Peranan Manajemen Berbasis Budaya Religius dalam Meningkatkan Kualitas Karakter Siswa di MAN 2 Watampone
NURPIANI/02. 12. 3046 - Personal Name
Skripsi ini membahas tentang peranan manajemen berbasis budaya religius
dalam meningkatkan kualitas karakter siswa di MAN 2 Watampone. Pokok masalah
adalah bagaimana peranan manajemen berbasis budaya religius dalam
meningkatkan kualitas karakter siswa di MAN 2 Watampone. Masalah ini dianalisis
dengan pendekatan teologis dan dibahas dengan metode kulitatif dan dengan
content analysis (analisis isi).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan manajemen berbasis budaya
religius dalam meningkatkan kualitas karakter siswa di MAN 2 Watampone yaitu 1)
pembinaan moral dan ketaqwaan yang dimiliki oleh siswa, 2) membina dan
mengasah kecerdasan spritual yang dimiliki oleh siswa, 3) mengasah dan
meningkatkan sikap rasa kejujuran yang dimiliki oleh para siswa, 4) membina rasa
tanggung jawab yang dimiliki oleh siswa, dan 5) membina dan mengasah karakter
yang dimiliki oleh para siswa.
Kendala yang dihadapi kepala madrasah dalam menerapkan manajemen
berbasis budaya religius di MAN 2 Watampone yaitu 1) kurangnya evaluasi yang
dilakukan oleh kepala madrasah, 2) adanya karakter siswa yang berbeda-beda dan
lingkungan keluarga dan masyarakat yang berbeda-beda dan 3) adanya
perkembangan arus globalisasi yang pesat yang memungkinkan para guru dan siswa
akan terpengaruh dan terbawah oleh arus globalisasi seperti model pakaian yang
serba ketat, ketidaksopanan dalam berkomunikasi dan kurangnya kesadaran mereka
untuk melaksanakan shalat lima waktu secara tepat waktu di luar jam sekolah.
A. Simpulan
Dari uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka yang menjadi
simpulan dalam pembahasan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Penerapan manajemen berbasis budaya religius dalam meningkatkan kualitas
karakter siswa di MAN 2 Watampone yaitu :, pembinaan moral dan
ketaqwaan yang dimiliki oleh siswa, membina dan mengasah kecerdasan
spritual yang dimiliki oleh siswa, mengasah dan meningkatkan sikap rasa
kejujuran yang dimiliki oleh para siswa, membina rasa tanggung jawab yang
dimiliki oleh siswa, dan, membina dan mengasah karakter yang dimiliki oleh
para siswa.
2. Kendala yang dihadapi kepala madrasah dalam menerapkan manajemen
berbasis budaya religius di MAN 2 Watampone yaitu, kurangnya evaluasi
yang dilakukan oleh kepala madrasah, adanya karakter siswa yang berbedabeda
dan lingkungan keluarga dan masyarakat yang berbeda-beda dan ,
adanya perkembangan arus globalisasi yang pesat yang memungkinkan para
guru dan siswa akan terpengaruh dan terbawah oleh arus globalisasi seperti
model pakaian yang serba ketat, ketidaksopanan dalam berkomunikasi dan
kurangnya kesadaran mereka untuk melaksanakan shalat lima waktu secara
tepat waktu di luar jam sekolah.
B. Implikasi
Beranjak dari ungkapan yang telah dikemukakan di atas, maka penulis
dapat memberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Diharapkan kepada seluruh kalangan pendidik khususnya pihak kepala
Madrasah agar menerapkan konsep kepemimpinan demokratis, sehingga
bawahan atau guru tidak merasa tertekan, serta mereka diberikan
kesempatan untuk berkreativitas demi kualitas pendidikan ke depan.
2. Diharapkan kepada guru-guru agar kiranya tidak beranggapan yang negatif
ketika pimpinannya melakukan pengawasan atau supervisi yang ketat,
karena semuanya itu demi kelancaran tugas dan tanggungjawabnya sebagai
seorang pemimpin yang merupakan ujung tombak keberhasilan pendidikan
ke depan.
3. Diharapkan kepada para peneliti berikutnya agar hasil penelitian ini dapat
dijadikan sebagai bahan referensi dalam mengkaji objek yang sama.
dalam meningkatkan kualitas karakter siswa di MAN 2 Watampone. Pokok masalah
adalah bagaimana peranan manajemen berbasis budaya religius dalam
meningkatkan kualitas karakter siswa di MAN 2 Watampone. Masalah ini dianalisis
dengan pendekatan teologis dan dibahas dengan metode kulitatif dan dengan
content analysis (analisis isi).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan manajemen berbasis budaya
religius dalam meningkatkan kualitas karakter siswa di MAN 2 Watampone yaitu 1)
pembinaan moral dan ketaqwaan yang dimiliki oleh siswa, 2) membina dan
mengasah kecerdasan spritual yang dimiliki oleh siswa, 3) mengasah dan
meningkatkan sikap rasa kejujuran yang dimiliki oleh para siswa, 4) membina rasa
tanggung jawab yang dimiliki oleh siswa, dan 5) membina dan mengasah karakter
yang dimiliki oleh para siswa.
Kendala yang dihadapi kepala madrasah dalam menerapkan manajemen
berbasis budaya religius di MAN 2 Watampone yaitu 1) kurangnya evaluasi yang
dilakukan oleh kepala madrasah, 2) adanya karakter siswa yang berbeda-beda dan
lingkungan keluarga dan masyarakat yang berbeda-beda dan 3) adanya
perkembangan arus globalisasi yang pesat yang memungkinkan para guru dan siswa
akan terpengaruh dan terbawah oleh arus globalisasi seperti model pakaian yang
serba ketat, ketidaksopanan dalam berkomunikasi dan kurangnya kesadaran mereka
untuk melaksanakan shalat lima waktu secara tepat waktu di luar jam sekolah.
A. Simpulan
Dari uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka yang menjadi
simpulan dalam pembahasan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Penerapan manajemen berbasis budaya religius dalam meningkatkan kualitas
karakter siswa di MAN 2 Watampone yaitu :, pembinaan moral dan
ketaqwaan yang dimiliki oleh siswa, membina dan mengasah kecerdasan
spritual yang dimiliki oleh siswa, mengasah dan meningkatkan sikap rasa
kejujuran yang dimiliki oleh para siswa, membina rasa tanggung jawab yang
dimiliki oleh siswa, dan, membina dan mengasah karakter yang dimiliki oleh
para siswa.
2. Kendala yang dihadapi kepala madrasah dalam menerapkan manajemen
berbasis budaya religius di MAN 2 Watampone yaitu, kurangnya evaluasi
yang dilakukan oleh kepala madrasah, adanya karakter siswa yang berbedabeda
dan lingkungan keluarga dan masyarakat yang berbeda-beda dan ,
adanya perkembangan arus globalisasi yang pesat yang memungkinkan para
guru dan siswa akan terpengaruh dan terbawah oleh arus globalisasi seperti
model pakaian yang serba ketat, ketidaksopanan dalam berkomunikasi dan
kurangnya kesadaran mereka untuk melaksanakan shalat lima waktu secara
tepat waktu di luar jam sekolah.
B. Implikasi
Beranjak dari ungkapan yang telah dikemukakan di atas, maka penulis
dapat memberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Diharapkan kepada seluruh kalangan pendidik khususnya pihak kepala
Madrasah agar menerapkan konsep kepemimpinan demokratis, sehingga
bawahan atau guru tidak merasa tertekan, serta mereka diberikan
kesempatan untuk berkreativitas demi kualitas pendidikan ke depan.
2. Diharapkan kepada guru-guru agar kiranya tidak beranggapan yang negatif
ketika pimpinannya melakukan pengawasan atau supervisi yang ketat,
karena semuanya itu demi kelancaran tugas dan tanggungjawabnya sebagai
seorang pemimpin yang merupakan ujung tombak keberhasilan pendidikan
ke depan.
3. Diharapkan kepada para peneliti berikutnya agar hasil penelitian ini dapat
dijadikan sebagai bahan referensi dalam mengkaji objek yang sama.
Ketersediaan
| ST20170157 | 157/2017 | Perpustakaan Pusat | Tersedia |
Informasi Detil
Judul Seri
-
No. Panggil
157/2017
Penerbit
STAIN Watampone : Watampone., 2017
Deskripsi Fisik
-
Bahasa
Indonesia
ISBN/ISSN
-
Klasifikasi
Skripsi Tarbiyah
Informasi Detil
Tipe Isi
-
Tipe Media
-
Tipe Pembawa
-
Edisi
-
Info Detil Spesifik
-
Pernyataan Tanggungjawab
-
Tidak tersedia versi lain
