber
daya manusia agar dapat menghasilkan produk yang inovatif. Dalam memberdayakan
usaha mikro, kecil dan menengah diperlukan tiga fase yaitu fase inisial, fase
partisiptoris, dan fase emansipatoris.
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif yaitu
memberikan gambaran atau penjelasan yang tepat secara objektif terkait keadaan
yang sebenarnya dari obyek yang diteliti. Instrumen pengumpulan data adalah
wawancara dan observasi pada lokasi dan juga berdasarkan dokumen/catatan/laporan
dan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
Fokus penelitian ini berdasarkan dari fase inisial, fase partisipatoris, fase
emansipatoris.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pendekatan pemberdayaan Dinas
Koperasi dan UMKM dalam memberdayakan Usaha Kecil, Mikro, dan Menengah
tidak berjalan optimal. Pemberdayaan yang dilakukan oleh pemerintah pada fase
inisial cukup berperan dengan memberikan pelatihan dan penyuluhan. Selanjutnya
pada fase partisipatoris masyarakat dan pemerintah sudah berkolaborasi dalam
mengembangkan UMKM. Sementara pada fase emansipatoris pemerintah masih
terkendala pada penyediaan sarana dan prasarana dalam pengembangan UMKM.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan, maka secara taktis penulis
dapat menarik sebuah kesimpulan bahwa pendekatan pemberdayaan usaha mikro,
kecil, dan menengah oleh Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Bone tidak
berjalan optimal. Pendekatan yang telah dirumuskan bahkan sudah
diimplementasikan sebagaimana yang diharapkan. Akan tetapi, pemberdayaan
UMKM tersebut masih dihadapkan pada berbagai persoalan yang menghambat
terlaksananya pengembangan usaha tersebut. Terutama paradigma masyarakat
sebagai pelaku usaha yang cenderung masih pragmatis dalam memandangan
pendekatan pemberdayaan yang dirumuskan oleh Dinas Koperasi dan UMKM
Kabupaten Bone. Sehingga secara garis besar pemberdayaan UMKM di Kabupaten
Bone dapat dikatakan belum berjalan optimal.
Adapun hasil penelitian fase inisial menunjukkan bahwa secara keseluruhan
Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Bone telah menyusun formulasi strategi
dalam memberdayakan sekaligus mengembangkan UMKM melalui pelatihan,
penyuluhan, dan kebijakan. Sedangkan pada fase partisipatoris menunjukkan tingkat
partisipasi masyarakat dalam program ataupun kegiatan yang dilaksanakan oleh
Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Bone cukup tinggi. Ini ditandai dengan minat
dan keikutsertaan pelaku-pelaku UMKM yang besar pada tiap pelatihan/penyuluhan
yang diadakan. Sementara fase emansipatoris menunjukkan bahwa perkembangan
UMKM di Kabupaten Bone pada fase ini sudah semakin berkembang dengan jumlah
asset, volume, dan sisa hasil usaha yang cukup besar .
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini maka penulis memberikan saran kepada
seluruh pihak yang bertanggungjawab terhadap pengembangan dan pemberdayaan
UMKM di Kabupaten Bone. Adapun saran yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Dinas Koperasi dan UMKM sebagai penanggungjawab dalam pengembangan
dan pemberdayaan UMKM di Kabupaten Bone seharusnya menyediakan
sarana dan prasarana yang memadai, sehingga pelaksanaan pelatihan ataupun
penyuluhan dapat berjalan optimal dan menghasilkan output yang sesuai
dengan harapan.
2. Masyarakat sebagai pelaku UMKM seharusnya membuka pemikiran untuk
tidak bersikap pragmatis dalam menerima pemberdayaan yang diberikan
pemerintah. Dengan adanya pelatihan maupun penyuluhan sebaiknya
digunakan sebagai kesempatan dalam memperoleh ilmu dan pengetahuan
terkait pengembangan produk usaha yang lebih inovatif dan berdaya saing.
Ketersediaan
| SS2060147 | 147/2016 | Perpustakaan Pusat | Tersedia |
Informasi Detil
Judul Seri
-
No. Panggil
147/2016
Penerbit
STAIN Watampone : Watampone., 2016
Deskripsi Fisik
-
Bahasa
Indonesia
ISBN/ISSN
-
Klasifikasi
Skripsi Syariah
Informasi Detil
Tipe Isi
-
Tipe Media
-
Tipe Pembawa
-
Edisi
-
Subyek
Info Detil Spesifik
-
Pernyataan Tanggungjawab
-
Tidak tersedia versi lain
