Skripsi ini membahas tentang bentuk pelaksanaan tradisi Mattampung dan implikasinya dalam mewujudkan silaturrahim menurut perspektif pendidikan Islam pada masyarakat di Desa Palla’e Kecamatan Cenrana Kabupaten Bone. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk pelaksanaan tradisi Mattampung menurut pendidikan Islam di Desa Palla’e Kecamatan Cenrana Kabupaten Bone dan untuk mendeskripsikan implikasi tradisi Mattampung dalam mewujudkan silaturrahim di Desa Palla’e Kecamatan Cenrana Kabupaten Bone.rnPenelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research), dan merupakan penelitian kualitatif. Pendekatan penelitian yang digunakan antara lain pendekatan teologis normatif, historis, sosiologis, dan kulturalis atau pendekatan kebudayaan. Penelitian yang dilakukan menggunakan metode observasi, mengumpulkan dokumentasi dan wawancara langsung kepada masyarakat Desa Palla’e terkait dengan prosesi tradisi Mattampung dari awal hingga selesainya kegiatan tersebut.rnHasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa bentuk pelaksanaan tradisi Mattampung yang diselenggarakan oleh masyarakat di Desa Palla’e terdiri dari tujuh jenis kegiatan, antara lain dimulai dari penentuan hari, pembuatan pondasi makam, pemotongan hewan, pengkhataman al-Qur’an dimalam hari, penanaman batu nisan yang merupakan kegiatan inti, mendirikan barazanji dan yang terakhir menziarahi kuburan anggota keluarga yang baru saja ditampung tersebut. Implikasi tradisi Mattampung dalam mewujudkan silaturrahim dapat dilihat ketika berkumpunya masyarakat setempat disaat pengkhataman al-Qur’an, ketika acara mabbarazanji didirikan, bahkan tamu akan terus berdatangan dihari itu, implikasi lain yang dapat dirasakan adalah mempermudah anak-cucu pihak penyelenggara mengenal makam pendahulunya karena sudah diberi tanda. Kebaikan lebih yang dapat disaksikan dari tradisi Mattampung adalah dipanjatkannya doa-doa untuk keluarga yang meninggal dunia, mengobati duka pihak penyelenggara atas kehadiran sanak keluarga dan handai taulan dari tempat jauh, serta silaturrahim dapat memberi maslahat pada kehidupan di dunia dan di akhirat seperti berkah pada rezeki dan umur, penyebab masuk surga dan dijauhkan dari siksa neraka.rnxirnBagian terakhir yang berupa saran untuk kepada setiap masyarakat jika tidak setuju dengan tradisi ini hendaknya dilakukan dengan cara yang baik tanpa melukai perasaan bagi yang menyelenggarakannya. Sedangkan bagi masyarakat yang tetap ingin mempertahankan tradisi Mattampung ini harus meluruskan niat semata hanya untuk mendapatkan ridha Allah swt.rnA. SimpulanrnBerdasarkan uraian pada bab pembahasan, maka peneliti dapat mengemukakan simpulan dari hasil penelitian dan observasi yang telah dilakukan yaitu:rn1. Bentuk pelaksanaan tradisi Mattampung yang diselenggarakan oleh masyarakat Bugis Bone khususnya di Desa Palla’e Kecamatan Cenrana Kabupaten Bone terdapat tujuh jenis kegiatan, di antaranya adalah penentuan hari, pembuatan pondasi makam, pemotongan hewan, pengkhataman al-Qur’an, penancapan batu nisan, barazanji, dan yang terakhir ziarah kubur.rn2. Implikasi tradisi Mattampung dapat memupuk kembali hubungan persaudaraan dan kasih sayang antara pihak penyelenggara dengan kehadiran keluarga dan tamu yang berdatangan, serta kegiatan ini sekaligus memberi tanda pada makam sehingga tidak akan membuat kebingungan bagi anak-cucu atau generasi berikutnya untuk menziarahi kuburan pendahulunya. Kegiatan itu mampu mewujudkan silaturrahim serta menimbulkan kebaikan lebih dengan adanya doa-doa, shalawat dari barazanji, pembacaan al-Qur’an, perasaan duka hati pihak penyelenggara menjadi terobati atas kehadiran anggota keluarga dari tempat jauh, serta perasaan lega karena menuntaskan salah satu tanggungjawabnya. Selain itu, berkah silaturrahim mencakup kehidupan dunia dan akhirat, dimanarnrezeki bisa tercukupi dan umur yang dipanjangkan, surga yang dijanjikan dan dijauhkan dari neraka.rnB. SaranrnBerikut ini saran-saran dari peneliti setelah merangkumkan hasil penelitiannya, antara lain:rn1. Bagi masyarakat, agar kiranya memperhatikan betul posisi tradisi Mattampung apakah keluar atau tidak dari jalur syariat Islam. Jika niat dan yang dilakukan tersebut dianggap menelikung dari ajaran, maka hendaknya ditinggalkan. Tetapi jika dilakukan hanya sekadar untuk mempererat hubungan silaturrahim, memberi makan tetangga dan orang sekitar, tolong-menolong, tanpa ada niat lain dan pelaksanaan yang bisa merusak akidah, maka boleh saja kegiatan seperti itu tetap dilaksanakan sebagai wujud muamalah dan kepedulian sosial.rn2. Bagi yang menolak tradisi Mattampung sekiranya didakwahkan dengan kalimat yang baik, tidak menyudutkan, serta tidak menganggap diri yang paling benar dengan menyalahkan pihak pelaksana, karena pada dasarnya masyarakat awam tidak dapat langsung menerima dan memahami apa yang disampaikan walau niatnya benar.rn3. Bagi yang menerima keberadaan tradisi Mattampung agar memperhatikan secara mendalam spesifikasi tradisi tersebut. Jika ada secuil niat kepada yang selain Allah swt., maka diperbaiki dan jika ada kegiatan yang sifatnya mengikis akidah supaya dihilangkan. Ambillahrnmaslahat dari tradisi Mattampung dan tinggalkan segala yang bisa menimbulkan kemudharatan.